⚜️BAB 12⚜️

846 82 5
                                    

.
.
.
.
.
~HAPPY READING~
~VOTE AND COMEN~
.
.
.
.
.
BxB

Haechan baru saja pulang ke mansion, dan langsung menuju kamarnya sendiri. Ia tidak ingin berpapasan dengan pria yang paling menyebalkan menurut nya, Haechan meringis pelan saat punggung nya terbentur knop pintu. Ingin sekali ia membuka pintu kamar itu lalu membuangnya jauh jauh, hari ini Haechan sangat sial.

Sebelum duduk pada kasur empuknya, Haechan masuk ke dalam kamar mandi membersihkan dirinya. Setelah sudah ia masuk ke dalam walk in closet memakai piyama polos hitam dengan celana pendek di atas lutut.

Kini Haechan mengambil kotak P3K mencari salep agar lebam di punggung nya sedikit reda bersama rasa sakitnya, sungguh jika mengingat hal tadi darah Haechan mendidih di buatnya. Bayangkan saja berapa meter dari mobil jatuh ke bawah aspal, dan Mark hanya tertawa puas.

Haechan menoleh saat pintu terbuka, terlihat Mark berjalan kearahnya dengan tatapan dingin seperti biasa. Ia tidak peduli dan tetap melanjutkan mengobati punggung nya.

"Gue mau kopi" Ucap Mark memasukkan kedua tangan nya ke dalam saku "Bikin aja sendiri, Lo punya tangan kan?" Jawab Haechan menutup matanya, ia mendesah lega. Punggung nya sedikit merasa baik

"Ngga gue males" Haechan perlahan membuka matanya, ia tersenyum kecil ke arah Mark "Lo aja males apalagi gue, pe'a" Mark mendengus kesal

"Jadi Lo ngga mau?" Haechan mengangguk sembari menyusun kembali kotak P3K tersebut "Jadi Lo kelu--" Mark tersenyum manis saat Haechan membeku di hadapannya

Haechan meneguk ludahnya sendiri, kedua manik nya membulat sempurna saat wajah Mark kini sangat dekat dengan wajahnya. Bahkan deru nafas pria itu bisa Haechan rasakan, Mark merebut kotak P3K dari tangan Haechan lalu meletakkannya di atas nakas.

"Satu kali lagi Lo nolak gue, uang bulanan ngga gue kasih" Haechan menjatuhkan rahangnya, kedua manik nya membulat "Ngga bisa gitu dong" Mark tertawa remeh

"Bisa dong, kan itu duit gue bukan duit Lo" Haechan menghela nafas sejenak "Iya gue buatin kopi, puas Lo!" Tubuh Mark mundur dua langkah ke belakang saat Haechan mendorong nya

Haechan menghentakkan kaki nya saat berjalan keluar dari kamar nya, ia merasa tidak adil jika Mark mulai mengancam nya dengan uang bulanan. Haechan tidak bisa hidup tanpa uang itu saja, dan Mark tersenyum kemenangan melihat Haechan mematuhi nya.

Beberapa menit kemudian, Haechan masuk ke dalam ruangan kerja Mark. Ia bisa melihat pria itu masih sibuk berkutat dengan beberapa berkas, tanpa berlama lama Haechan meletakkan segelas kopi ke atas meja.

Mark menutup berkas nya saat Haechan mulai berjalan keluar. "Siapa yang nyuruh Lo keluar babu?" Haechan pun berhenti kemudian membalikkan tubuhnya

"Apalagi?" Haechan bersidekap dada menatap Mark malas "Sini Lo" Panggil Mark, Haechan menghela nafas panjang kemudian mendekat ke arah Mark. Hanya meja yang menjadi penghalang mereka

Mark tersenyum kecil, ia kemudian mencoba kopi buatan Haechan. Keningnya lantas berkerut saat rasa kopi tersebut menyapa lidahnya, Haechan sudah menahan tawa nya agar tidak menyembur keluar.

Sungguh ekspresi Mark sangat lucu, kopi itu bukannya menuangkan gula, Haechan malah menuangkan garam.

"Lo nyimpen apa dalem sini?" Bukannya menjawab, Haechan malah tertawa terbahak-bahak. Membuat Mark kesal "Emang enak, kopi asin" Mark memicingkan matanya

Haechan mengusap lembut air mata yang ada di sudut matanya, perutnya terasa sakit sebab tertawa terbahak-bahak. Mark memijit pangkal hidung nya, ia menatap malas Haechan.

"Udah puas?" Tanya Mark dengan wajah datar nya, Haechan tersenyum manis "Puas banget" Jawabnya tanpa rasa takut sedikit pun

Mark mendorong gelas kopi itu ke arah Haechan. "Minum!" perintah nya "Ogah, gue ngga mau"

"Minum Seo Haechan, atau mau gue paksa?" Mark berdiri dari duduknya menatap tajam Haechan yang tersenyum miring "Emang Lo bisa paksa gue minum?" Tantang Haechan, Mark tertawa kecil

"Inget Chan, ini salah Lo bukan salah gue" Mark berjalan santai menghampiri Haechan, kedua tangan nya membuka perlahan dasi yang mencekik lehernya.

Haechan merasa dirinya dalam bahaya, ia ingin berlari keluar namun Mark menahan pergelangan tangannya. Lantas langkah Haechan berhenti mendadak, Mark tersenyum miring lalu menarik Haechan hingga tidak ada jarak di antara mereka.

Wajah angkuh Haechan kini redup di gantikan wajah cemas, bagaimana pun Mark tetap lah dominan di sini. Ia memberontak tapi semuanya sia sia saja, Haechan merasa hanya membuang buang tenaga memberontak pada Mark.

Tatapan Mark sangat sulit di artikan, ia mengangkat tubuh Haechan ke atas meja. Pria manis itu lagi lagi terkejut, pelan pelan Mark membuka paha Haechan yang tertutup. Melangkah pelan, hingga wajah mereka kini sangat dekat, Haechan entah sudah menelan ludahnya keberapa kali.

Mark mengambil gelas kopi itu lalu meminumnya tapi tidak di telan, tangan kanannya menahan tengkuk Haechan agar tidak menjauh. Sedangkan tangan kirinya mengunci kedua tangan Haechan agar tidak memberontak, Mark tersenyum miring lalu mencium bibir Haechan, tapi sialnya kedua belah bibir pria manis itu tidak terbuka.

Membuat kopi yang ada di mulut Mark tidak masuk ke dalam mulut Haechan, Mark melepaskan ciuman nya.

"Buka mulut Lo bangsat!" Bentak Mark, namun Haechan tetap menatap nya tajam "Gue ngga ma--"

Mark langsung mencium bibir Haechan, memindahkan kopi dari dalam mulutnya ke dalam mulut pria manis itu. Setelah nya Mark melepaskan ciuman nya, ia tersenyum miring melihat Haechan mengerutkan keningnya karna kopi itu sangat asin.

"Enak?" Tanya Mark bersidekap dada, Haechan menghela nafas sejenak menatap tajam Mark "LO KENAPA NYIUM GUE BRENGSEK?!!" Teriak Haechan ingin memukul Mark, tapi terlebih dahulu Mark menahan pukulannya

"Lo yang nantangin gue, jadi Lo ngga usah sok jadi korban. Sialan!" Ucap Mark menghempaskan pukulan Haechan kasar "Gue benci sama Lo!" Ucap Haechan mendorong tubuh Mark, lalu keluar dari sana

Amarahnya benar benar meluap sekarang, Haechan masuk ke dalam kamar mengambil rokok yang ada di laci lemari. Ia kini menuju loteng agar pikirannya lebih tenang serta emosi kian meredup, Haechan mengeluarkan sebatang rokok dan membakar ujungnya.

Menghisap benda nikotin itu membuat ia lebih tenang, Haechan duduk menatap bintang serta bulan pada malam indah itu. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya secara perlahan, Haechan muak dengan pernikahan ini.

"Pernikahan sialan!" Gumamnya menghisap lagi benda nikotin tersebut sampai ujung, ia pun membuang nya ke dalam asbak

Haechan kembali memegang bibir nya, ia masih merasakan bibir Mark di sana. Sedetik kemudian Haechan menggeleng geleng agar menyadarkan dirinya, ia pun kembali menatap langit sesekali tersenyum jika mengingat hal lucu.

Di sisi lain, Mark juga melakukan hal yang sama. Pria itu menghisap benda nikotin yang ada di tangan kirinya, di temani sebotol minuman beralkohol. Mark juga muak dengan pernikahan ini, ia dan Haechan sama sekali tidak ada cinta yang tumbuh di antara mereka. 

•••

Maap kelamaan up, makasih yang udah nungguin cerita ini...

THEATER  || Markyuck [ON GOING]Where stories live. Discover now