Bagian Dua Puluh Sembilan

239 31 1
                                    

Jimmy dan Namtan menyamankan tubuh mereka di atas sofa sambil melihat Sea yang sedang asyik menumis bawang putih dan jahe. Pemuda manis itu ingin membuat tumisan ayam sebagai lauk sarapan.

"Jadi, kamu memutuskan membawa Sea ke rumah supaya bisa lebih dekat dengannya?"

Pria di depan mengangguk setuju. "Menjaganya dari tempat terdekat adalah keputusan yang tepat."

Ia melambaikan tangan. Anak itu tersenyum amat manis. Saat melihat senyumannya, Jimmy semakin yakin untuk melindunginya. Tidak membuatnya bersedih, dan menjaganya jauh dari marabahaya. Hanya itu yang ingin ia lakukan dengan semua kesempatan yang ada.

"Karena kami dipertemukan. Baik dia ataupun aku, sudah saling tahu siapa kami di masa lalu. Hanya masalah waktu, kapan tubuhku menghilang sepenuhnya dari hadapannya. Saat itu terjadi, aku mungkin tidak sempat berpamitan."

Bagi Jimmy, kehadiran Sea mampu membuat perjalanan sosok hantu kesepian sepertinya menjadi lebih berwarna.

"Aku tidak akan berpura-pura kalau tidak merasakan sakit. Setiap menggenggam tangannya, ingin sekali melupakan sejenak fakta bahwa diriku sudah lama mati. Ketika dia memeluk tubuhku, aku seperti ingin hidup sebagai manusia normal lainnya," ucapnya pelan.

Yang tersisa cuma setitik jiwa yang mendambakan sebuah harapan. Harapan agar tidak pergi dalam waktu dekat. Ia ingin mengingat Sea lebih lama lagi.

"Aku ingin berterima kasih, juga meminta maaf dengan bersungguh-sungguh."

Namtan menahan diri supaya tidak meneteskan air mata. Sea sedang memasak di dekat mereka. Ia tidak ingin pemuda manis itu menyadari pembicaraan serius di antara keduanya. Ia tidak ingin Sea mengasihani jiwa Jimmy yang malang.

"Aku ingin mendoakan semoga segala kebajikan mendatanginya. Dijauhkan dari hal-hal jahat. Diberi umur yang panjang. Aku tidak ingin dia menyusulku, karena perkara rindu. Aku ingin dia lebih menikmati dunia yang luas. Ada banyak hal yang belum dia lihat sampai saat ini."

Jimmy menggigit bibir. Baginya, Sea adalah sebaik-baiknya pemberian.

"Aku ingin berterima kasih, karena anak itu tidak pernah menyerah."

***

"Ayo makan. Kak Namtan tolong coba masakanku."

Sea baru saja selesai membuat sarapan. Ia meminta Jimmy dan Namtan duduk di meja makan bersamanya. Sea ingin mereka mencicipi makanan yang ia buat.

Ada sekitar tiga lauk dengan tumisan ayam jahe sebagai masakan utama. Pemuda manis itu tidak tahu apakah mereka akan suka. Ia meminta mereka mencobanya lebih dahulu.

"Bagaimana?" tanya Sea.

Namtan menjawab, "Tidak apa-apa, ini cocok untukku. Neo pasti menyukainya."

"Syukurlah."

Satu-satunya perempuan di meja makan menggoda si pemilik rumah. "Kamu memilih juru masak yang pandai. Matamu tidak salah menilai."

"Ya jelas, dong. Dapat pacar bisa memasak, apa tidak senang aku dibuatnya?"

Jimmy menaik-turunkan alis ke arah Sea. "Juru masak spesial yang membuat makanan dengan penuh cinta."

"Berhenti berbicara berlebihan begitu."

Sea tidak tahan diperlakukan manis. Ia meminta keduanya melanjutkan kegiatan sarapan mereka.

Tak lama, Neo keluar dari kamar. Pemuda berusia 17 tahun itu terkaget saat melihat kehadiran Sea di rumah. Ia tidak pernah menduga.

"Ayo, Neo. Coba masakannya Kak Sea."

Namtan memanggil Neo supaya ikut bergabung. "Ini enak sekali."

Neo dengan sedikit kikuk mendudukkan bokongnya di kursi samping tempat duduk Namtan.

you are the star in my lifeWhere stories live. Discover now