Bagian; 21.

85 22 4
                                    

Satu poin lagi menuju kemenangan Asha Mentari. Sayangnya, sesuatu lebih dulu bergejolak ditubuhnya. Membuat kepala Asha benar-benar berat, berkeringat dingin, dan tiba-tiba Asha hanya merasakan jika tubuhnya bergetar hebat. Lalu jatuh dari panggung.

Resa yang melihat kejadian itu secara langsung, lantas berusaha berlari menggapai panggung. Ia gemetar menahan tangis melihat Asha yang kejang diatas sana.

"ASHAAAA!"

Tubuh mungil itu dikerubungi banyak orang, sebagian orang juga membantu Resa untuk berjalan.

Tak lama, sirine mobil ambulans terdengar. Menarik semua atensi sekitar.

Resa tidak bisa menahah tangisnya lagi ketika ia duduk di ambulans. Melihat bagaimana putri nya terbaring lemas tidak sadarkah diri. Digenggamnya tangan Asha yang begitu panas. Demam Asha benar-benar tinggi.

Bahkan, ia benar-benar belum sempat memberi kabar Johan. Fokusnya kini hanya untuk Asha. Belum lagi, ia merasa sesak karena sedang mengandung.

Asha langsung dilarikan keruang unit gawat darurat. Meninggalkan Resa seorang diri di depan pintu. Terduduk lemas sembari menangis.

Tangannya buru-buru menghubungi nomor telepon Johan. Berkali-kali ia menelepon, tapi tidak sekalipun terhubung dengan Johan.

Sampai malam itu, menjadi malam panjang bagi Johan maupun Resa. Bagai mimpi buruk yang tiba-tiba saja menghantam keduanya.

Kalisha Mentari, putri sulungnya harus pergi meninggalkan keduanya.

Penyebab kepergian Asha membuat Resa benar-benar terpukul. Dirinya bak dicabik bertubi-tubi.

"Kalisha, mempunyai stress yang berlebih. Entah apa yang ia pikirkan, kemungkinan besar terdapat dorongan beban terus menerus dari sekitarnya. Membuatnya kewalahan, kondisinya drop turun secara drastis. Dan mengalami serangan jantung."

Disanalah, dipelukan Resa ia pergi. Menghembuskan nafas terakhirnya. Meninggalkan segala beban. Dan luka paling dalam bagi Resa dan Johan. Percayalah, luka itu takkan pernah sembuh. Takkan pernah hilang. Akan selalu terkubur, dalam kalbu keduanya.

✧ ────────────────── ✧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✧ ────────────────── ✧


Sebulan sudah berlalu. Namun, baik Johan maupun Resa masih berkabung. Mereka benar-benar merasakan kepergian Asha yang begitu cepat. Tiba-tiba.

Dan hari ini, tepat tanggal tiga maret di tahun yang sama. Resa kembali melahirkan seorang anak perempuan. Bayi cantik nan manis itu diberi nama Swastamita Kalila. Seperti artinya, mereka berharap jika Swastamita bisa bersinar di setiap hari-harinya.

Harapan dan lantunan doa terus tersampaikan untuk keluarga kecil ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Harapan dan lantunan doa terus tersampaikan untuk keluarga kecil ini. Banyak yang berharap jika Swastamita bisa menjadi pengganti sosok Asha. Dan, disanalah salahnya. Kata pengganti benar-benar mempengaruhi takdir gadis itu.

Dari sanalah, perpecahan didalam keluarga Johan dan Resa pun dimulai.

Resa sering kali masih merasakan kehilangan sosok Asha. Belum lagi, masa-masa dimana Resa mengalami baby blues. Nyatanya, ia tak hanya kehilangan sosok Asha, ia juga kehilangan sosok Johan. Suaminya sendiri.

