Bagian; O3.

191 43 1
                                    

Pukul dua belas lewat lima belas menit. Jam menunjukkan siang hari namun hujan mengguyur Bandung siang ini.

Ata & Haura menikmati waktu istirahat dengan memakan bekal. Ata selalu membawa bekal yang dimasak oleh Bi Summah. Hal spesial dari bekal Bi Summah adalah secarik kertas dengan tulisan 'Semangat sekolahnya, neng Ata!'

Ata selalu bersyukur memiliki ART yang sudah menggantikan peran Ibu untuknya.

"Eh, Ta. Lo utang cerita ya ke gue," disela-sela mengunyah, Haura membuka pembicaraan. Ah, jangan lupakan kejadian saat upacara tadi.

"Soal Aru?" Ata memastikan.

"Iyalah! jadi gimana ceritanya, please ya ceritain yang lengkap kap kap kap."

Haura menutup tempat bekalnya lalu melipat kedua tanganya bersiap mendengarkan cerita Ata.

"Jadi awalnya, setelah lo balik. Gue nggak sadar masih ada Aru disitu. Padahal gue udah mau order ojeknya, tapi Aru bilang kalau jam segitu ojek lumayan susah. Akhirnya dia nawar── ah nggak, dia langsung bilang 'gue anter' gitu. Ter──

"Anjinggg?! Lo serius, Ta?!" Oh lihat bola matanya, hampir keluar seperti saat upacara tadi.

"Terus lo langsung iyain?"

"Makanya orang lagi ngomong tuh jangan langsung dipotong!" Ata mendelik.

"Nggak langsung gue terima sih, gue sempet mikir-mikir dulu. Aru ada benernya juga, akhirnya gue terima deh. Tapi dia cuma anter gue sampe depan komplek. Gue yang minta, gue nggak mau ada orang rumah yang liat," jelas Ata.

Muka Haura masih melongo dengan, ya, bola mata yang hampir keluar.

"Lo kenapa sih? heboh banget?" Ata sendiri terheran dengan tingkah laku Haura yang seolah-olah terkena serangan jantung sangking kagetnya dengan cerita Ata.

"Aduh, sejenak gue lupa punya temen yang sibuknya cuma buat belajar doang."

Ata sendiri heran, "Kenapa sih emangnya?"

"Nih, Ta. Seorang Arunika Gintari itu paling banget anti interaksi sama cewek yang belum dia kenal. Bahkan kalau yang udah kenal aja, cuek nya masih setinggi monas. Makanya gue heran banget pas lo bilang kalau dia anter lo balik" hal ini yang buat Haura terus tercengang selama Ata bercerita.

Ata mengedikkan bahu, "Gue baru tau ada anak basket atletis kaya Aru."

Uhuk!

Haura tersedak mendengarnya, "HAH?"

Mungkin bisa dihitung menggunakan jari seberapa banyak Ata memuji seorang laki-laki. Ayolah, Ata yang kita kenal hanya mengenal belajar, belajar, belajar.

"Gue mau ke ruang guru dulu ya, Hau."

"EHHH, jelasin duluu maksud omongan lu tadi! woi!" Haura meminta penjelasan kepada Ata yang bangkit dari duduknya. Sedangkan sang pemilik nama berlenggang keluar dari kelas.

Duk!

"Eh, sorry gue nggak── Aru?"

Ah, sial. Gara-gara menoleh pada Haura ia menabrak seseorang yang bicarakan tadi──Aru. Lagipula kenapa ia tiba-tiba ada di depan kelasnya.

"Nggak apa-apa, gue mau ketemu Raksa, ada?"

Ata kembali menoleh ke dalam, "Ada, lagi sama Haura. Masuk aja."

"Thanks, ya." Ata mengangguk sebagai balasan.

"Ata!"

Ata membalikkan tubuhnya, "Ya?"

Aru; Rumah untuk Ata. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang