Bagian Tiga Puluh Enam

215 19 2
                                    

Hubungan antara Puen dan Saeng terjalin begitu saja. Tanpa banyak alasan, bisa dibilang sebagai sebuah hubungan antara pria dan perempuan dewasa seperti kebanyakan. Puen lebih dominan dalam hubungan mereka, di mana dia mencoba melakukan apa saja supaya perhatian perempuan cantik itu terus tertuju ke arahnya.

Siapa yang tidak akan suka?

Menurut Puen, banyak pria akan melakukan hal yang sama saat berjumpa dengan sosok yang dicinta. Baginya sama saja. Tidak berubah sedikitpun fakta bahwa dia mencintai sosok Saeng yang begitu memesona.

Akan tetapi, sekeras apa pun ia berusaha Saeng selalu menjaga jarak dan memberi batasan tertentu agar dirinya tidak mendekat lebih jauh lagi.

"Aku mencintaimu, Saeng. Tidak bisakah kamu memikirkanku secara romantis?"

Puen bertanya karena tidak ada kemajuan berarti. Jelas hal tersebut membuat batinnya bimbang. Dia sudah melakukan berbagai upaya, tetapi Saeng tetap tidak mau melihat sisi lain darinya.

"Berhentilah membicarakan itu, Tuan. Kita sudah satu pendapat sebelumnya."

Selalu begitu, Saeng akan memutar arah pembicaraan dan menolak membahas tentang hubungan mereka berdua.

"Kamu tidak menganggap serius semua tindakan yang telah kuberikan kepadamu selama ini?"

Saeng tersenyum kecil. Samar-samar Puen bisa melihat adanya sedikit ketidaksukaan dari wajah manis itu, membuat Puen menjadi semakin kecewa.

"Kita sudahi saja ya pembicaraan hari ini?"

Mendengar perkataan itu, berat rasanya untuk menolak. Akan tetapi, Puen berakhir mengalah dan tidak mengatakan apa-apa setelahnya.

"Baiklah, Saeng."

Belum lama ini, Puen akhirnya mengetahui lebih banyak soal kehidupan lama perempuan yang dicintainya tersebut. Ia agak terkejut saat mendengar bahwa Saeng sudah pernah menikah sebelumnya.

Bukan itu yang membuatnya merasakan patah hati. Berita soal Saeng yang mendapat kekerasan fisik dari mantan suaminya-lah yang membuatnya menyadari betapa menderita dan tersiksa perempuan itu sampai menginginkan sebuah kehidupan yang tenang sekarang.

Dia semakin menyukainya. Puen semakin menginginkan berada di tempat yang lebih dekat dengan perempuan yang masa lalunya sangatlah kelam itu.

"Kalau tidak memberikan seluruh cinta, bagaimana caraku menghapus luka yang telah pria itu berikan kepadamu?"

Ada peraturan masyarakat yang menyulitkan, membuat kisah romansa di antara keduanya menjadi semakin menyedihkan. Saeng sadar betul bahwa terdapat perbedaan kasta yang cukup jauh antara sang tuan muda dengan wanita dari kelas biasa sepertinya.

Dia tetap bersikeras dengan pendiriannya sendiri, dan yakin pilihannya adalah yang terbaik untuk pria baik hati seperti Puen. Meskipun pria itu menangis pedih di hadapan Saeng, perempuan itu menyakinkan bahwa hubungan asmara mereka sebaiknya tidak berjalan lebih jauh lagi.

Saat itu, dia berhasil membuat Puen menyadari cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Ia hanya berharap pria tampan itu berhenti menaruh seluruh atensi kepada perempuan yang tidak layak.

Saeng merasa dirinya tidak berhak.

***

Hampir lima tahun sejak penolakan yang menyakitkan, dan perasaan Puen masih belum berubah. Ia diam-diam masih mencari tahu bagaimana kondisi Saeng tanpa sepengetahuan perempuan cantik itu. Lewat bantuan Chai, Puen masih mendapat kabar tentangnya.

Rasa suka ini, tidak bisa hilang meski waktu telah berlalu. Setelah sekian lama pun, masih ada debaran khusus yang terus bergejolak setiap kali ia membayangkan wajah sosok yang ia puja tersebut. Puen tidak mungkin melupakan cinta pertamanya. Bagi beberapa orang, cinta pertama dianggap sebagai kenangan spesial yang tidak bisa dihapuskan dengan begitu mudahnya.

you are the star in my lifeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant