Bab 4.permintaan maaf

222 190 23
                                    

Malam hari sudah tiba, bulan menyinari langit malam dan menjadikannya pemandangan yang indah. Cahaya bulan menyinari segalanya dengan kilaunya yang menenangkan dan udaranya yang dingin namun tetap terasa menyegarkan. Ini adalah waktu yang tepat untuk bersantai dan menikmati momen pelipur lara. Semakin malam, cahaya bulan semakin terang, menerangi langit malam dengan kilau keperakannya. Bintang-bintang yang kini terlihat menambah keindahan langit malam yang indah.
Rara berdiri di depan jendela, menikmati indahnya pemandangan di malam hari.

Rara menikmati cahaya bulan yang indah dan menenangkan. Dia terpesona oleh keindahan langit yang dihiasi oleh kilauan bintang-bintang. Dia merasa tenang dan damai dengan suasana di malam yang sunyi ini.

Di tempat lain seorang laki-laki yang juga sedang berdiri dibalik jendela dan menatap indahnya bulan di malam hari sambil memikirkan seseorang yang ada di hatinya. Dia tersenyum dengan sedikit rona merah di pipinya, seolah-olah mengagumi keindahan bulan dan keindahan gadis yang ada di pikirannya. Laki laki tersebut mengambil handphone nya yang berada di saku celananya kemudian mengetik sebuah pesan dan mengirimnya pada seseorang.

Ting...
Notif handphone Rara berbunyi, Rara mengambil handphone nya dengan cepat dan membuka pesan tersebut.

Raka maheswa

Ra
Gue minta maaf, gara gara gue
Hukuman lo ditambah

Y

Gue mau tanggung jawab kok
Biar gue yang ngerjain jadi lo
Tinggal nyalin

Gak perlu

Plis Ra😢

Gk

Raka mengacak rambutnya dengan frustasi, dia menghela nafas dengan kasar dan melemparkan tubuhnya ke kasur. Raka menutup matanya dan mencoba tidur secepatnya. Alih-alih tertidur, Raka justru merasa gelisah.
Raka dengan cepat bangun dan keluar rumah, membuka bagasi mobilnya dan masuk ke dalam mobil. Raka melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi di jalan yang ramai dengan lalu lalang kendaraan, beberapa motor bahkan membunyikan klaksonnya, Raka menghentikan mobilnya begitu sampai di tempat tujuan. Dia mengatur nafasnya dan merapikan pakaiannya kemudian keluar dari mobil, berjalan ke arah rumah seseorang yang ada di hadapannya.

Tok... tok... tok...

Seseorang membukakan pintu rumah dengan pelan. "Siapa? "

Raka tersenyum dengan malu malu. "Saya Raka bu, temennya Rara. "
"Calon menantu ibu maksudnya. "

"Ayo masuk nak! "

Raka mengangguk dan masuk ke dalam rumah lalu duduk di sofa yang ada di ruang tamu.

"Ibu panggilin Raranya dulu ya. "

Tidak lama kemudian Rara datang dengan tatapan sinis ke arah Raka. Dia berjalan lalu duduk di sofa yang ada dihadapan Raka dan duduk di sana, Rara masih merasa marah kepada Raka karena kejadian yang terjadi di sekolah tadi.

"Ngapain lo kesini? "

Raka menunduk. "Maaf Ra, plis gue bantu yah ngerjainnya. "

Rara merasa kesal dan berkata. "yaudah, nihh, ambil, " Rara berkata sambil menyodorkan selembar kertas beserta pulpennya.
Raka mengangkat wajahnya, menatap Rara dengan tersenyum sumringah dan mengambil buku beserta pulpennya. Raka mengerjakannya dengan secepat kilat tanpa kesulitan sedikit pun Rara ternganga melihat jari jari lincah Raka yang menulis tanpa ada kesalahan ataupun coretan.

"Udah. "

Rara merasa ragu dengan Raka. "Oh, oke. " kata Rara.
Raka memandang ke arah Rara dengan kagum Dan tersenyum, seolah ingin menunjukkan sesuatu pada Rara.

Seindah Cahaya Bulan  [ Hiatus ]Where stories live. Discover now