Bagian Sepuluh

348 30 1
                                    

"Boleh aku bertanya? Satu kali lagi."

Jimmy tertawa kecil. Mereka melanjutkan langkah. Sekarang keduanya sedang berada di jalanan yang sepi.

"Kamu ini sangat suka berbicara, ya."

"Ini penting, tahu."

Ia hanya menanggapi dengan anggukan kepala pelan. "Tanya apa?"

Kerutan di dahi Sea memberi tahu Jimmy betapa keras pemuda manis itu berpikir. Anak ini sungguh di luar dugaan. Ia tidak bisa menebak isi kepalanya yang tertutup helaian rambut hitam yang suka bergoyang lucu. Jimmy diam menunggu.

"Dunia yang kumasuki kemarin itu, sebenarnya apa?" Sea memulai pembicaraan.

Soal ini, rupanya. Baiklah, Jimmy akan menjelaskan sebaik mungkin kepada pemuda yang haus pengetahuan itu.

"Perbatasan."

Sea tidak paham apa yang dimaksud oleh pria di sampingnya tersebut. "Maksudnya?"

Jimmy kembali tertawa. Sea yang kesal memukul perut hantu berwajah tampan itu.

Jimmy menyerah. Ia mulai menjelaskan, "Yang kamu lewati kemarin disebut dengan nama perbatasan. Kamu jelas tahu, aku ini hantu, bukan?"

"Iya, lalu?"

"Aku bukan hantu yang memiliki kekuatan hebat seperti hantu-hantu yang kamu suka tonton di televisi. Kami jauh berbeda. Aku ini cuma hantu biasa yang kebetulan bergentayangan tanpa arah tujuan di muka bumi."

Jimmy dapat melihat seekor anjing yang menggonggong keras saat melihatnya dan Sea lewat depan rumah tuannya. Jimmy melambaikan tangan, berusaha menyapa hewan manis itu.

"Aku hantu yang memiliki banyak kekurangan. Satu-satunya yang kubisa hanyalah berpindah tempat."

"Lalu?"

"Saat ingin berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, hantu sepertiku tidak langsung menghilang begitu saja. Kami yang sudah mati tetap membutuhkan sebuah perantara yang nantinya bisa menghubungkan kami dengan tempat yang ingin kami tuju."

Sea mulai paham. "Oke, aku mengerti. Jadi, bisa kita anggap seperti pintu Doraemon yang bisa membawamu ke mana saja, begitu?"

Jimmy menjentikkan jari. "Benar sekali."

Ia melanjutkan, "Sebenarnya, saat melewati perbatasan, rasanya seperti sedang melewati lorong cahaya yang lumayan panjang. Tiba-tiba, kamu tersadar sudah sampai di tempat yang ingin kamu kunjungi. Akan tetapi, setiap perbatasan bisa disulap dengan imajinasi yang luar biasa oleh pemiliknya. Punyaku, seperti yang kamu lihat kemarin."

Sea membulatkan mulut hingga membentuk huruf O. "Begitu rupanya," ucapnya.

"Kamu adalah orang pertama yang masuk ke dalam perbatasan milikku."

Anak itu membanggakan dirinya sendiri. "Berarti aku hebat, 'kan?"

Yang lebih tua tertawa mengejek. "Hebat apanya. Kamu justru membahayakan nyawamu. Kalau itu hanya lorong cahaya saja, mungkin masih aman. Tapi, perbatasan yang sudah diubah dengan daya imajinasi tidak seperti yang kamu bayangkan."

Sea memandang heran. "Apakah berbeda?"

"Sea." Jimmy memanggil nama pemuda itu dengan lembut. "Kamu sudah lupa, ya, kalau kamu ini manusia yang masih hidup?"

"Memangnya kenapa?"

Jimmy menyentil dahi anak itu gemas. "Dunia yang kamu masuki milik orang mati. Saat masuk ke dalamnya, kamu akan dianggap sebagai sesuatu yang 'asing'. Kamu tidak sadar juga setelah hampir tenggelam di sana?"

you are the star in my lifeWhere stories live. Discover now