Bagian; 11.

130 37 5
                                    

"Haaaaa

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

"Haaaaa..."

Tangannya terulur memijat tengkuknya yang pegal. Dihabisinya tiga puluh soal latihan. Tiga jam ia berkutat dengan soal-soal itu. Belum lagi, beberapa soal benar-benar dibuat sulit.

Ia melihat sekeliling, hanya Ata yang masih tenang duduk disana. Sedangkan yang lain, sudah pergi sejak satu jam yang lalu.

Ata meliri arloji di tangannya, pukul delapan malam. Sudah cukup untuk hari ini. Ia begitu lelah. Rasanya ia ingin memiliki pintu Doraemon yang bisa membawanya langsung kerumah.

Tiba-tiba pintu ruangan dibuka, tampak seorang wanita berusia sekitar dua puluh lima tahun itu membawa setumpuk kertas.

"Ta, sudah selesai?" ujar Nora──Guru pembimbing Ata yang super galak.

"Sudah, bu. Hasilnya benar semua."

Tangan Nora meraih kertas dimeja Ata, ditelisiknya jawaban-jawaban serta rumus yang Ata kerjakan. Sampai Nora mengangguk tanda semua jawabannya benar.

"Ini, untuk selanjutnya. Kamu bisa kerjakan dirumah, di sekolah, atau dimanapun. Yang pasti, hari Sabtu nanti, harus sudah selesai."

Nora meletakkan kertas yang semula ia pegang. Sekitar dua puluh kertas ujian itu dihadapan Ata sekarang. Alisnya mengerut, "Bu, bukan kesepakatannya Ata hanya mengerjakan soal-soal ujian ini sewaktu di tempat les aja?"

Nora menggeleng.

"Mulai hari ini, nggak Swastamita. Johan meminta sata untuk lebih memberikan latihan-latihan soal begitu untu kamu kedepannya."

Ah, lagi? jadi, bukan hanya Bu Yomi disekolah yang Papanya temui? Tempat les Ata pun? Sampai-sampai Nora tega memberikan setumpuk kertas ini? Entah seberapa besar uang yang diberikan Johan untuk ini.

"Johan mengeluh kepada saya, dia bilang saya nggak becus ngajarin kamu," Nora menekan setiap kata yang ia ucapkan. Oh, jangan lupakan mata tajam dengan kacamata cat eye yang selalu bertengger di hidungnya.

Nora mendelik tajam, "Padahal kamu yang buat kesalahan karna ceroboh tapi saya yang kena." Nadanya sedikit bergumam, kecil tapi masih dapat di tangkap oleh telinga Ata.

Ata menunduk, memperhatikan tumpukan kertas itu, "Baik, bu. Ata kerjakan segera."

"Baguslah, kamu boleh pulang sekarang. Gedung sudah mau tutup, hanya tersisa kamu saja, jadi cepat." setelahnya, ia melenggang meninggalkan ruangan.

Ata hanya diam, terlalu menguras energi untuknya jika menanggapi perkataan Nora.

Mungkin memang sudah menjadi garis takdir Ata yang harus terus berkutat dengan kertas-kertas berisikan soal. Tak apa, selagi untuk Papanya. Ia akan melakukan segalanya.

Ia memasukan kertas-kertas itu kedalam tas. Mengemas serta membersihkan sebelum pergi meninggalkan ruangan.

Beberapa anak masih terlihat menunggu jemputannya, tapi, netranya menangkap seseorang yang tak asing. Johan dan Nora sedang berbincang disana.

Aru; Rumah untuk Ata. जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें