Bagian Dua Puluh Enam

230 25 1
                                    

"Puen mencintai seorang perempuan dari masyarakat kelas bawah. Perempuan itu pernah menikah dan sering mengalami tindak kekerasan dalam rumah tangga oleh suaminya. Perempuan yang besar kemungkinan orang yang kamu bunuh di masa lalu."

Jimmy mendengarkan semua ucapan pemuda manis itu. Sea sendiri mengepalkan tangan erat-erat. "Aku memiliki sudut pandang yang penting dalam mimpiku. Pada saat itu, mungkin saja kita adalah dua insan yang saling mencintai."

Ia memperkenalkan diri. "Puen memanggilku dengan nama Saeng. Aku adalah cinta pertamamu, bukan?"

Jimmy berdiri menjauh dari sisi Sea. Tubuhnya bergetar setelah pemuda manis itu mengenalkan diri sebagai perempuan yang sangat dicintainya.

"Apa maksudmu?"

Sang hantu berwajah tampan sampai menelan ludah susah payah. "Jangan berbohong kepadaku."

Sea bertanya, "Kamu tidak percaya?"

Jimmy berusaha mengatur ulang emosinya. "Ingin percaya bagaimana? Pasti Namtan yang memberitahumu tentang perempuan itu."

Yang ditanya menelengkan kepala. "Kamu pernah menceritakan kisah 'Tuan Ananada'. Kamu bilang ingin menjadikanku sebagai sosok 'Bidungra' dalam hidupmu."

"D-dengar Sea... aku--"

"Kamu ingat saat Saeng mengatakan soal pertemuan di kehidupan selanjutnya? Pertemuan kita pasti yang disebutkannya. Apa kamu sadar dengan semua hal tidak masuk akal yang menimpa baik dirimu ataupun aku? Inilah alasan sebenarnya."

Jimmy menggaruk bagian belakang kepala yang terasa gatal tiba-tiba. "Berikan aku waktu berpikir sebentar."

"Kamu kecewa, karena dia berwujud seorang laki-laki? Kamu tidak mengharapkannya? Saat tahu, apakah kamu akan berhenti menyukaiku?" tanya Sea bertubi-tubi.

Pria tampan di depan tidak bisa menggunakan otaknya sama sekali saat sini. "Bukan itu maksudku!"

Saking kesalnya, Jimmy sampai membentak keras. Ia menyadari kesalahannya. Jimmy mendapati Sea menundukkan kepala sedih.

"Maafkan aku, Sea. Aku tidak sengaja melakukannya," ucapnya pelan.

Sea menganggukkan kepala. Ia tahu Jimmy tidak mungkin bersikap kasar. "Aku tidak ingin kamu menjauhiku. Aku sampai memberanikan diri berbicara soal masalah ini, karena tidak ingin kamu pergi dari hidupku. Baik di masa lalu, maupun sekarang."

Jimmy membawa anak itu kepelukannya. Sea sama kalutnya. "Maafkan aku. Aku sulit berpikir jernih, Sea. Aku berjanji tidak akan membentakmu lagi seperti tadi."

Sea membalas, "Aku tidak akan memintamu langsung percaya. Aku hanya mengatakan apa yang kulihat dalam mimpiku. Aku mulai mengalami semua kejadian aneh setelah bertemu denganmu. Aku hanya berpikir, pertemuan kita tidak mungkin terjadi begitu saja."

Semua tampak berhubungan ketika dia baru mengetahui dirinya pernah hidup sebagai sosok Saeng dahulu. Sea seperti diingatkan kehidupan lamanya. Dia pernah dicintai dengan sebaik-baiknya. Dia juga mungkin secara tidak sengaja telah menyakiti pria yang mencintainya dengan sebaik-sebaiknya tersebut.

Rasanya seperti mendapatkan karma atas perbuatanmu di masa lalu. Sea seperti diminta berbuat lebih baik, dan melunak di hadapannya. Dan, Jimmy adalah jawaban yang membenarkannya.

Sea berbisik lembut, "Aku akan membantu menghapus rasa bersalah di hatimu. Bukan hanya kamu seorang, aku akan membuatmu lebih berbahagia di pertemuan kita saat ini."

Sea bisa mendengar suara isakan kecil dari Jimmy. Dia menangis. Dia pasti lebih kesulitan.

"Tidak apa-apa. Aku tidak akan menyalahkan. Aku tidak akan membencimu. Kamu telah melewati ratusan tahun lamanya untuk menemuiku, Jimmy."

Tuhan tidak pernah salah mempertemukan mereka berdua. Ikatan takdir yang keduanya miliki memang sekuat itu.

***

Ekspresi khawatir terlihat jelas di wajah Namtan saat melihat Jimmy kembali ke rumah dalam keadaan yang jauh dari kata baik-baik saja.

"Apa yang terjadi?"

Bosnya seperti sehabis menangis. Matanya sembab dan tidak sedap dipandang. Namtan meminta si hantu yang selama beberapa hari terakhir suka kelayapan itu duduk di sofa.

"Kalian bertengkar? Ulah siapa kali ini? Sudah kubilang sebelumnya, kalian harus menjalin hubungan secara sehat."

Namtan mulai mengomel. Jimmy yang sedang sakit kepala semakin tersiksa.

"Masalahnya lebih serius dari apa yang kamu bayangkan, Nona Namtan. Aku kesulitan berpikir karenanya."

Namtan mendekat. "Sea minta putus? Apa dia jijik melihatmu?"

Yang diajak berbicara tidak dalam mood untuk bercanda. Ia tidak tertarik bertengkar sekarang. Jimmy enggan.

"Dia mengatakan sesuatu yang lebih mengerikan dari sekadar keinginan putus."

"Sea bilang apa?"

"Dia melihat Puen jatuh cinta kepada Saeng di dalam mimpinya," jawab Jimmy.

Namtan tidak menyangka sama sekali. "Dia memimpikan kehidupan lamanya begitu? Sebagai perempuan yang kamu cintai?"

Jimmy menjawab dengan memberi anggukan kepala lemah.

"Aku sudah menduga ada yang janggal dari pertemuan tidak biasa di antara kalian. Dia bisa melihatmu dengan kedua matanya sendiri, ternyata karena kalian memang pernah saling mencintai," ucap Namtan bersemangat.

Orang dahulu bilang cinta adalah mantra paling berbahaya di dunia. Cinta layaknya sebuah kutukan. Semakin kuat cinta seseorang, semakin kuat juga efek yang didapatkan. Sea bahkan mampu membuat tubuh astral Jimmy menjadi tampak.

Entah pihak mana yang lebih mencintai, tetapi itulah alasan mereka terhubung.

"Ada hal yang tidak kumengerti."

Jimmy menyampaikan sesuatu yang mengusiknya.

Saat bertemu Sea yang jatuh tidak sadarkan diri di taman, Jimmy yakin telah melihat dua kelahiran pemuda manis itu di kehidupan lamanya. Sebelum terlahir sebagai anak laki-laki di kehidupan ini, Sea pernah terlahir sebagai seekor kupu-kupu.

Akan tetapi, karena kehidupan yang dimiliki hewan tersebut sangat singkat, dia kembali mengalami kematian.

Memang betul, Sea pernah terlahir sebagai bayi perempuan di kehidupan terakhir. Tapi, anak itu meninggal dibunuh oleh ibu kandungnya sendiri karena hasil perzinahan.

Jimmy percaya jika jiwa bisa terus-menerus mengembara melalui banyak kelahiran. Akan tetapi, proses reinkarnasi atau kelahiran kembali milik Sea terhitung terlalu banyak. Itu pun kalau Jimmy menganggapnya sebagai sosok Saeng. Dia menjadi tidak yakin.

"Kamu pesimis?"

Hantu berwajah tampan itu menghela napas berat.

Ia berkata, "Bukan demikian. Apa yang dia katakan padaku sepenuhnya sama. Aku yakin dia memang memimpikan kehidupan Puen dan Saeng dalam tidurnya."

Namtan merasa Jimmy menyusahkan diri dengan isi pikirannya. "Sudah pasti dia adalah Saeng, bukan?" tanyanya.

Jimmy agak ragu untuk menjawab. "Saat pertama kali bertemu dengan Saeng, aku mencium aroma yang mengingatkanku pada buah persik segar."

Aroma itu lembut sekaligus menenangkan, dan juga begitu manis. "Aku menyebutnya sebagai aroma merah jambu. Aroma cinta yang sangat kurindukan."

Setelah menghirup aroma itu, setiap kali menoleh ke arah Saeng, Puen merasakan jatuh cinta. Ketika jauh darinya, Puen ingin segera menemuinya. Dan ketika Saeng menangis, Puen ingin menjadi orang pertama yang menghapus air mata di pipinya.

Orang yang memiliki jiwa Saeng di dalam tubuhnya sudah pasti memiliki aroma khusus tersebut.

"Dia harus beraroma merah jambu, agar aku bisa lebih mengakuinya."

"Dan, Sea tidak beraroma seperti yang kamu inginkan?"

Jimmy mencebikkan bibir. "Tidak."

***
Tbc

you are the star in my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang