⚜️BAB 09⚜️

1.3K 91 14
                                    

.
.
.
.
.
~HAPPY READING~
~VOTE AND COMEN~
.
.
.
.
.
BxB

Haechan baru saja selesai mandi, ia berjalan menuju lemari mengambil kemeja biru langit dan celana putih di atas lutut. Ia hanya di mansion hari ini jadi tidak perlu memakai pakaian setelan, setelah selesai Haechan kembali duduk di hadapan meja rias. Mengambil beberapa perlengkapan wajah agar lebih terlihat lebih segar.

Ponselnya berdering membuat fokusnya teralih, ia menghelah nafas kasar memperhatikan nama Mark terlihat jelas pada layar ponsel itu. Tangan kirinya mulai menggeser tombol hijau lalu Haechan meletakkan benda tipis itu ke telinga.

"Beliin gue makan siang"

"Lo kan bisa beli sendiri, atau ngga. Suruh sekretaris"

"Ngga usah nolak, Lo kalah jadi terima aja"

"Ck, iya iya. Tunggu"

Haechan terlebih dahulu mematikan sambungan telfon nya, tidak peduli pada apa yang akan di ucapkan Mark selanjutnya. Ia kembali masuk ke walk in closet mengganti celana jeans hitam dan mengganti kemeja menjadi kaos lalu di balut jaket kulit coklat,  penampilan Haechan sangat cool tapi tak menutupi wajah cantiknya.

•••

Kini Haechan sudah sampai pada perusahaan kedua terbesar setelah JUNG GRANDATHMA, yaitu JUNG EXPRESSED yang di pimpin oleh Mark anak sulung keluarga Jung. Ia mendongak menatap betapa tingginya gedung ini, mungkin ada dua puluh lantai.

Tak ingin berlama lama terpukau, Haechan berjalan masuk melihat sekitar mencari lift agar segera sampai di ruangan Mark. Setelah menemukan lift, Haechan mulai masuk dan menekan tombol berangka dua puluh.

Lift terbuka pada lantai dua puluh, Haechan langsung menuju ruangan Mark karna ia sudah lima kali ke sini. Jadi mengingat di mana letak ruangan CEO, Mark yang sibuk pun menoleh saat seseorang berjalan santai menghampiri nya.

Haechan menatap malas Mark, lalu menyimpan makanan yang di perintahkan Mark membelinya.

"Udah kan?" Mark mengangguk paham, Haechan kini mulai melangkah keluar tapi sebelum itu suara Mark membuat nya berhenti di tempat "Siapa yang nyuruh Lo pergi?" Haechan membalikkan badan nya menatap bingung ke arah Mark

"Apalagi sih?" Risih Haechan "Tangan gue capek banget, perlu di suapin" Ucap Mark mengangkat kedua tangan nya, Haechan memutar bola matanya malas

"Kenapa Lo makin nyebelin sih Mark, padahal sebelum balapan ngga gini deh" Jengah Haechan duduk di atas meja, lalu mulai menyuapi Mark "Karna lo--"

"Babu gue" sambung Haechan malas "Yap"

Hening, Haechan yang sibuk menyuapi Mark layaknya anak. Sementara Mark sibuk mengotak atik laptop nya, entah apa yang di kerjakan nya Haechan tidak mengerti. Yang ada di dalam pikiran Haechan adalah cepat cepat keluar dari ruangan ini.

"Air" Minta Mark tanpa mengalihkan pandangan nya dari layar laptop, Haechan menghembuskan nafas kasar lalu meletakkan sendok beralih mengambil gelas yang berisi air

"Nih" Mark lantas mendongak menatap Haechan "Gue sibuk Lo ngga liat?" Haechan memutar bola matanya malas

Tidak ada jalan lain selain membantu Mark meminum air sampai tandas, lalu kembali menyuapi Mark sampai nasinya habis. Ini yang sangat Haechan nantikan keluar dari sini, Mark tidak akan menghalangi Haechan untuk pergi.

Baru satu langkah, Haechan terpaksa berhenti saat melihat Taeyong masuk ke dalam ruangan Mark. Seketika ia berbalik badan menghampiri Mark kembali yang sibuk kerja, Mark mengerutkan keningnya bingung tadinya Haechan mau pulang tapi kenapa malah putar arah.

"Katanya Lo mau pulang?" Tanya Mark, lantas Haechan menunjuk ke arah belakang "Ah, bubu" Acuh Mark lalu sedetik kemudian Mark kembali menatap Taeyong

"Bubu ngapain ke sini?" Pertanyaan aneh Mark membuat Taeyong mengerutkan keningnya "Kenapa ngga boleh? Ini kan perusahaan milik anak bubu" Jelas Taeyong menghampiri Haechan yang tersenyum kaku

"Ngga gitu, dikit kaget bubu tiba tiba datang" Ucap Mark menutup laptop nya menatap kedua sub yang ada di hadapannya "Bubu ganggu kalian ya?" Goda Taeyong mengacak lembut rambut brown Haechan

"Ngga sama sekali kok Bu, ya kan sayang?" Haechan menoleh pada Mark dengan senyuman manis, Mark yang paham pun merangkul pinggang Haechan "Ganggu sih, kan mau berduan sama echan. Bu" ucap Mark mencium pipi Haechan

Haechan mematung di tempatnya, ia menatap Mark penuh rasa kekesalan. Ingin sekali menguliti Mark detik ini juga.

"Ngambil kesempatan nih si anjing!" Batin Haechan

Taeyong terkekeh gemas, tangannya bergantian mencubit pelan pipi anak dan menantunya.

"Gini dong, kan bubu jadi adem liat kalian" Ucap Taeyong tersenyum manis sampai deretan giginya terlihat "Iya dong Bu, harus mesra dalam rumah tangga. Ya kan sayang?" Mark mencium pipi Haechan lagi

Membuat Haechan menahan rasa kesal mati matian, kedua tangan nya terkepal erat sampai urat urat tanganya menonjol. Tapi ia harus tetap tersenyum manis di hadapan Taeyong.

"Iya dong" Jawabnya dengan kekehan kecil

"Ayo kita duduk, ngga baik berdiri" Ajak Taeyong pada anak dan menantunya

Mereka bertiga kini sudah duduk pada sofa tersedia di dalam ruangan Mark, Haechan maupun Mark saling melempar tatapan mencoba berkomunikasi agar tau apa maksud kedatangan Taeyong ke perusahaannya.

"Bu, ngapain ke sini?" Tanya Mark hati hati, pasalnya di dalam pikirannya takut jika Taeyong mengetahui balapan semalam

Bisa tamat riwayatnya jika sampai tau, Mark percaya pada Jeno dan Sungchan menjaga rahasia. Tapi kalau Beomgyu ia tidak percaya sama sekali, karna adiknya itu sangat suka keceplosan tanpa rem.

"Bubu hampir lupa, tadi Mae kamu chat bubu. Katanya ada makan malam di mansion kamu" Jelas Taeyong menatap bergantian mereka, Mark menghela nafas lega "Kok ngga chat aku aja Bu?"

"Ten bilang kamu pasti ngga bales, jadi dia chat bubu" Haechan mengangguk mengerti, karna memang ia malas membalas chat dari Ten. Alasannya adalah Haechan malas jika harus memulai drama lagi bersama Mark

"Yaudah nanti aku dateng sama Mark" Haechan mengalungkan tangannya di lengan Mark manja "Ngga usah, ayo sama bubu" Ajak Taeyong berdiri dari duduknya, lantas wajah Haechan berubah masam

"Apa?" Tanya Haechan seperti orang linglung, karna ia tidak mau pergi ke acara makan malam itu. Mending pergi ke markas, di sana tidak ada drama yang harus di lakukan "Ayo kita berangkat sama sama" Ulang Taeyong lagi

Haechan langsung menoleh pada Mark, ia menggeleng pelan tatapan nya memohon agar Mark membantunya. Tapi Mark pun tidak bisa berbuat apa apa jika orang itu adalah Taeyong, jadi ia melepaskan paksa tangan Haechan dari lengannya.

"Nanti aku nyusul, kamu pergi aja bareng bubu" tutur Mark, membuat Haechan semakin memasang wajah masam "Ayo sayang" Taeyong mengulurkan tangannya agar Haechan ikut, tak ada pilihan lain. Haechan dengan perasaan terpaksa meraih uluran tangan Taeyong

"Inget ya? Jangan sampai lupa" Ucap Taeyong memperingati Mark "Siap kapten" Tegas Mark mencium pipi Taeyong

•••

THEATER  || Markyuck [ON GOING]Where stories live. Discover now