18.ENGINES•

30 2 0
                                    

Andra kembali telan kekecewaan usai baca balasan dari Aruna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Andra kembali telan kekecewaan usai baca balasan dari Aruna. Kalau boleh jujur, ia mulai terbawa emosi. Pikiran buruknya bukan sedikit yang sudah setia menghantuinya beberapa hari ini. Apalagi kesibukan Aruna yang kian meningkat setiap harinya. Membantu ibu lah, sibuk belajar untuk persiapan sidang lah. Ah, ada saja alasan yang membuat rencana pertemuan mereka gagal. Entahlah, ia pun bingung. Apa mungkin semesta ikut berpartisipasi untuk menghambatnya?

"Gimana mau diajak ngomong kalau sibuk terus?" monolog Andra, hempaskan tubuhnya pada kursi kerjanya. Sejak tadi fokusnya sudah bukan lagi pada dokumen yang setang ia tinjau, melainkan bagaimana ia bisa menjelaskan semuanya pada Aruna.

Andra masih sibuk melamun, ketika Marvin sudah duduk manis di sofa yang jadi tempat bersantai atau sekedar berdiskusinya dan para klien.

"Sejak kapan lo masuk?" Andra bertanya, lamunannya buyar karena terdistraksi dari suara game yang sedang dimainkan oleh sahabatnya itu.

Marvin mengangkat bahu, masih fokus pada permainannya. Enggan menatap Andra yang sudah duduk di hadapannya.

"Lima menit lalu maybe," balas Marvin.

"Udahan dulu gamenya! gue mau ngomong serius," titah Andra buat sahabatnya mendengus kesal, tak urung mengikuti perintah tersebut. Andra mode serius memang tidak bisa ia ajak bercanda seperti biasanya, takut kena bogem.

"Mau ngomong apa lo? Soal si cantik yang gue gep pas main ke apart lo atau soal anniv sama Aruna?"

Andra menghela napas, pertanyaan Marvin berhasil membungkamnya. Sebenarnya kalau urusan kado ia sudah mantap akan melamar kekasihnya itu tepat pada hari jadi mereka, semoga saja lancar. Kalau untuk si cantik, ia pun tidak bisa mengelak kalau Marvin benar pernah memergokinya sedang video call dengan wanita itu. Untungnya Marvin mau mendengar penjelasannya, kalau tidak mungkin hubungannya dengan Aruna sudah berakhir dari satu tahun yang lalu.

"Gue diancam sama dia, Marv. Gue beneran ga bisa bikin dia berhenti ngancam gue. Tiap hari dia teror mau kasih kejutan dan apalah itu, gue takut Runa dengar semuanya dari dia, bukan dari gue,"

Marvin ikut menghela napas. Ia tahu niat Andra baik, ia juga awalnya ingin tonjok sahabatnya itu kalau saja tidak tahu kronologinya seperti apa, tapi, setelah dengar penjelasan Andra dan bukti rekaman dan chat barulah ia mau percaya pada Andra.

"Udah coba jelasin ke Runa? Masalahnya si cewek gila itu agak lain, gue takutnya dia bakal manipulasi dan ngarang semuanya ke Runa," Marvin membalas, turut prihatin dengan kisah cinta sahabatnya ini. Yah, Andra memang sedikit brengsek, tapi, pria itu benar-benar tulus dan serius dengan Aruna, bisa dijamin itu.

"Gue ga tau kenapa dia akhir-akhir ini susah diajak ketemuan. Pusing, gue jadi kebawa emosi juga sama dia yang selalu ada alasan tiap diajak ketemu,"

"Mungkin ga sih kalau cewek gila itu yang bikin Runa jadi sibuk sendiri gini? Ngehasut mungkin?"

"Gue juga mikirnya gitu. Tapi Runa niat banget ngejauhnya, gue samper ke rumahnya juga dia seringnya ga di rumah. Kemaren mau gue ajak ngobrol pas nginap pun berakhir ga jadi karna udah kemaleman, diajak ngobrol sama Om Abra,"

"Mau gue bantu cari tempat ga? Apa lo minta bantuan temen-temennya aja? Ga mungkin tuh Runa nolak kalo dibujuk mereka,"

Andra mendengus,"Boro-boro dibantuin, mereka aja masih kesel kemaren gue maksa Runa balik pas lagi kumpul,"

Marvin melempar gulungan tisu yang sudah ia remas sejak tadi, tepat mengenai wajah Andra.

"Yah lu bego juga anjir! Dahlah ntar gue nyari tempat, harus segera kalo ga mau gagal rencana lo ngelamar dia,"

"Makasih yah, bro!"

"Hm, lain kali jan bego lagi ye!"

"Oasu!"

"Oasu!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OCEANS & ENGINES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang