Bagian Sebelas

313 30 0
                                    

Namtan tak bisa untuk tidak mengindahkan Jimmy yang sedang serius mengerjakan sesuatu di depan. Ia tampak menggambar dengan pensil yang biasa ia pakai saat sedang bekerja. Melihatnya melakukan sesuatu yang penting, perempuan itu segera berlari ke arahnya.

"Kamu sedang mengerjakan proyek baru, Pak?"

Begitu sampai, Namtan dibuat keheranan saat menemukan sang bos justru membuat skesta wajah seseorang.

"Hei!"

"Astaga."

Jimmy terkejut sekali. Ia lantas menyembunyikan kertas yang ia pegang ke belakang badan.

"Bisa tidak, kalau datang dengan cara yang baik. Kamu mengagetkanku, Nona Namtan," kata Jimmy mengeluhkan perilaku perempuan cantik itu.

Namtan membuat wajah mengejek. "Tidak penting sekarang. Kulihat, kamu sedang menggambar seseorang. Siapa dia? Orang yang kamu suka, ya?" tanyanya.

Jimmy gelagapan karena perempuan di sampingnya tersebut sudah melihat lebih dahulu. "Bukan siapa-siapa, kok."

Namtan tidak percaya. "Jangan berbohong di depanku. Aku cukup mengenal sikapmu yang kekanak-kanakan itu, ya. Sini biar kulihat."

"Tidak usah."

"Biar kulihat sebentar, Pak Jitaraphol."

"Jangan."

"Sini 'kan, tidak?"

Setelah mengancam, perempuan itu berhasil mendapatkan apa yang ia mau. Jimmy melirik ke arah lain saat Namtan memeriksa secara teliti sketsa gambar yang dibuat olehnya.

"Hmm."

Ada yang aneh. Namtan merasa curiga. "Wajah ini, bukannya wajah pemuda yang kamu selamatkan waktu itu?"

Jimmy diam tidak mau menjawab. "Sejak kapan kalian menjadi dekat?"

Perempuan itu menginginkan info lebih. "Aku sedang bertanya padamu, Pak Hantu."

"Tidak ada yang harus kukatakan kepadamu. Bukannya itu cuma gambar biasa? Kamu membesar-besarkannya," balas orang yang lebih tua.

Namtan menarik kursi agar tetap dekat dengan Jimmy. Ia duduk di sampingnya, dan berusaha mencegah pria itu kabur darinya.

"Hei, tidak semudah itu. Kamu memintaku bersandiwara di depannya, karena tidak ingin menemuinya, tetapi sekarang...."

Namtan menunjuk gambar yang ia pegang. "Kamu bahkan membuat skesta seperti ini. Kalian pasti sudah lebih dari dekat, bukan?"

"Apa maksudmu?" Jimmy memandang tajam.

"Kamu menyukai pemuda ini, 'kan?"

Jimmy mendengkus, ia kemudian menarik gambar yang perempuan itu pegang dari tangannya. "Berhenti berspekulasi, Nona. Kuminta jangan menebar gosip aneh di rumah ini, oke?"

Namtan tidak yakin dengannya. "Lalu, bagaimana kamu menjelaskan ini?"

"Sudah kubilang bukan apa-apa."

"Kamu pasti menyukainya. Aku yakin sekali."

Jimmy sedang tidak ingin berdebat. "Kamu tahu alasanku tidak bisa naik ke atas langit. Kamu seharusnya paling mengerti, aku tidak akan pernah bisa jatuh cinta lagi."

Ah, obrolan ini. Namtan tiba-tiba merasa bersalah pada atasannya itu. Jika Jimmy sudah membicarakan-nya, pasti ia sangat serius. "Maafkan aku. Aku sangat menyesali perkataanku barusan, Pak."

Jimmy menghela napas berat. "Tidak apa-apa. Aku juga salah di sini. Aku akan naik ke atas kalau begitu. Tidak perlu membuat makan malam. Aku hanya ingin beristirahat dengan tenang."

you are the star in my lifeWhere stories live. Discover now