28. Kehidupan Baru Dimulai

934 146 11
                                    

Part 28 Kehidupan Baru Dimulai

Kedua tangan Leon terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Berada di atas lengan sofa, di antara anggota keluarga besar yang diselimuti kecemasan bercampur kemarahan. Suara-suara kepanikan dan amarah saling bersahut-sahutan. Tapi tak ada satu pun yang masuk ke telinganya.

Emosi yang bergemuruh di dadanya hanya terfokus pada satu hal. Beraninya gadis cacat itu mengelabuinya seperti ini!

Semua tamu undangan sudah pulang ke rumah masing-masing dengan penuh kekecewaan. Berapa kali pun Jacob dan Maida Thobias mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya akan acara yang terpaksa harus dibatalkan karena sang pengantin pria tak kunjung muncul. Bahkan setelah satu jam acara seharusnya sudah dimulai.

Semua orang bertanya-tanya ke mana dan apa yang terjadi dengan Bastian yang tiba-tiba menghilang. Hingga Leon pun menyadari sang istri yang juga tak terlihat sejak ia kembali ke kediaman Mamora.

Tas Aleta tertinggal di joknya, juga kursi roda gadis itu yang ada ditinggalkan di halaman rumah Mamora. CCTV keluarga Mamora hanya menunjukkan gadis itu mendekati mobil putih yang sudah terparkir sekitar setengah jam sebelum ia datang, tanpa ada seorang pun yang turun. Dan langsung meninggalkan kediaman Mamora hanya dalam beberapa detik.

Rencana pelarian sudah tersusun sejak awal. Yang tentu saja berada di luar perkiraannya. Selama sebulan lebih menikah, Aleta jelas tak menunjukkan tanda pembangkangan yang berarti meski akhirnya ia berhasil membuat gadis itu tak berkutik. Dan ini adalah keputusan paling berani yang dilakukan Aleta. Sekaligus paling tolol.

“Kau pikir hanya anakmu yang berarti?” Suara Monica memecah lamunan Leon. Menatap sang tante yang berurai air mata, berhadapan dengan Maida yang dipenuhi kegeraman.

“Memangnya bisa ke mana putrimu itu pergi dengan kedua kakinya yang tak bisa berjalan, Monica? Kalaupun diculik, kau jelas bukan orang penting sehingga ada orang tolol yang akan menculik putrimu untuk sebuah tebusan.”

“Kau bilang apa?”

“Kau tahu pernikahan Bastian dan Berlian memiliki rencana yang sangat besar. Ini bukan hanya sebuah pernikahan. Tapi ini adalah bersatunya dua perusahaan besar. Sudah jelas banyak orang yang akan …”

“Mereka kabur bersama.” Suara Leon yang datar dan penuh ketenangan memecah pertikaian tersebut. Menciptakan keheningan yang membentang di seluruh ruangan dan semua mata tertuju pada pria itu.

“Apa?” Pekikan Maida yang paling kencang,

Wajah Leon terangkat, menatap kedua tantenya bergantian sebelum melanjutkan. “Sebelum kecelakaan, mereka adalah sepasang kekasih.”

Pekik terkejut saling bersahutan. Semakin keras ketika Leon menambahkan penjelasannya. “Bastian meninggalkan semua ini karena masih mencintai Aleta dan … “ Pandangan Leon berhenti pada Monica. “Karena Bastianlah, Aleta mengorbankan kakinya.”

*** 

Hari sudah gelap ketika mobil putih Bastian yang sudah ditukar dengan warna hitam tersebut berhenti di halaman kecil sebuah rumah sederhana. Bastian mematikan mesin mobilnya, melepaskan sabuk pengaman dan mengulurkan tangannya ke arah wajah Aleta yang masih terlelap. 

Ujung jemarinya mengusap lembut pipi gadis itu. Senyum melengkung di ujung bibirnya, bisa dengan bebas menikmati kecantikan wajah Aleta yang tak pernah membosankan.

Kelopak mata Aleta bergerak perlahan sebelum terbuka dengan sempurna. Mengedarkan pandangan ke sekitar mobil. “Di mana kita?”

“Sudah sampai.” Bastian menurunkan tangannya. “Untuk sementara, kita akan tinggal di sini. Tidak cukup bagus, tapi ini yang terbaik yang bisa kudapatkan.”

Bukan Sang PewarisWhere stories live. Discover now