Bab 16.Pelaku yang berlagak seperti korban

99 89 27
                                    

Buku-buku tersusun rapi pada raknya, suasana yang sunyi senyap membuat Rara sangat betah berada di perpustakaan sekolah berjam-jam, Rara membaca semua buku pelajaran dan mempelajari nya dengan semangat karena ujian kelulusan sebentar lagi tiba dan...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Buku-buku tersusun rapi pada raknya, suasana yang sunyi senyap membuat Rara sangat betah berada di perpustakaan sekolah berjam-jam, Rara membaca semua buku pelajaran dan mempelajari nya dengan semangat karena ujian kelulusan sebentar lagi tiba dan hari kelulusan mulai dipersiapkan secara perlahan, tidak terasa dia sudah akan meninggalkan sekolah ini. Rasanya baru kemarin dia masuk ke sekolah ini, waktu berlalu begitu cepat, Rara semakin dewasa, dirinya sebentar lagi akan masuk ke jenjang sekolah yang lebih tinggi yaitu Sekolah menengah Atas (SMA).

Rara sih maunya SMA daripada SMK karena dirinya ingin kuliah kedokteran nantinya di universitas impiannya. Rara duduk perpustakaan di temani oleh Riko yang memaksa ingin ikut. Untungnya hari ini tidak ada Raka karena dia mengabari Rara bahwa tidak bersekolah karena ada acara keluarga, andai saja Raka tau Riko sedang bersama Rara di perpustakaan, mungkin dia akan datang dan ikut duduk di sini sambil mengusir Riko.

"Ra! Gue kurang ngerti sama rumusnya, jelasin ke gue sekarang juga! " Riko menunjukkan 1 soal matematika yang sulit dimengerti baginya.

"Males." sahut Rara.

"Jelasin sekarang! "

"Lah kok maksa? Gak mau. " Rara bersikeras tidak ingin membantu Riko.

"Siapa yang bilang lo boleh nolak? Gak ada penolakan! "

Rara dengan kasar mengambil buku Riko dan menulis sebuah rumus kemudian menjelaskan nya secara perlahan. Bukannya memperhatikan penjelasan Rara, Riko malah terus memandangi nya.

"Heh! Liat itu ke sini! " Rara menunjuk buku yang ada di tangannya.

"Gue lebih tertarik liatin lo daripada liatin buku. " jawab Riko.

"Terserah. " Rara melemparkan bukunya ke wajah Riko, lalu ia bangkit dari duduknya dan pergi.

Riko hanya tertawa pelan dan mengikuti Rara keluar, Rara mempercepat jalannya namun Riko bisa menyamai langkah Rara. Rara hanya pasrah dan berjalan dengan normal bersebelahan dengan Riko yang terus saja memandangnya.

Setelah Rara sampai di depan kelas, Rara menghentikan langkahnya dan menatap Riko yang juga ingin masuk ke kelasnya. "Siapa yang nyuruh lo masuk ke kelas gue? Pergi ke kelas lo sana! " Ujar Rara.

Riko berputar balik dan berjalan ke kelasnya, Rara masuk ke dalam kelas dan semua murid di kelas melemparinya dengan kertas yang sudah di gumpal-gumpal. Mereka kemudian tertawa dan mengatai Rara dengan sebutan "penggoda".

Rara tidak menanggapinya, ia duduk di bangkunya dan membuka buku, memulai belajar kembali dengan telinga yang ia biarkan mendengar hinaan dari teman teman sekelasnya.
Matanya terpaku pada buku namun telinganya mendengar dengan jelas hinaan dan tawaan itu.

Dina yang duduk di sebelahnya berkata. "Teman teman jangan gitu, gue udah ikhlas kok. " Ucap Dina bersandiwara.

"Iya guys, udah! Kesian Rara. " timpal Sasya.

Rara mengernyit dan menoleh ke Dina dan Sasya yang berekspresi menyedihkan seolah-olah paling tersakiti. Ingin menampar mereka, itulah yang ada di pikiran Rara saat ini tapi Rara hanya bisa diam dan bersabar.

"Dina, kami pasti belain lo kok. " sahut dari salah satu mereka.

"Iya Din, apalagi wanita jahannam ini, gak tau malu!. " sarkas dari yang lainnya.

"Heh! Jangan gitu, bagaimanapun Rara masih sahabat gue. " tutur Dina dengan nada berpura-pura sedih.

Rara merasa sangat jijik dengan drama mereka, Rara ingin muntah. Sangat menjijikkan untuk di tonton. Dirinya masih bisa sabar dan terus belajar dengan konsentrasi sampai jam istirahat telah habis dan guru masuk, memulai pelajaran seperti biasa.

Pelajaran berjalan dengan suasana yang selalu senyap, kesunyian ini membuat Rara mengantuk, ia menguap sesekali. Waktu terus berjalan sampai akhirnya bel pulang telah berbunyi guru mengeluarkan beberapa patah kata Sebelum keluar dari kelas. Semua murid memasukkan buku mereka ke dalam tas masing masing. Setelah Rara selesai merapikan buku bukunya yang ia masukkan ke dalam tas dan berjalan ingin keluar dari kelas, namun ia dihadang oleh beberapa perempuan di depan pintu kelas. Rara berjalan ke hadapan mereka dan berhenti.

"Mau kemana lo? " kata salah satu dari mereka.

"si penggoda mau pulang? " Sahut dari temannya.

"mending lo di sini aja, gue kira Rara baik, ternyata cuma di depan kita aja. "Sarkas dari temannya yang lain.

Rara mendorong mereka dengan keras sampai mereka terduduk di lantai, dengan acuh Rara berjalan dengan santai menuju parkiran Dan lagi lagi ada Riko di sana.

Riko berkata."Ayo barengan. "

Rara tidak menjawab dan ia menaiki sepeda motornya dan melanjutkannya dengan kecepatan sedang, Raka menyusul Rara dengan cepat dan menyamai kecepatan Rara agar bisa berdampingan di jalan. Sepanjang jalan mereka berdampingan, Rara bersikap seolah Riko tidak terlihat. Setelah sampai di rumah Rara, ternyata Riko mengikuti nya sampai rumah.

"Heh! Lo ngapain? Sana pulang! "

"Gue cuma mau pastiin lo sampai di rumah dengan selamat, gue pulang dulu. " setelah berkata begitu Riko pun pergi.

Rara masuk kedalam rumahnya, sorot mata Rara tertutup kepada ayahnya yang sedang menonton TV sendirian.
"Kok ayah sendirian? Ibu mana? "

"Ibu lagi pergi ke rumah temannya, biasa arisan. "

"Ohh."

"Rara, ayah mau nanya. " Ungkap ayahnya.

Dengan gugup Rara mendekat, takut di marahi walau di pikir pikir dia tidak membuat kesalahan apapun. "anak ayah ini sukanya sama Riko atau Raka? " tanya ayahnya kepada Rara.

"Kalau ayah sih sukanya Riko cuma ya...ibu kamu maunya si Raka. " lanjut ayahnya.

"Gak tau yah, Rara mau fokus sekolah aja. " sahut Rara.

"bagus kalau gitu, ayah dukung 100%."

"Yaudah yah, aku mau ke kamar. "

Ayah Rara mengangguk, Rara pergi ke kamarnya Dan berganti pakaian, setelah itu dia keluar dari kamar, berjalan menuju ruang makan. Rara merebus mie goreng kesukaan nya. Sesudah mienya jadi, ia membawa mangkok berisi mie tersebut ke dalam kamar beserta segelas air putih di tangan sebelahnya lagi. Baru saja dirinya ingin masuk ke kamar, ibunya menghampiri nya.

"Eh, ibu, udah pulang? " Rara tertangkap basah ingin makan mie, karena pasalnya ibunya tau Rara terlalu sering makan mie dan itu membuat Ibunya mengkhawatirkan kesehatan Rara.

"Makan mie lagi? Sini mie nya! " Ibu Rara mengambil mie tersebut dan menyerahkan nya kepada ayahnya, ayahnya pun memakan mie tersebut dengan girang.

Rara memandang sedih ke ayahnya yang memakan mienya dengan kegirangan, ibu Rara menyodorkan nasi dengan lauk ayam dan menyuruh Rara memakannya. Rara dengan berat hati menurut dengan perkataan sang ibu.



Halo gesss 👋😄
Jangan lupa vote o(〃^▽^〃)o
Mksh👍🤑
Yaudah itu aja sih(。>‿‿<。 )

Seindah Cahaya Bulan  [ Hiatus ]Where stories live. Discover now