Bagian Dua Puluh Empat

216 26 0
                                    

Sea baru selesai mengepel lantai. Setelah membersihkan berbagai peralatan, lalu menaruhnya di ruang penyimpanan, pemuda manis itu mengambil tas kerja yang biasa ia bawa.

Ia melepas seragam kerja miliknya, dan memasukkan ke dalam. Perhatiannya sedikit teralihkan begitu membuka ponsel. Ada banyak panggilan telepon dari Mark.

"Apa yang terjadi?" tanya Sea kebingungan.

Anak itu menelepon kembali nomor telepon milik sang kakak. Tapi, tidak ada jawaban. Dua sampai tiga kali ia melakukan hal yang sama, situasinya tetap tidak berubah.

Panik. Sea takut terjadi hal buruk yang menimpa kakak kandungnya tersebut. Ia keluar dari restoran, dan berjalan tergesa-tega.

"Tunggu aku, Kak Mark."

***

Jimmy lebih sering tersenyum selama beberapa hari terakhir. Kehadiran Sea di dekatnya memang begitu berpengaruh.

Hantu berwajah tampan itu menatap restoran tempat kekasih hatinya bekerja. Jimmy ingin sekali menemuinya saat ini.

Salah seorang pegawai yang sudah terbiasa melihat kehadirannya tampak keluar untuk membuang beberapa kantong sampah. Ia mencoba menyapa, tetapi pegawai itu seperti tidak melihat kehadirannya.

Jadi, Jimmy berjalan menuju pintu masuk. Tapi, saat ingin memegang bagian pintu, tangannya menembus.

"Hmm?"

Sang hantu mencoba sekali lagi. Keadaannya masih sama. Ia memandang ke arah dapur, apa Sea tidak masuk bekerja hari ini?

Agak kecewa, Jimmy kemudian meyakinkan diri sendiri bahwa dia pasti bisa menemui pemuda manis itu pada keesokan hari.

"Aku pulang saja, deh," bisiknya lemah.

***

Namun saat berkunjung lagi, Sea tetap tidak terlihat.

"Ke mana anak itu? Apa dia sedang sakit?"

Jimmy menjadi sangat penasaran. Apa yang sedang pemuda manis itu lakukan sekarang?

Tidak bisa bertemu membuatnya gelisah. Ia memutuskan pergi ke rumah Sea untuk melihat kondisinya secara langsung.

Jarak dari restoran menuju rumah anak itu sekitar 45 menit berjalan kaki. Perjalanan yang bisa dibilang cukup melelahkan, andai dia masih hidup. Beruntung Jimmy adalah roh yang tidak mengeluarkan energi fisik.

Meskipun begitu, dia tetap tidak bisa menggunakan kemampuannya berpindah posisi. Tempat pemuda manis itu tinggal berupa area perumahan. Jimmy tidak ingin mempermalukan diri sendiri, jika muncul dari pintu rumah milik orang lain. Ia tidak mau membuat keributan. Pilihan berjalan kaki adalah yang terbaik.

Setelah melewati hambatan terbesar, pria tampan itu akhirnya sampai juga di depan rumah kecil Sea. Terlihat seperti tidak ada orang. Apalagi saat mendekat, Jimmy menyadari tubuhnya masih tembus pandang.

"Dia tidak berada di rumah. Kamu ke mana, sih?"

Jangan bilang lebay. Jimmy merasa kesal.

"Aku rindu ingin bertemu."

Ia melangkahkan kaki meninggalkan kediaman milik si pemuda manis. Saat menendang batu untuk melampiaskan emosi, ia secara tidak sengaja mengenainya. Tubuhnya secara otomatis mulai menghangat. Tubuhnya mulai memadat seperti sebelumnya.

Jimmy mengangkat kepala ke atas. Arah pandangnya bertemu dengan sorot mata Sea yang terlihat... sedih?

Jimmy mengurungkan niatnya untuk berbahagia di saat begini. Ada yang tidak beres dengan pemuda yang memiliki separuh hati-nya itu.

you are the star in my lifeWhere stories live. Discover now