Bagian Tiga Puluh Empat

267 22 0
                                    

"Apa maksudmu?"

Jimmy melepaskan pegangan tangannya dari anak yang lebih muda. Dia berjalan ke arah Namtan dan memegang pundak perempuan itu, berusaha menyadarkannya bahwa apa yang ia katakan tadi tidaklah benar.

"Jangan berpikiran negatif begini, Nona."

Namtan menundukkan kepala. "Aku bertemu denganmu lebih dahulu, tetapi sekarang aku baru mengetahuinya. Kita terpisah jarak cukup jauh, rasanya seperti tidak diperbolehkan mengenalmu sebaik mereka berdua."

"Aku tidak melakukannya."

"Kamu melakukannya, Pak," ucap Namtan.

Jimmy tidak egois. Sang asisten meragukan pertemanan di antara keduanya. Tapi, wajar bersikap seperti itu. Dia juga memiliki perasaan.

"Aku minta maaf, karena berbicara lancang."

Namtan mengakui kesalahannya. Dia tidak bersungguh-sungguh berniat membuat hubungan mereka menjadi berantakan. Apalagi, hantu berwajah tampan itu baru saja memberitahu Neo mengenai jati dirinya yang sebenarnya.

"Aku merusak suasana."

Lagi, dan lagi. Namtan merasa buruk pada dirinya sendiri. "Maafkan aku, Pak. Aku salah di sini."

Jimmy mengembuskan napas berat. "Kalau kamu menjelaskan begitu, kurasa aku sudah menyakitimu melalui segala tindakan jahat yang jauh dari kata pengertian. Aku ingin meminta maaf."

Namtan menolak keras. "Aku tidak tersinggung sama sekali. Sungguh, lupakan ucapanku. Aku mohon padamu, Pak."

Pria itu membawa sang asisten ke dalam pelukan. Dia meminta Neo ikut membantunya mengirimkan banyak perasaan hangat yang sedang Namtan butuhkan sekarang.

"Aku tulus, perasaan milikku terbagi rata kepada kalian semua. Aku selalu berusaha agar terlihat adil. Kalian mungkin tidak akan mengenalku seutuhnya, ada saat-saat tertentu ketika aku tidak mau bercerita. Tapi, aku tetap menyayangi kalian berdua. Percayalah, aku tidak berbohong."

Jimmy berharap bisa meyakinkan Neo dan Namtan. Dia telah menyalurkan segenap cinta dari hatinya dengan bersusah payah. Dia ingin mereka berdua mengerti satu kali ini saja.

"Aku yakin dengan ketulusanmu, Paman," ucap Neo pelan. Ketika mendengarnya, Jimmy tersenyum lega. Dia mengecup pucuk kepala putra angkatnya itu lembut.

Bagaikan lembaran kaca yang gampang pecah, dia memperlakukan keduanya dengan sangat berhati-hati. Jimmy tidak mau, baik Neo ataupun Namtan merasa sakit hati lagi.

Agak lama mereka berada dalam posisi manis tersebut. Yang paling tua segera menghentikan kegiatannya saat tersadar akan kehadiran Sea yang baru terbangun dari tidur lelapnya.

Wajahnya tampak mengerikan, dan memandang Jimmy seolah-olah menyalahkan. Oh Tuhan, beres satu masalah, datang masalah lainnya. Jimmy harus menguatkan diri khusus hari ini.

"Sea."

Dia memanggil. Namtan dan Neo ikut menatap ke arah pemuda manis itu. Mereka menemukan ada yang aneh dengannya.

Satu-satunya perempuan di rumah bertanya saking penasaran, "Apa ada Sea? Kamu sepertinya memikirkan hal yang sangat berat. Apa Kakak boleh tahu sesuatu yang sedang kamu pikirkan?"

Sea menggelengkan kepala menjawab pertanyaan. "Ini hanya bisa diselesaikan oleh Paman Hantu sendiri, Kak."

Jimmy Jitaraphol, sudah hapal dengan berbagai perilaku orang-orang terdekatnya, kembali mengalah untuk kesekian kali.

"Aku juga membuat kesalahan padamu?"

Sebenarnya saat bertanya tadi, Jimmy tidak bermaksud menunjukkan sikap seperti tidak peduli pada keadaan pemuda manis itu. Dia mengatakannya tanpa pikir panjang, sekadar refleks yang diucapkan tanpa aba-aba.

you are the star in my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang