Bagian Tujuh Belas

251 29 2
                                    

"Hmm?"

Cara bicara Sea agak berbeda. Jimmy meminta anak itu meneruskan ucapannya tadi. Sea tidak kunjung bersuara. Ia malah mengepalkan tangan kuat-kuat. Melihat tingkahnya yang tidak biasa sejak mereka bertemu hari ini, Jimmy merasa ada yang sedang anak itu risaukan.

"Kamu ingin bertanya soal apa? Katakan saja, aku di sini mendengarkanmu, Sea," ucapnya lembut.

Sea menggelengkan kepala. "Nanti saja."

"Tidak jadi sekarang?" Jimmy masih ingin memastikan.

Pemuda manis itu membalas, "Bagaimana setelah aku pulang kerja, kita bertemu di taman?"

Jimmy berpikir sebentar. Tidak ada masalah berarti. Ia sedang senggang.

"Baiklah, akan kutunggu di taman."

Sea beranjak dari tempat duduk. Ia tampak terburu-buru.

"Jam istirahatku hampir selesai. Aku akan kembali lagi."

Sebenarnya, pemuda manis itu tidak ingin berlama-lama di dekat Jimmy. Ia takut.

Sea takut merasa bersalah karena harus membenci sang hantu berwajah tampan nantinya. Ia merasa tidak akan sanggup.

"Aku masuk, ya."

Jimmy hanya menganggukkan kepala pelan.

***

Jimmy memegang setangkai bunga mawar. Ia berniat memberikannya kepada Sea.

"Dia pasti ingin aku menghabiskan waktu dengannya. Kurasa dia terlalu malu untuk mengatakannya. Anak yang sangat manis."

Jimmy tersenyum hanya dengan membayangkan. Sekarang sudah malam, sebentar lagi pemuda manis itu sampai di sini.

"Apa aku harus bersikap romantis supaya dia senang?"

Ia bertanya pada diri sendiri. "Dia pasti akan berpura-pura tidak suka, tetapi aku tahu dia sebenarnya sangat menyukainya."

Jimmy terus bermonolog. Sulit baginya berpikir jernih, terlebih saat ini kepalanya penuh dengan gambaran wajah Sea.

Tak lama, ia bisa melihat Sea berjalan masuk ke taman dari kejauhan. Pemuda yang ditunggu-tunggu itu datang juga. Senyum Jimmy merekah sempurna saat melihat kehadirannya.

Ia menyerahkan bunga di tangan saat Sea sudah benar-benar dekat.

"Apa ini?" Sea bertanya kebingungan.

Jimmy terkikih. "Aku berharap aroma yang khas dari bunga mawar bisa membuatmu lebih tenang."

"Terima kasih."

Sea mengucapkannya dengan singkat. Ia bingung bagaimana memulai pembicaraan.

Pertanyaan terus menumpuk. Semakin ia menahan, semakin ia penasaran. Ketika rasa penasaran menyelubungi seluruh tubuhnya, Sea kembali merasakan takut. Ia takut apa yang dijawab oleh pria di depannya jauh dari apa yang ia bayangkan.

Sementara itu, Jimmy menyadari jika Sea selalu menjaga jarak darinya seharian ini. Apa yang salah? Apa dia telah melakukan sesuatu yang membuat pemuda manis itu kesal?

"Bagaimana kabarmu?"

Ia menanyakan keadaan agar bisa menentukan bagaimana harus bersikap. Ia khawatir Sea sedang tidak ingin diganggu.

"Aku... tidak tahu bagaimana mengatakannya."

"Apa semua baik-baik saja, Sea?"

Jimmy berusaha memegang pundak pemuda manis itu dengan kedua tangannya, tetapi Sea seperti tidak ingin ia mendekat.

you are the star in my lifeWhere stories live. Discover now