Bagian Sembilan

370 35 0
                                    

"Sedang apa?"

Jimmy berbalik, menemukan Sea sudah berdiri di belakangnya. Pemuda manis itu baru saja sampai.

Pria yang lebih tua menunjuk ke arah langit. Malam ini tidak berawan, sehingga bintang-bintang bisa bersinar sangat terang. Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan.

"Melihat bulan," ucapnya.

Sea menganggukkan kepala paham. "Hantu sepertimu suka melakukan hal seperti ini juga, ya."

Jimmy menjawab pelan, "Aku sedang melihat pantulan wajahmu di permukaannya."

Sea tertawa lucu. Ia tidak menyangka akan mendengar rayuan berlebihan seperti tadi di masa sekarang.

"Apa aku terlihat tampan di sana?"

Jimmy menolak. "Tidak, wajahmu terlihat sangat jelek," katanya mengejek.

Sea memberi gestur ingin memukul. Padahal aslinya hanya bercanda saja.

"Aku benar-benar akan membacakanmu mantra pengusir arwah, kalau kamu terus mengerjaiku, ya, Paman Hantu."

Jimmy mengedikkan bahu. Sea mendekat ke arahnya. "Maaf, aku datang terlambat. Bos memintaku mengepel lantai lebih dahulu."

"Tidak apa-apa," jawab Jimmy santai. Ia menatap wajah pemuda di depannya yang agak kebingungan.

"Kenapa, ada yang aneh dengan wajahku?"

"Bukan begitu. Aku cuma mau bertanya, bagaimana kabarmu?"

Sea mengerutkan dahi setelah mendengar pertanyaan itu. "Tiba-tiba?"

Tidak ada angin, tidak ada hujan, dia bertanya seperti itu. Sea tidak mengerti.

Jimmy menjelaskan, "Pada tiga pertemuan kita sebelumnya, aku selalu mendapatimu berada dalam kondisi tidak baik-baik saja."

Ia merasa ikut bertanggung jawab dengan kondisi pemuda manis di hadapannya itu. Ia merasa ikut bersalah.

Namun, Sea merasa ada kesalahpahaman di sini. "Tunggu dulu, biar kuhitung lagi."

Pada pertemuan sebelumnya, Sea mengakui ia memang tampak menyedihkan. Tapi, pingsan di taman, dan hampir tenggelam dihitung dua kali. Bertemu tadi pun, yang patut dikasihani seharusnya si hantu berwajah tampan itu, bukan dirinya.

"Kamu lupa?" Jimmy mencoba memastikan. Saat raut wajah Sea tidak berubah juga, ia melanjutkan, "Kamu menabrak tubuhku waktu itu. Kamu sungguh melupakannya?"

Sea mencoba mengingat-ingat, dan matanya terbelalak. Ia memandang pria di depannya penuh keterkejutan. "Ah, iya. Aku pernah menabrak seorang pria asing saat pulang kerja. Jadi, orang itu kamu?"

"Benar sekali."

"Kok aku tidak sadar, ya?"

Jimmy terkikih. Ia mulai mengejek lawan bicaranya. "Kamu sedang bersedih waktu itu. Aku masih ingat wajahmu memerah menahan tangis. Aku yang ingin marah awalnya, sampai tidak tega begitu melihat ekspresi wajahmu."

Sea memekik histeris. "Berhenti bicara. Jangan bahas soal itu lagi. Aku tidak mau dengar."

Jimmy justru semakin semangat menggoda. "Kamu saat itu sedang patah hati, ya?"

"Berhenti membahasnya, Paman Hantu."

Pria yang lebih tua tertawa puas. "Kamu terlihat sangat tidak bahagia, Adik Manis. Kasihan sekali, huhu."

"Aku baca juga mantra pengusir roh itu sekarang biar mampus kamu," kata Sea kesal.

Jimmy mengejek. "Baca saja, itu pun kalau kamu bisa."

you are the star in my lifeWhere stories live. Discover now