Bagian Dua Puluh Satu

222 28 0
                                    

"Terima kasih, Sea. Kakak tidak tahu harus bagaimana lagi, jika tidak ada kamu," ucap Namtan tulus.

Ia memegang tangan Sea erat. Pemuda di depannya cuma menganggukkan kepala, merasa senang-senang saja.

"Sama-sama, Kak."

Namtan mendorong kursi pelan. "Kakak akan menjemputmu sepulang kerja. Bisa, 'kan?"

"Aku tidak apa-apa."

"Baiklah."

Perempuan cantik itu, setelah berbicara sepatah dua patah kata, memutuskan kembali ke rumah. Tinggal Sea seorang diri. Ia kemudian melanjutkan pekerjaannya dengan perasaan riang. Lebih baik dibandingkan beberapa hari terakhir. Ini semua karena pengaruh dari sang hantu tampan. Bagi keduanya, masing-masing sudah saling melengkapi.

"Aku akan bertemu denganmu, Paman."

***

Sesuai yang mereka janjikan, Namtan menjemput Sea tepat setelah jam kerjanya selesai. Ia membawa mobil berwarna merah, dan meminta Sea duduk di samping kursi kemudi.

Ekspresi penuh kebahagian tidak hanya terlihat pada wajah si pemuda, tetapi juga orang yang lebih tua. Namtan menganggap hari ini sebagai akhir dari mimpi buruknya, yaitu mengurus Jimmy yang patah hati. Ia sangat senang sekarang.

"Mari kita berangkat," ucapnya pada Sea. Begitu si pemuda merasa siap, mereka segera meninggalkan area restoran menuju rumah Jimmy berada.

Karena tidak ada pembicaraan di dalam mobil, Sea berinisiatif memulai pembicaraan.

"Kak Namtan dengan Paman Hantu, tuh, sebagai apa?"

Yang ditanya, tertawa kecil. Panggilan yang disematkan kepada Jimmy, menurut Namtan sangat lucu. Pantas saja pria menyebalkan itu begitu menyukai pemuda di sampingnya ini.

"Kakak adalah asisten yang bertugas mengurus keuangan di rumah. Kakak mengatur pengeluaran harian, dan mencatat ke mana saja uang milik Jimmy diserahkan."

Sea agak penasaran mengenai suatu hal. "Dia memiliki banyak uang, sampai perlu seseorang agar membantunya?"

Namtan tersenyum usil. "Kamu ingin tahu, ya?"

Pemuda manis itu berpikir sejenak. "Kukira, hantu sepertinya tidak perlu bekerja."

"Bagaimana dia menyekolahkan Neo dan menggajiku, kalau tidak bekerja? Mungkin terlihat seperti seorang pria pengangguran, tidak melakukan apa-apa, dan hanya menyusahkanmu. Tapi yakinlah, dia lebih baik dari yang kamu kira, Sea," jelas Namtan.

Sea bertanya lagi, "Dia bekerja di mana? Bukannya orang lain tidak bisa melihat kehadirannya?"

Si asistem pribadi dari hantu berwajah tampan yang dibicarakan, melambatkan laju mobil agar bisa bercerita lebih leluasa. Mereka sedang berada di jalan raya, tetap harus mengutamakan keselamatan.

"Dia merancang desain arsitektur suatu bangunan. Masalahnya hanya satu, terkadang harus bertemu banyak klien. Dia berkecenderungan untuk membatasi dengan siapa dia mau bekerja sama. Mencari nafkah sebagai sesosok hantu memiliki kesulitan tersendiri, tahu."

Sedikit informasi, beberapa bangunan terkenal di negeri ini, tak luput dari campur tangan Jimmy.

Sea mengangguk paham. "Iya, sih. Apalagi, dia sudah berada di dunia sangat lama."

"Benar."

Namtan memandang wajah Sea dari sisi samping. Cantik sekali. Ia tidak bisa berhenti memuji.

"Hal yang patut disyukuri, dia memanfaatkan keberadaannya dengan cukup baik. Ratusan tahun bergentayangan, sudah cukup baginya untuk mengumpulkan uang. Di masa ini, dia memang lebih suka membaca buku, atau mengerjakan pekerjaan yang Kakak bilang tadi."

you are the star in my lifeWhere stories live. Discover now