Bagian; O1.

410 61 1
                                    


"Dan juara satu olimpiade sains 2023 dengan total poin 98,9 dimenangkan oleh..., Swastamita Kalila dari SMA Angkara Kasa!"

Riuh tepuk tangan serta sorakan kemenangan terdengar memenuhi gedung. Sorakan serta teriakan mengiringi langkahnya menaiki panggung.

Dikalungkannya medali emas tanda kemenangannya. Jepretan kamera-kamera itu memaksanya untuk tersenyum. Ya, memaksa. Padahal nyatanya, ia terlalu lelah bahkan untuk merayakan kemenangannya.

Setelah selesai dengan segala media diatas panggung, gadis dengan nametag Swastamita Kalila itu beranjak meninggalkan gedung.

Dihampirinya mobil putih mewah, "Papa?"

Pintu mobil terbuka, menampakkan Johan──Papa───di dalamnya, "Sudah selesai? gimana hasilnya?"

Ata duduk di kursi samping kemudi, "peringkat satu, Pa," ia menyerahkan lembaran kertas yang ia dapat.

Johan tidak peduli dengan sertifikat dan medali yang Ata dapat. Ia hanya fokus dengan satu lembar yang berisikan jawaban Ata.

"Dua soal yang salah?"

Ata mengangguk, "Iya, Pa."

Johan menghembuskan nafasnya, "Besok, tanya sama guru les kamu. Perbaiki. Di olimpiade selanjutnya pastikan kamu nggak salah."

Tak ada yang bisa Ata lakukan lagi selain mengangguk. Ayolah, apa yang kalian harapkan? sebuah sambutan selamat? sebuah pujian? sebuah hadiah karna ia mendapat juara 1?Jika terjadi pun, Ata yakin ia sedang berada di mimpinya.

Namanya Swastamita Kalila. Anak tunggal dari pasangan Johan & Resa. Ya, Jika memang bisa dikatakan Ata terlahir sebagai Golden Spoon. Ia di didik menjadi anak perempuan yang cerdas, pendidikan hingga kariernya nanti sudah tersusun sedemikian rupa.

Hanya satu hal yang ia tak miliki. Ia punya keluarga. Tapi, ia tak pernah merasakan apa itu keluarga.

✧ ────────────────── ✧


"Haaaaaaa..."

Ata membanting tubuhnya diatas pulau kapuk. Dengan seragam dan medali yang masih digenggamnya, ia memejamkan mata.

Percakapan dengan Johan berhenti begitu saja. Selama di mobil tidak ada lagi percakapan antara ia dan Johan. Bahkan, sampai ia masuk kedalam rumah pun, ia tak mendengar barang sepatah kata yang keluar dari mulutnya.

Dering telfon membangunkan dirinya, tertera nama Haura benda pipih itu.

"Halo, Hau?"

Sejenak sambungan telepon terhubung, hanya ada keheningan terdengar.

"...Ta, bentar!"

"Ada kecoa disini, bentar!"

Suara Haura terdengar walau kecil, "Terus guna lo telepon gua apa?"

"Gua mau cerita, tapi ini kecoa ganggu. Bentar!"

Ata terkekeh geli melihat tingkah laku teman karibnya, "Lama gue matiin ya!"

"Ini udaaah kok! BENTAAR, EH TERBANG LAGI KECOA NYA."

"TAAAA, lo takut kecoa gak sih??!"

Aru; Rumah untuk Ata. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang