BAGIAN DUA PULUH DELAPAN

27K 1.7K 736
                                    

28. Varren tersenyum?

____________________

"Jangan biarkan senyum itu pudar, tetaplah menjadi diri sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jangan biarkan senyum itu pudar, tetaplah menjadi diri sendiri. Karna, dengan itulah, alasan aku mulai sekarang akan belajar mencintai kamu."

_Varren Salvino Abraham_

Pagi yang tenang dengan angin yang menerpa kulit mulus Alya. Menerbangkan beberapa helai rambut-Nya yang tidak ia Cepol dengan benar karena terburu-buru ingin Melihat pemandangan pantai dengan beberapa pengawal yang memantau ia dengan kepala yang tertunduk.

Merentangkan tangan dengan udara di dekat laut yang ia hirup dalam-dalam. Alya rasanya begitu damai, senang kala ia di tinggal pergi oleh empat pemuda itu, lagi. Walaupun kedengarannya menyebalkan, karena mereka yang memiliki wilayah ini. Namun, Alya sangat berharap agar mereka pergi untuk selamanya. Selamanya.

Baru saja merasa damai. Sebuah tangan melingkari perut ramping Alya, membuat Alya sedikit tersentak dengan bahunya yang di kecup dengan lembut.

"Varren?" Tebak Alya yang mampu membuat sang empunya melepaskan kecupan pada bahu milik Alya. "Kalo misalnya aku lepasin kamu sekarang, apa kamu akan pergi?"

Benar ternyata tebakan Alya. Suara Varren sangat khas dengan wangi tubuh mereka yang sangat berbeda, Alya tak mengira. Jika ia sudah sehafal ini dengan wangi tubuh empat pria itu. "Mau lah! Mana ada orang yang gak mau pergi?! Apalagi, cuman di jadiin sebuah mainan." Kata Alya dengan tatapan sendu, dadanya sesak sebenarnya mengatakan hal ini. Namun, itulah kenyataan. Kenyataan pahit yang harus Alya terima.

Membalikkan tubuh Alya hingga menghadap padanya. Varren tak suka kata-kata itu keluar dari bibir yang ia puja, bagaimana mungkin Alya berpikir jika mereka hanya menjadikan dia sebagai mainan? Lelucon macam apa ini? Varren benar-benar tak menyukainya.

"Siapa yang bilang?" Tanya Varren dengan suara rendahnya. Mengangkat dagu milik Alya hingga menengadah, menatap tepat pada manik matanya. "Aku! Aku yang bilang barusan, apa ada orang lain di sini selain aku?!" Ketua Alya dalam menjawab.

Menyusuri pipi mulus Alya dengan tangan besarnya. Varren menghentikan tangannya tepat pada tengkuk Alya, sebelum menariknya pelan untuk menyatukan indera perasan miliknya dan sang gadis.

Awalnya itu hanya sekedar kecupan kala Varren mulai bergerak semakin acak menyesap setiap inci bibir mungil milik Alya yang seakan habis di lahap oleh bibir tebalnya. Terlalu candu, manis yang begitu Varren hafal. Bak sebuah makanan yang selalu ia coba dengan rasanya yang tak pernah hilang dalam benak.

"Eng..." Alya melenguh kala Varren berhasil menerobos rongga mulutnya dengan tangan yang tak henti mengusap punggung Alya dengan lembut. Membuat Alya terhanyut, hingga tak sadar. Jika kini, Alya ikut adil dalam permainan bibir keduanya.

Obsesi Devil'sWhere stories live. Discover now