Bagian Tiga

476 37 0
                                    

Jimmy sedikit mengaduh saat pemuda itu menabraknya barusan.

"Maafkan aku."

Ingin marah, tetapi pelaku yang tanpa sengaja menabrak tubuhnya tadi langsung membungkuk beberapa kali di hadapannya.

"Tidak apa-apa."

Jimmy tidak tahu harus menjawab apa. Apalagi, saat pemuda itu menegakkan tubuh, ia bisa melihat matanya yang memerah menahan tangis. Aku bahkan belum memarahimu.

Sebelum dia berbalik badan seutuhnya, Jimmy bisa melihat air mata menetes dari sepasang matanya yang cantik. Tampak tidak bercahaya. Orang itu sepertinya sedang punya masalah, pikir Jimmy.

Ia berniat melanjutkan perjalanan. Sekarang sudah baik-baik saja. Akan tetapi, hantu berwajah tampan itu segera menyadari sesuatu. Dia berdiri membatu di tempat.

"Dia bisa melihatku?"

***

Satu bulan setelah malam valentin yang menyedihkan.

Sea tidak tahu ada masalah apa dengan kekasihnya. Ohm akhir-akhir ini mulai menghindarinya.

Mereka memang jarang bertemu, tetapi Sea yakin sekali bahwa kali ini pemuda yang begitu ia cinta itu menghindarinya secara terang-terangan. Ada yang aneh dengannya.

[Ayo kita berbicara serius malam ini. Ada banyak hal yang ingin kukatakan kepadamu.]

Pesan tadi ia kirim sejak pukul 7 pagi. Sekarang hampir jam istirahat makan siang, dan tidak ada tanda-tanda pesan tersebut akan dibalas oleh si penerima.

[Ohm, aku ingin bertemu.]

Sea mengirim pesan sekali lagi. Ponselnya bahkan tidak berdering sama sekali. Kesal, dia lempar ponsel itu ke dalam tas kain yang biasa Sea bawa saat bekerja.

Pemuda manis itu kemudian melanjutkan kegiatannya di restoran sampai selesai. Ketika ingin pulang, diam-diam ia berharap pesannya kali ini akan dibalas oleh kekasihnya tersebut. Sea mengangkat benda kotak persegi itu, lalu mencoba mengintip pelan-pelan.

[Aku sedang sibuk]

"Berengsek, kamu kekasih paling menyebalkan dalam hidupku. Hampir dua belas jam menunggu, kamu cuma memberi jawaban singkat seperti ini?"

Sea berusaha mengatur kembali perasaannya. Ia menarik napas panjang, mencegah supaya tidak lepas kendali.

"Baiklah kalau itu maumu, aku tidak akan membalas pesanmu sampai kamu menemuiku dengan sendirinya nanti. Aku juga bisa jual mahal, Tuan Thipakorn."

Sea melanjutkan perjalanannya. Ia terkadang iri dengan beberapa pasangan yang ditemuinya di sepanjang jalan pulang. Sea ingin merasakan suasana romantis sama seperti mereka.

Bergandengan tangan pun jarang. Sea ingin sekali berteriak di depan wajah pemuda yang sialnya, sangat ia sukai itu, "Tolong urus pacarmu ini, dong. Sesekali, aku ingin dimanja olehmu."

Melewati taman tempat biasa mereka bertemu, Sea mengedipkan mata berulang kali saat melihat sosok yang terlihat familiar. Ia memeriksa dengan saksama.

"Ohm, dengan siapa?"

Sea berheham pelan. Ia ingin mendekat ke arah depan, sesaat, sebelum sesuatu yang tidak pernah ia duga-duga menjadi sangat mengejutkan. Kekasihnya berciuman dengan seseorang yang ia tidak kenal. Itu adalah ciuman yang cukup panas, dan fakta yang agak menyakitkan baginya, sosok asing itu ternyata seorang perempuan muda.

you are the star in my lifeWhere stories live. Discover now