Bab 3.the most wanted

261 217 42
                                    

Rara berjalan menuju kelas sambil bergumam menyanyikan lagu favorit nya dan dalam perjalanannya dia melihat Dina dan Sasya yang sedang berdiri dan asyik mengobrol di koridor. Rara mempunyai sebuah ide dan mendekati mereka dengan perlahan.
Rara melompat kecil. "Dorr. "
Dina dan Sasya langsung bergidik kaget saat melihat Rara melompat kecil di hadapan mereka.

"Ee kodok kodok. " kata Dina dengan latah.

Sasya mengelus dadanya. "Astagfirullah. "

Rara tertawa dengan sangat puas, Dina dan Sasya menatap Rara dengan kesal.
"santai dong, gitu banget natap nya. " Rara berkata sambil mengulum senyum menahan tawa.

"Jadi pengen gue santet ni orang. " sahut Dina.

Sasya mengangguk setuju. "2 in. "

Rara tertawa pelan. "Btw lo ngasih nomor gue ke cowok ya kan, apa maksud lo hah? " Rara berkata sambil menatap sinis ke arah Dina.

"Wait, gak ada sumpah. "

Rara memutar matanya dengan malas. "Dia bilang dapet nomor gue dari lo. "

Dina berdiam sejenak dan berfikir. "Gak ada woy emang siapa sih namanya? Sasya kali yang ngasih. "

Sasya membuka mulutnya. "Hah? Kok jd gue yang dituduh. "

Rara berdecak. "Katanya namanya Raka maheswa. "

Dina dan Sasya sontak terkejut dan membuka mulut dengan lebar. Rara menatap mereka dengan heran karena mereka tampak tidak percaya dengan apa yang dikatakannya.

"Lo beneran? Yakin?" tanya Dina dengan perasaan tidak percaya dengan mulut yang masih menganga.

Rara menaikkan sebelah alisnya, menatap mereka berdua dengan heran. " lah? Dia bilang gitu dan gue ketemu dia di supermarket kemarin sore. "

Dina dan Sasya saling tatap dengan ekspresi tidak percaya dan mulut yang terbuka lebar. "Rara, lo gak tau Raka maheswa itu siapa? Beneran gak tau? Atau emang gak tau? " tanya Sasya dengan heran.

Rara menatap mereka dengan aneh. "Ya... gue gak tau, kalian kenapa sih? "

Dina Menggeleng-gelengkan kepalanya. "Parah lo, dia itu the most wanted di sekolah kita woy, ketua basket + ketua OSIS, behhh.. Suatu keberuntungan lo bisa ketemu sama dia, soalnya dia kayak gaib jarang terlihat gitu Kalau di sekolah. " Dina berkata dengan bersemangat.

Sasya menatap Rara dengan kagum. "Tutorialnya dong puh sepuh, ajarin dong puhh. " Sasya menatap Rara dengan memelas.

"Apaan, biasa aja tuh cowok, gak ada tutorialnya, tanya aja tuh sama mbah Google. "

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang menguping mereka dari belakang. "Biasa aja? " seseorang itu adalah Raka yang menguping pembicaraan mereka sedari tadi. Rara menatap Raka dengan sinis.

"Nguping lo? Dasar gak sopan. "
Dina dan Sasya langsung menatap Raka dengan terkagum-kagum dan berteriak tak jelas karena salah tingkah.

Raka berjalan mendekat ke arah Rara yang mulai mundur perlahan sampai belakangnya menyentuh tembok. Raka meletakkan kedua tangannya di sisi kiri dan kanan bahu Rara. Rara tersentak kaget dan diam tak berkutik, hanya menatap Raka dengan sinis. Dina dan Sasya yang melihat hal tersebut hanya tersenyum dan memandang kagum ke arah Rara. Dina dan Sasya bertepuk tangan pelan dengan bangga.

Raka menatap mata Rara dengan intens. "Lo cocok sama gue. "

"Dih, siapa juga yang mau sama lo? "
Raka mengulum senyum dan langsung berbalik pergi begitu saja. Rara hanya menatap Raka dengan sinis sambil melihat punggungnya yang mulai menjauh dari pandangannya. Dina dan Sasya lalu mendekat kemudian menepuk-nepuk bahu Rara dengan pelan sambil tersenyum bangga.

Seindah Cahaya Bulan  [ Hiatus ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant