Bagian Tiga Puluh

242 26 1
                                    

"Kak Namtan, boleh aku bertanya?"

Sekembali dari luar, Sea langsung menyiapkan makan malam untuk orang-orang di rumah. Pemuda manis itu sedang memasak ditemani Namtan yang sibuk menghangatkan panekuk kentang dalam microwave yang dia beli sebelum datang kemari.

Namtan sempat menawarkan bantuan, tetapi Sea tampaknya tidak mau merepotkan.

"Tanya soal apa?"

Sea menaruh potongan cabai sebagai sentuhan terakhir, dan mengangkat panci rebusan daging yang dibuatnya dari kompor. Setelah itu, memeriksa alat menanak nasi. Beras yang ia masak pun sudah matang sempurna. Hanya tinggal membuat telur gulung sebagai lauk makan terakhir.

Pemuda manis itu bergerak sangat cepat. Ia takut Neo menunggu terlalu lama. Tidak ada jam makan malam tertentu di rumah ini sebenarnya, tetapi Sea harus tepat waktu. Ia sedang mencari nafkah di tempat orang lain.

"Bagaimana Kak Namtan dan Paman Hantu saat pertama kali bertemu. Aku telah mendengar soal pertemuan kalian dengan Neo dari ceritamu, jadi sedikit banyak sudah mengerti garis besarnya. Tapi, untuk pertemuanmu dengan Paman Hantu, aku penasaran sekali."

Namtan terkikih. Dia menyisir rambut menggunakan tangan, lalu menjawab, "Bagaimana mengatakannya, ya? Itu seperti pertemuan yang sudah direncakan sejak jauh hari."

"Direncanakan?"

Sea memasukkan telor yang sudah dikocok dan diberi taburan garam serta lada ke wajan penggorengan khusus.

Perempuan di dekatnya menganggukkan kepala kecil. "Kupikir, pacarmu itu tidak serta-merta datang menemuiku hanya untuk menjadikanku sebagai asistennya saja, Sea."

Suara mendesis dari wajan yang panas terdengar. "Ada alasan spesifik?"

Sea tidak mungkin bisa melihat raut wajah perempuan itu, karena fokus memasak. Namtan memanyunkan bibir.

"Kuceritakan dari awal saja, deh."

***

Namtan terlahir sebagai anak bungsu dari dua bersaudara. Mereka sama-sama perempuan, dan memiliki selisih umur sekitar delapan tahun-an.

Saat kakaknya menikah, Namtan masih berada di sekolah menengah. Karena ayah mereka telah tiada, ibunya berjuang sendirian menyekolahkan Namtan agar masa depannya ketika dewasa tidak terlalu menyedihkan. Mereka berasal dari keluarga sederhana. Tidak ada banyak hal yang perlu dikhawatirkan sebetulnya.

Tapi, semua berubah saat kakaknya dikembalikan ke rumah oleh sang suami. Selain menderita kekerasan verbal, dia juga mendapatkan penghinaan secara non-verbal dari pihak keluarga suaminya. Orang-orang itu memiliki kekuasaan, jadi tidak ada guna melawan.

Namtan diingatkan supaya menjadi anak yang mandiri dan tidak bergantung kepada siapa pun. Jangan sampai meminta uang kepada orang luar. Selain ayahmu, tidak ada yang benar-benar menyayangimu di dunia ini. Jangan mudah percaya.

Mencari uang sebanyak-banyaknya kemudian menjadi tujuan utama perempuan itu. Namtan ingin masuk perbankan dengan harapan memiliki karir yang bagus nantinya.

Setelah lulus dan mencoba peluang di dunia kerja, dia masih menemukan kesulitan karena bukan berasal dari keluarga yang memiliki segalanya. Namtan tidak memiliki peluang sama sekali. Pada akhirnya, perempuan itu tidak bisa bekerja sesuai dengan apa yang ia mau.

Merasa gagal, Namtan menyalahkan diri sendiri. Dia takut mengecewakan kakak dan sang ibu. Apa yang harus dia katakan kepada mereka?

Ketika sangat terpuruk, Jimmy datang menemuinya dan meminta Namtan bekerja dengannya.

"Saat pertama kali melihatnya, Kakak menganggap dia sebagai pria tua nakal yang berpikiran jahat. Tapi, karena membutuhkan banyak uang untuk membalas semua kebaikan yang keluargaku berikan, Kakak menerima ajakan kerja sama darinya tanpa berpikir panjang," jelas Namtan panjang kali lebar.

Dia tidak percaya diminta mengurus daftar pengeluaran dana milik Jimmy, setelah itu mengirimkannya kepada anak-anak yang membutuhkan di luar sana. Pekerjaan yang jauh dari apa yang ia pikirkan sebelumnya. Saat mengingat kembali, Namtan merasa dialah yang terlalu berprasangka buruk kepada sosok Jimmy kala itu.

Apalagi, saat mengetahui bahwa atasan yang mempekerjakannya bukan manusia biasa.

"Sesosok hantu yang sudah lama bergentayangan di bumi akan memberimu gaji yang sangat besar, hanya dengan melakukan dua pekerjaan saja. Membuatkan makanan, lalu membantunya mengurusi uang milik hantu tersebut. Ini bukan drama yang kita tonton di televisi."

Sea sendiri sambil mendengarkan, lanjut menata telor gulung yang sudah matang ke atas piring.

"Alasannya tidak sesederhana itu."

"Menurut Kakak, apa alasannya?" tanya Sea penasaran.

Namun, Namtan sebenarnya sama penasaran di sini. Dia cuma menggelengkan kepala tidak yakin. "Aku masih mencari tahu, tetapi yang pasti semua hal memiliki alasan, Sea."

Yang diajak berbicara jelas setuju. "Aku juga menganggapnya begitu, kok."

Dari banyak pilihan, kenapa Jimmy datang kepada Namtan? Apa alasannya? Apa yang spesial darinya sampai dipilih oleh pria itu?

Dia tidak bertanya terang-terangan, dan Jimmy juga tidak pernah menjelaskan. Karena tidak mau menjelaskan, si asisten menganggap bahwasanya jawaban yang ia ingin dengar mungkin saja tidak bisa diucapkan secara langsung oleh sang atasan. Entah apa itu, Namtan tidak akan pernah mendapatkannya dari Jimmy. Ia hanya bisa mencari tahu seorang diri.

"Apa pun alasannya, aku senang dia hantu yang baik. Dia menjadi atasan yang cukup menyenangkan buatku," ucap Namtan riang.

Sea ikut berbahagia. "Syukurlah."

Makanan sudah disajikan di atas meja. Sekarang tinggal memanggil para pemilik rumah supaya bergabung dan makan malam bersama mereka.

Beberapa hari berada di dekat Jimmy, Namtan, maupun Neo, membuat perasaan pemuda manis itu menjadi sulit diungkapkan. Ia senang bukan main.

Dikelilingi oleh orang-orang baik membuat Sea merasa beruntung. Ia tidak akan menemukan ini di restoran tempatnya bekerja, ataupun dari sosok Ohm yang tidak perhatian. Bukannya tidak bersyukur kepada Mark yang merawatnya dengan sangat baik selama ini, Sea hanya mengungkapkan apa yang ia rasakan. Ia tidak ingin waktu segera berlalu.

***

Dua hari setelah obrolan ringan itu.

Bagi Jimmy, kegiatan kencan adalah salah satu tugas yang wajib dijalankan oleh Sea setelah menerima tawaran bekerja dengannya. Ia tidak menerima penolakan, jadi keduanya pergi ke taman dekat pusat kota saat sore hari menjelang.

Sea melemparkan sebuah bola ke arah pria yang ia cinta. Mereka sedang bermain lempar-lemparan bola di samping air mancur tengah lapangan yang luas saat ini.

Jimmy tidak berhasil menangkapnya, dan bola melaju jauh ke arah belakang. Hantu berwajah tampan itu berusaha mengambilnya kembali.

Bola itu ditangkap oleh seorang anak kecil yang kemudian berlari ke arahnya. Jimmy tersenyum lembut. "Terima kasih, ya, Adik Kecil."

Dia awalnya menduga anak kecil itu akan menyerahkan bola kepadanya, tetapi ternyata anak itu langsung menyerahkan bola di tangan kepada Sea yang tertawa mengejek Jimmy tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Sea tidak melihat sepenuhnya apa yang terjadi. Pemuda manis itu pasti beranggapan jika anak kecil tadi sengaja mengabaikan sosok Jimmy, karena itu dia cuma menertawakan kesialan kekasih hatinya tersebut.

Tapi, bukan sekadar mengabaikan. Anak kecil itu menembus tubuh Jimmy seolah-olah memang tidak melihat kehadirannya. Anak itu justru menganggap Sea sedang mengajaknya bermain bersama.

Apa ini? Padahal Jimmy berada di dekat Sea sekarang. Apa sudah dimulai, proses tubuhnya yang memudar secara perlahan-lahan?

***
Tbc

you are the star in my lifeWhere stories live. Discover now