25.-OCEANS

48 3 2
                                    

Aruna memasuki ruangan privat restoran yang sudah didekorasi dengan mawar merah serta lilin sesuai permintaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aruna memasuki ruangan privat restoran yang sudah didekorasi dengan mawar merah serta lilin sesuai permintaannya. Setelah pergumulan panjang bersama keempat sahabatnya, gadis itu putuskan untuk tetap melakukan makan malam di tempat yang sudah ia siapkan selama sebulan ini.

Perasaan getir mendominasi dirinya, fakta bahwa sosok yang duduk membelakanginya di depan sana sudah menyakiti hatinya begitu dalam pun tidak bisa ia pungkiri. Andra Baskara, ah, apakah nanti Aruna masih bisa baik-baik saja ketika mendengar nama itu? Mungkin saja iya kalau gadis itu punya kekuatan lebih, atau bisa jadi tidak, karena ia kalah dengan rasa cintanya.

Dan, pada akhirnya makan malam ini tetap terjadi. Peringatan hari jadi ke enam mereka yang mungkin tidak akan lagi ada di tahun berikutnya.

"Kamu cantik banget," itu kalimat pertama yang diucapkan Andra, nyaris seperti lirihan—begitu Aruna duduk di hadapannya.

Gadis dengan dress hitam tanpa lengan itu hanya diam dengan ekspresi sendu. Tatap mata sembab Andra serta beberapa luka di wajah tampannya. Pria itu beri senyuman terbaiknya, meski matanya tidak bohong kalau sudah akan menangis.

Meski penampilan wajahnya cukup berantakan, malam ini Andra mengenakan kemeja hitam yang senada dengan jasnya. Pria itu benar-benar berdandan sebaik mungkin seperti acara makan malam mereka pada anniv yang sudah-sudah.

Tidak ada percakapan, selain alunan saxophone dan piano yang memainkan instrumen lagu Always milik Daniel Caesar yang mengisi keheningan di antara sepasang kekasih itu. Kalau suasana sedang baik-baik saja, pasti Andra tidak segan mengajak Aruna untuk berdansa, tetapi semuanya sudah berbeda sekarang.

Sampai makanan pun datang, steak medium well sudah tersaji di depan mereka.

"Sini biar aku potongin," ucap Andra, raih piring berisi steak milik Aruna.

Gadis itu hanya diam, biarkan pria dengan tangan yang diperban itu memotong dagingnya hingga berukuran one bite. Dulu, ia akan sangat antusias menatap Andra, kali ini beda. Aruna ingin menangis saja rasanya.

Usai memotong daging tersebut, Andra kembali meletakan piring Aruna di hadapan gadis itu.

"Makasih, Ndra," Ah, suara Aruna benar-benar berhasil buat airmata Andra lolos. Ia menangis tanpa suara, mengunyah dagingnya dengan memaksakan senyum. Tuhan, bisakah mereka berbaikan saja?

Dentingan sendok jadi satu-satunya suara dari meja makan. Kalau saja Aruna tidak menyewa musik, sudah dipastikan makan malam mereka akan hening dan cepat berakhir. Aneh bukan? Ia ingin semuanya berakhir, tapi tidak ingin malam ini cepat berlalu.

"Aneh yah Ndra? Padahal rasanya baru kemaren kita dinner di anniv pertama, udah enam tahun aja," Aruna membuka suara, tidak ingin semuanya berakhir dengan tangis tanpa suara mereka.

Aruna menunduk, tidak berani tatap wajah Andra, takut ia akan kembali menangis.

Andra mengangguk, tertangkap ekor mata Aruna. Pria itu diam cukup lama, sempat meneguk minumannya hingga sisa setengah, sebelum akhirnya buka suara. "Iya, sayang. Waktu cepat berlalu yah?" balas Andra, tersenyum di akhir kalimatnya.

Aruna beranikan diri untuk mengangkat wajahnya, riasannya pasti sudah berantakan karena airmata. Tapi, biarlah ini jadi kali terakhir ia menikmati waktu bersama Andra sebelum benar-benar menghapus pria itu dari hidupnya.

Tangan Andra terulur untuk seka airmata Aruna. Gadis itu terisak. Makanan mereka sudah tidak lagi menggugah selera.

"Shht jangan nangis yah!" ucap Andra, singgahkan tangannya untuk elus lembut pipi Aruna.

Aruna mengangguk, genggam jemari Andra yang sedang menangkup sebelah pipinya, buat Andra tak kuasa tersenyum walau airmatanya terus mengalir.

Aruna mengangguk, genggam jemari Andra yang sedang menangkup sebelah pipinya, buat Andra tak kuasa tersenyum walau airmatanya terus mengalir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OCEANS & ENGINES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang