Bab 22 .Hari ujian

46 33 16
                                    

Hai haiii🤗🥰
Author comback 🤭
Alhamdulillah sudah gak setres lagi😢
Happy Reading pembaca ku yang setia menunggu 🥰
Mksh sudah baca karya ini walau gak sebagus itu 😁

Jangan lupa vote + tinggalkan jejakmu dengan cara komen!

Kalau ada typo kabarin author (≧∇≦)/

Ketegangan terlihat di wajah semua siswa siswi yang sedang mengerjakan soal ujian dengan teliti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ketegangan terlihat di wajah semua siswa siswi yang sedang mengerjakan soal ujian dengan teliti. Rara mengerjakan soal tersebut dan menyelesaikan nya dengan waktu yang cepat yaitu hanya 20 menit.

Rara maju ke depan dan mengumpulkan kertas ujian itu di meja guru, semua tertegun melihatnya.
Rara kembali ke tempat duduknya kemudian menghembuskan nafas dengan lega.

Tidak lama kemudian bel pulang berbunyi tepat pukul 10.00. Semua siswa dan siswi yang telah mengisi kertas ujian dan mengumpulkannya di meja guru boleh pulang. Beberapa siswa-siswi yang tidak mengumpulkan kertasnya karena belum mengisi semua jawaban pada soal ujian akan diambil paksa oleh guru.

Seperti biasa Raka dan Danu menunggu Rara di parkiran. "Gimana ra? Ujiannya lancar? " Raka bertanya kepada Rara.

"Orang dia pintar pasti lancar lancar aja yakan. " sahut Danu.

Rara mengedikkan bahunya. "Ya...gitu deh."

Mereka bertiga pun menjalankan sepeda motornya ke rumah masing-masing. Danu tidak menginap di rumah Rara malam ini dikarenakan ingin mengantarkan orderan-orderan makanan yang ia jual ke rumah pembeli.

Rara sampai di depan pintu rumahnya, ia pun mengetuk pintu itu lalu Ibu Rara membukakan pintu untuknya kemudian Rara masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu sambil membuka buku mengoreksi soal ujian yang diingatnya.

"gimana ujiannya? " tanya ayah Rara yang juga duduk di sofa di hadapannya.

"biasa biasa aja sih yah. " jawabnya.

"Anak kita kan pinter jadi ujian ini pasti gampang buat Rara. " sahut ibunya dari arah dapur yang letaknya tidak jauh dari ruang tamu.

"Anak ayah memang genius, pertahankan ya nak, ayah dukung kamu terus. SMA nya mau dimana? Biar ayah siapkan uangnya. "

"Aku sih mau di SMA 1 favorit itu loh ayah. "

Ayah Rara mengangguk dan membuka sebuah koran yang sedang si pegangnya. "boleh boleh aja kalau kamu mau sekolah disitu, nanti ayah siapkan uangnya. "

Rara merasa senang ayahnya menanyakan dirinya ingin melanjutkan sekolahnya dimana dan mau mendukung keinginan Rara yang mau bersekolah di SMA favorit itu. Disana banyak ekstrakurikuler yang hendak Rara ikuti, terlebih lagi sekolahnya cukup luas dengan pemandangan gunung di seberang sekolah itu, hanya terhalang oleh satu jalan yang tidak besar dan tidak kecil. mereka yang bersekolah di sana pasti selalu melihat pemandangan gunung itu dari lantai 2 dan 3.

Rara suka pemandangan nya dan juga luas sekolahan itu yang membuat nya bisa berkeliling sekolah saat bosan berada di kelas yang pastinya selalu ribut.

Di malam hari yang tenang ini Rara menghabiskan waktunya dengan belajar di depan jendela sambil merasakan angin yang masuk melalui jendela nya, terasa dingin namun menyegarkan.

Rara membayangkan dirinya sukses di masa depan nanti. Rara selama ini sudah berusaha agar menjadi siswi yang pintar dan itu berhasil. Bangga sekali rasanya melihat diri sendiri bisa berhasil menjadi apa yang diinginkan dengan sebuah usaha yang tidak sia sia.

Ting! Ting! Ting!
Notifnya ponselnya berbunyi dan itu mengganggu mood belajarnya. Rara pun mengambil ponselnya dengan perasaan kesal dan membukanya.

                            Riko Putra

Udah siap?
Gue otw
Jangan pakai pakaian yang seksi

                                                              *read

"Aduh... gue lupa kalau mau pergi sama si manusia aneh satu ini, mana belum siap lagi." batin Rara.

Rara melemparkan bukunya ke kasur. Ia berlari ke depan lemarinya dan bergegas mencari pakaian yang simple dan nyaman dipakai.

Rara memakai dress simple yang baru ia beli dengan harga yang cukup mahal. Rara menyisir rambutnya yang ia biarkan tergerai, tidak lupa Rara memakai high heels yang tidak terlalu tinggi.

Rara tidak menggunakan make up hanya menaburkan sedikit bedak di wajahnya dan mengoleskan lip balm ke bibirnya agar tidak kering.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, menampilkan ibunya yang berdiri di depan pintu dengan tatapan kagum ke anaknya. "Wahh.. Anak ibu cantik banget, cie yang mau ngedate. "

Tidak tau kenapa pipi Rara jadi merah merona, dirinya merasa malu digoda oleh ibunya. "Orang cuma makan malam doang,"

"Itu si Riko udah nungguin di ruang tamu, cepetan! "

"Ini udah siap kok. "

Rara keluar dari kamar bersama ibunya dan berjalan ke ruang tamu. Ayah Rara sedang berbincang dengan Riko. Rara menghampiri mereka dengan perasaan malu karena takut digoda atau diejek karena penampilan nya yang Rara rasa sangat jelek.

"Ayo! " ajak Rara.

Riko terdiam melihat Rara yang begitu cantik dan manis. Lelaki mana yang tidak terpesona melihat penampilan Rara yang saat ini. Ayah Rara menggelengkan kepalanya melihat Riko yang sangat terpana melihat kecantikan anak perempuan nya itu.

"pesona anak ayah ini luar biasa sampai Riko ternganga gitu. "

Tanpa sadar Riko membuka lebar mulutnya. "Ekhem, maaf om gak sengaja. "

"Yaudah ayo! om, tante, saya ajak jalan Rara nya ya? " izin Riko.

"iya, Hati hati ya nak Riko. " kata ibu Rara.

"Semoga cepat jadian ya nak Riko. " teriak ayah Rara dengan harapan agar mereka cepat jadian.

Rara merasa jengkel dengan perkataan ayahnya, sedangkan Riko menahan senyum di bibirnya karena Mendapat dukungan dari ayah Rara. Mereka pun pergi menggunakan sepeda motor ninja milik Riko yang biasa ia pakai ke sekolah.

Di perjalanan, keduanya hanya diam tanpa ada yang memulai pembicaraan. Hening, hanya terdengar suara suara mobil dan sepeda motor di samping kanan kiri mereka yang sedang berlalu lalang dengan cepatnya.

Malam ini bulan terlihat sangat terang dan bintang yang nampak banyak di langit dengan cahaya nya yang berkilauan. Lampu lampu di jalan juga menyala dengan sangat terang membuat mata silau melihatnya. Pemandangan malam memang indah, udaranya juga sejuk. Tidak seperti di siang hari, panas dan gersang.

mereka sampai di restoran yang terlihat berkelas, firasat Rara mengatakan harga makanan disini akan membuat kantongnya menipis. Berkelas sih, tapi Rara tidak sekaya itu untuk makan di tempat yang seperti ini, biasanya paling di warteg.

"Lo yakin mau makan disini? " Rara bertanya dengan perasaan ragu.

"Kenapa? Miskin lo? Gue bayarin kok, " jawab Riko dengan gaya sombongnya.

"Dih! Sialan lo ya! gak miskin miskin banget juga kali. "

Riko malah tersenyum.

Rara bergidik ngeri melihatnya. "Gila lo? "

"Iya, gue gila gara-gara lo. "

"Alay! "

Seindah Cahaya Bulan  [ Hiatus ]Where stories live. Discover now