Pria itu kini lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Bahkan, beberapa waktu ia tak pernah pulang kerumah. Semakin hari, kebiasaan Johan semakin dianggap hal biasa oleh Resa. Ia pun kembali mengejar pekerjaan nya dan hanya memelihara pembantu untuk mengurus Ata.

Dan semua itu, masih terjadi selama hampir delapan belas tahun hidup Ata.

✧ ────────────────── ✧

- Kembali kemasa kini,
Bandung, 2024.

Ketiganya saling diam. Sama-sama enggan untuk mengucapkan barang sepatah kata.

"Mama, Papa, Jawab! Asha siapa?"

Tiba-tiba Resa menangis, tersedu-sedu. "Asha, kakak kamu, Ta. Dia anak pertama kami."

Ledakan Bom kembali menyerang Ata. Sebuah kejutan yang lebih spektakuler dibanding hal-hal sebelumnya. Sebuah fakta yang sialnya baru terungkap selama hampir delapan belas tahun lamanya.

"Asha, kakakmu, meninggal diusia enam tahun. Dan... semua... GARA-GARA LAKI-LAKI BAJINGAN INI!!"

Tangan Johan terangkat diudara, siap melayangkan pukulan kepada Resa sesaat sebelum Ata menghadangnya. Ata diam, tak mengatakan apapun.

"Satu yang kalian harus tau." Johan berujar, kini sedikit melangkah maju.

"Saya mendidik anak-anak saya dengan pendidikan tinggi agar tidak seperti IBU KAMU YANG TIDAK BERPENDIDIKAN!!"

Kalimat itu tertuju untuk Resa. Benar. Wanita itu bukanlah lahir dari keluarga yang berpendidikan tinggi. Ijazahnya saja hanya sampai sekolah menengah atas.

"Kalau bukan saya yang menyelamatkan kamu, KAMU AKAN MENJADI JALANG RENDAHAN DILUAR SANA!!"

"PAPA!!"

"ITU FAKTA YANG HARUS KAMU KETAHUI SWASTAMITA!"

Lagi-lagi benar adanya. Ia menikahi Resa dengan keadaan yang jauh berbeda dengannya. Resa hanyalah seorang gadis dengan lulusan SMA. Hanya karna ia pandai membuat design pakaian, Johan jatuh cinta padanya.

Hingga akhirnya mereka menikah. Sebagian uang yang diberikan Johan ia tabung agar dapat memulai bisnis yang sekarang menjadi sebuah merek ternama.

Johan hanya ingin anak perempuannya tidak seperti Resa. Ia ingin Asha atau Ata menjadi perempuan berpendidikan dan memiliki karier bagus nantinya. Namun sayang, caranya salah. Sungguh salah, dan menyebabkan hal yang fatal.

Ia mengetahui jika ia melakukan kesalahan fatal pada Asha. Namun bodohnya, ia kembali mengulanginya kepada Ata. Sifat obsesi nya dengan dunia pendidikan takkan pernah luntur. Barang sedikitpun.

Setelah mengatakannya, Johan melenggang pergi. Meninggalkan kedua perempuan itu terdiam saling memandang.

Resa menahan rasa malu. Ia sangat-sangat malu walau hanya untuk menatap wajah Ata. Ia benar-benar seorang Ibu yang tak bertanggungjawab.

Resa bangkit, terbirit-birit masuk ke dalam kamarnya. Lalu ia kembali keluar dengan koper yang diduga sudah disiapkan sejak awal.

Ia melewati Ata, tanpa menoleh sedikitpun. Tanpa berkata apapun, tanpa menjelaskan apapun.

"Mama..."

Ata melirih, memanggil Resa. Berharap wanita itu memutar balik dan memeluknya. Nihil. Seperti biasanya, ia kembali ditinggal seorang diri di dalam rumah. Dalam bangunan tempat bertedu kala panas dan hujan. Bukan tempatnya untuk pulang.

✧ ────────────────── ✧

Aru; Rumah untuk Ata. Where stories live. Discover now