⚜️BAB 27⚜️

896 76 14
                                    

.
.
.
.
.
~HAPPY READING~
~VOTE AND COMEN~
.
.
.
.
.
BxB

Kini Johnny dan Mark duduk saling berhadapan di ruang tamu, sementara Ten mengantar Haechan menuju kamar nya. Mark menghela nafas sejenak sembari menatap langit langit, haruskah menjelaskan tentang apa yang terjadi atau meminta maaf terlebih dahulu karna gagal menjaga Haechan.

Johnny yang melihat keraguan menantunya pun tersenyum kecil. "Kamu mau jelasin sesuatu sama daddy?" Mark lantas menatap mertuanya

"Maaf, Dad. Mark gagal jaga Haechan" Ucap Mark penuh rasa bersalah, ia meremas kedua tangan nya "Bukan salah kamu, coba jelaskan pelan pelan" Ucap Johnny

"Musuh Mark, nyerang Haechan. Dad" Ucap Mark menatap sendu Johnny "Trus kamu bakal lakuin apa kedepannya, leader?" Ucap Johnny lantas Mark tertegun sembari mengerutkan keningnya

Johnny tertawa kecil melihat raut kebingungan Mark, mungkin Jaehyun tidak menceritakan jika ia juga bagian anggota inti Dream saat Jaehyun menjadi leader saat itu.

"Kenapa daddy tau?" Bingung Mark "Saya adalah anggota inti Dream, saat daddy kamu jadi leader" Jelas Johnny

"Daddy tidak pernah cerita" Johnny menepuk pelan pundak Mark "Mungkin Jaehyun tidak menganggap itu penting jadi tidak menceritakannya" Mark mengangguk paham

"Jadi bagaimana?" Mark menatap Johnny "Aku nunggu Felix mulai aja, Dad" Johnny puas dengan jawaban menantunya

"Daddy percaya sama kamu, Mark" Ucap Johnny berdiri dari duduknya karna melihat Ten berjalan menghampiri mereka "Terimakasih udah percaya sama Mark" Ucap Mark tersenyum manis

"Sayang, suruh bodyguard kamu ambil motor Haechan trus bawa ke mansion" Ucap Ten menatap Johnny datar "Baik sayang" Segera Johnny menelfon salah satu bodyguard untuk mengambil motor Haechan

Ten beralih menggenggam kedua tangan menantunya.

"Mae, boleh minta sesuatu sama kamu?" Mark mengangguk sebagai jawaban "Tolong, kalau Haechan sembuh jangan biarin dia balapan lagi, ataupun mengendarai motor" Ucap Ten memohon pada Mark

"Baik, Mae" Janjinya lalu Ten pergi meninggalkan mansion bersama Johnny

Mark menghela nafas sejenak menatap punggung kedua orang tua Haechan perlahan hilang seiringnya jarak, sebelum masuk ke kamar Haechan. Mark terlebih dahulu menuju kamarnya untuk mengganti pakaian santai, lalu menuju di mana pria manis itu berada.

Haechan menoleh saat mendengar pintu terbuka, terlihat Mark berjalan kearahnya dengan senyuman manis. Ia pun membalas nya tapi hanya sedikit senyuman, Mark duduk di tepi kasur memperhatikan raut wajah Haechan.

"Lo kenapa?" Haechan mengambil ponselnya, ia membalik benda tipis itu hingga Mark mengangguk mengerti "Gue kembali karna Lo" Jelas Mark membuat Haechan tertegun

"Gue?" Alis Haechan mengkerut bingung, Mark tertawa kecil karna gemas "Karna Lo punya apa yang Felix cari, jadi gue mau lindungin Lo dan Lo ada di bawah pengawasan gue" Jelas Mark mencubit pelan pipi Haechan

"Ish, Lo jangan nyubit pipi gue" Kesal Haechan menghempaskan tangan Mark "Pipi Lo kayak yupi, kenyal banget" Ucap Mark menaik turun kan alisnya

"Idih, sana Lo anjir. Mesum Lo Markidi" Jijik Haechan pelan pelan menjauh "Ngga papa mesum kan udah nikah" Ucap Mark duduk di samping Haechan, tapi tidak ada jarak di antara mereka

"Apasih, ih. Jauh jauh dari gue" Usir Haechan namun Mark tetap kokoh duduk di samping nya "Di sini aja kali, gue kayak virus di suruh jauh jauh" Kesal Mark menatap malas Haechan

"Lo kenapa sih? Tiba tiba jadi kayak gini?" Mark menoleh menatap raut kesal Haechan tapi sangat menggemaskan "Gue ngawasin Lo" Haechan menghela nafas frustasi

"Ngga ada tau orang ngawasin sampe ngga berjarak kayak gini, yang ada tu lima meter atau sepuluh meter" Jelas Haechan membuat Mark menutup telinga nya dengan jari telunjuk "Dengerin gue Mark, Lo jangan nutup telinga" Mark mengeluarkan jari telunjuk nya lalu fokus pada bibir Haechan yang mengoceh

"Gue cium aja ya, biar diem" Batin Mark memperhatikan bibir Haechan

"Woi, anj---Mmphh"

Haechan membulatkan matanya saat Mark melumat bibirnya, ia ingin menjauh tapi tangan kiri Mark menahan tengkuk nya dan tangan kanannya melingkar di pinggang ramping nya. Lumatan yang tadinya lembut kini berubah kasar, hingga Haechan kwalahan.

Lidah mereka saling melilit di dalam mulut, suara dari bibir ituterdengar mendominasi ruangan.  Haechan sudah terbuai dengan ciuman Mark, ia mengalungkan tangannya di leher pria itu.

Haechan memukul pelan bahu Mark, agar melepaskan ciuman ini. Ia perlu oksigen. Mark yang mengerti pun melepas tautan bibir nya terlihat saliva terbentang dari bibir mereka, nafas mereka tersengal sengal menatap satu sama lain.

Mark tersenyum manis lalu membawa Haechan ke dalam pelukan hangatnya, ia hampir saja kebablasan tadi. Sementara Haechan masih fokus mengumpulkan oksigen, ciuman tadi sangat kasar menurut nya.

"Tahan Mark, tahan" Batin Mark mengelus lembut rambut gondrong Haechan

"Itu akibat kalau Lo ngomong kasar lagi" Haechan melepaskan pelukannya, lalu menatap Mark aneh "Idih, sejak kapan woi bapak markidi ada peraturan kayak gitu?" Mark terkekeh kecil mendengar omelan Haechan

"Kenapa Lo? Gila?" Sinis Haechan menatap Mark, pasalnya pria itu terus saja tersenyum tanpa sebab ataupun tertawa "Lo lucu, jadi gue ketawa" Ucap Mark

"Sinting!" Umpat Haechan perlahan menjauh dari Mark, ia menatap aneh pria di sampingnya itu yang semakin hari semakin bertambah gila "Gue tidur di sini ya?" Ucap Mark menatap tv yang sedang menayangkan film kartun lucu

Haechan lantas menatap horor Mark. "Ngga, boleh!" Mark berdecak sembari menatap Haechan malas "Lo pelit amat sih, kasur kan luas jadi bisa dong kita tidur berdua" Bela Mark pada dirinya sendiri, namun Haechan tetap kokoh pada pendiriannya

"Gue bilang ngga, ya ngga. Udah deh Lo keluar sana" Usir Haechan mendorong dorong bahu Mark yang tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya duduk "Lo masih benci sama gue?" Tanya Mark menggenggam kedua pergelangan tangan Haechan

"G-gue udah ngga benci Lo, tapi kita kan biasanya tidur pisah ngga bareng" Jelas Haechan, matanya membulat menatap Mark "Ya tinggal ubah aja apa susahnya? Walaupun gue hamilin Lo kan ngga papa. Yang ada bubu sama Mae pasti seneng nanti" Ucap Mark dengan senyuman manisnya, Haechan menjatuhkan rahangnya. Mulut Mark sangat tidak ramah

"Jadi gimana bisa kan?" Ucap Mark menunggu jawaban Haechan

Haechan tersenyum manis. "Lepasin dulu tangan gue, nanti gue jawab" Dengan mudahnya Mark percaya lalu melepaskan genggamannya

Haechan mengangguk lalu menghirup nafas dalam dalam kemudian menghembuskan nya secara perlahan, ia cengengesan menatap Mark.

PLAK~~~

"Akh, sakit. Chan" Ringis Mark saat Haechan memukul pahanya "Diem ngga Lo, enteng banget tu mulut. Lo hamilin aja tu kunti sana" Usir Haechan tapi Mark tetap kokoh

"Ngapain hamilin kunti, kalau Lo ada. Gila kali ya?" Haechan menghela nafas frustasi "Keluar atau gue pukul Lo di sini?" Mark tersenyum miring

"Pukulin gue dong, udah siap nih" Bukannya takut Mark malah memperbaiki posisinya agar Haechan lebih mudah memukul nya "Gila gue lama lama" Melas Haechan menarik selimut lalu menutup semua badan nya

Mark tertawa kecil melihat Haechan membungkus dirinya dengan selimut, ia benar benar suka jika menganggu Haechan apalagi sampai marah marah. Bibir nya sangat candu jika mengoceh panjang lebar, ingin sekali Mark melahap habis bibir kissable itu.

•••

THEATER  || Markyuck [ON GOING]Where stories live. Discover now