21.-OCEANS

36 4 0
                                    

Aruna diam, airmatanya sudah sejak tadi membasahi pipinya yang sedikit tembem itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aruna diam, airmatanya sudah sejak tadi membasahi pipinya yang sedikit tembem itu. Isak tangis Adinda dan dirinya pun kian bersaut-sautan.

Ia kira cerita yang akan ia dengar hanya seputar pertengkaran antara Nick dan Adin yang berujung putus, tidak ia sangka kalau Adinda Florensia sahabatnya itu malah menceritakan tentang hal yang lebih menyedihkan dari itu.

"Sudah kamu hubungi orangnya?" Aruna bertanya, tangannya genggam erat jemari Adinda yang sudah menangis sejak mereka selesai makan malam tadi.

Adinda mengangguk, masih enggan bersuara karena tangisannya yang tak kunjung mereda.

"Terus dia bilang apa? Mau tanggungjawab kan?"

Adinda menggeleng, buat amarah Aruna makin menjadi. Gadis itu bahkan lupa kalau sekarang sudah lewat tengah malam, ia lupa kebiasaannya setiap anniversary dengan Andra karena terlalu fokus dengan masalah sahabatnya Adinda.

"Dia pergi Run. Dia menghindar, ga mau angkat telponku, atau balas pesan yang aku kirim. Dia juga yang jadi alasan kenapa aku sama Nick putus, Hiks aku harus apa Aruna? Aku hamil hiks," tangis Adinda makin menjadi, buat Aruna tidak kuasa menahan tangisannya. Sebagai seorang perempuan ia tentu saja merasakan hal yang sama. Prihatin dengan nasib buruk sahabatnya.

"Adin tenang oke? Nangisnya udah dulu yaa, kasihan kamu nanti pusing terus bayinya juga kasihan," Aruna coba menenangkan, kali ini sambil bawa tubuh sahabatnya dalam dekapannya. Oh Aruna, kebaikanmu ini tidak berarti apa-apa untuk mereka yang ingin menjatuhkanmu.

Setelah merasa Adin mulai tenang, Aruna lepaskan dekapannya, posisi mereka jadi berhadapan sambil sama-sama duduk di lantai.

"Siapa orangnya Adin? Kasih tau aku siapa bajingan itu!" tanya Aruna, emosinya kian menjadi-jadi karena Adin sempat hampir pingsan kalau ia tidak segera berikan inhaler pada wanita itu.

"Andra, Run. Andra Baskara. Pacarmu yang sudah buat aku kayak gini, sekaligus ayah dari anak ini,"

Napas Aruna tercekat, pendengarannya mendadak berdenging. Apa tadi? Ia tidak salah mendengar nama kan? Atau apa ada Andra Baskara lain yang dimaksud Adinda?

"A-apa maksud kamu Adin?"

Adinda menatap Aruna prihatin, entah ini sebuah ketulusan atau sandiwara wanita itu.

"Satu tahun yang lalu, pertama kali kamu ajak aku hangout bareng Andra dan sering tambahkan aku ke acara video call kalian tiap malam, aku dan Andra saling save nomor. Awalnya aku kira Andra mau simpan nomorku biar gampang kalo kamu ga bisa dihubungi, ternyata aku salah..."

Aruna masih diam, isyaratkan Adinda untuk lanjutkan penjelasannya.

"Tiga bulan setelah itu, kamu makin sibuk sama skripsimu, udah jarang angkat telpon Andra, balas chat pun buat minta waktu sendiri. Bersamaan dengan itu, aku juga lagi renggang sama Nick yang juga lagi sibuk. Aku minta maaf, Runa. Maafin aku yang dengan gampangnya termakan rayuan Andra, maafin aku yang ga bisa tegas sama dia dengan nutup semua akses komunikasi. Ingat ga sebulan lalu Andra ke Jogja dua hari? Dia ga ada kerjaan di sana, dia minta ketemu dan disaat aku paksa buat berhenti dan mau sudahi hubungan kami, dia melakukan itu Run. Dia marah dan ga mau kita udahan, hapeku dia sita biar ga bisa hubungi kamu. Aku minta maaf, harusnya dari awal aku ga terima ajakan Andra, harusnya aku langsung kabarin kamu waktu dia ajak buat main belakang. Maafin aku, Runa. Maafin aku. Kamu boleh benci aku, aku akan terima sebagai konsekuensi dari ini semua,"

Pandangan Aruna tidak lagi jelas karena tertutup airmata, tahu apa yang ia rasakan? Rasanya hancur, lebih hancur dari mendapat kabar temannya dihamili oleh pria tidak bertanggung jawab. Dan sialnya, sial sekali fakta bahwa pria brengsek itu adalah Andra Baskara, kekasihnya yang ia banggakan.

 Dan sialnya, sial sekali fakta bahwa pria brengsek itu adalah Andra Baskara, kekasihnya yang ia banggakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


OCEANS & ENGINES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang