Bincang Santai

6.3K 401 3
                                    

Bara menatap datar pemuda yang duduk di samping Tecna. Awal nya saat tiba di kantin dia ingin duduk di samping gadis itu, tapi entah dari mana orang yang tak di kenal nya duduk di situ.

Di samping Tecna ada Gissel jadi mereka bertiga duduk di seberang Bara.

Dimas dengan senang hati menempeli kedua gadis kembar itu, dia tidak peduli dengan orang di depan nya sedari tadi.

Dalam hari Dimas mendengus sinis pada Bara, tentu saja dia tidak akan membiarkan pemuda di depan nya mendekati Tecna.

Semakin jatuh Bara semakin senang dia.

Tecna sendiri tidak peduli pada permusuhan terang-terangan dari Bara pada Dimas. Dia sedang Mengompres pipi Gissel dengan es batu, akibat tamparan tadi.

Dimas memakan jajanan nya sambil memperhatikan kedua gadis itu, "Lo balas kan?" tanya Dimas.

"Jelas, ga mungkin gue biarin aja." jawab Tecna melepaskan kompresan nya.

Hanya mereka bertiga di kantin, Lily dan Nadine ada urusan ekskul. Oh satu lagi, Bara yang datang ke meja mereka sendiri sedangkan teman teman nya berada di meja lain.

Jangan lupa mereka juga lagi melihat Bara yang entah kenapa mulai gila lagi.

Gissel cemberut sambil memegang es di pipi nya, gadis itu tampak imut di mata Dimas.

"Apa lo lihat lihat?!" sentak Gissel ganas, dia masih emosi dengan kejadian tadi.

Dimas menggeleng, "Ck, ck. Makanya jangan pecicilan, kena kan tuh pipi." ucap nya dengan wajah yang menyebalkan bagi Gissel.

"Gue tabok lo pake ni es." ancam Gissel.

"Ga takut sih." jawab Dimas acuh melanjutkan makan nya.

Gissel mendengus dan melanjutkan Mengompres pipi nya.

Bara sedikit kesal karena sedari tadi dia tidak di anggap oleh mereka.

"Mending lo balik sama teman teman Lo, dari pada di sini buat semakin saja." ucap Tecna datar pada Bara.

"Gue mau disini." jawab Bara menatap Tecna, harga dirinya sudah tersentil di perlakuan seperti ini.

Tecna menghela nafas, "apa pun rencana yang ada di otak kecil lo itu, Bara. Ga akan mempan ke gue, lebih baik buang jauh jauh dari pada lo sendiri yang capek." ucap Tecna lelah.

Meski banyak hal yang harus dia lakukan, dia tidak memiliki waktu untuk remaja yang harga diri nya hilang.

Biar saja Bara menjadi urusan Arthur, dia masih punya Amira yang seperti nya mulai bergerak mencari jalan.

Bara terdiam mendengar ucapan Tecna, dia mengepalkan tangan nya. Jika dia tidak mendapatkan Gissel maka dia harus bisa menjalankan hubungan dengan Tecna.

Tidak perlu hal yang berbau romantis, Tecna mau menjadi teman nya saja itu sudah cukup menguatkan posisi nya nanti.

"Kalau lo deketin gue untuk bisa menjadi kepada keluarga Wijaya nanti, gue saranin batal kan." ucap Tecna dengan tenang.

Dimas mendengar itu langsung saja memasang telinga dengan tajam,

"Kenapa?" tanya Bara pelan. Kenapa Tecna menolak berkerja sama dengan nya.

Tecna mengangkat bahu acuh, "Malas aja berurusan dengan keluarga lo." jawab nya santai.

Bara mengerutkan kening nya tidak setuju, bagaimana itu bisa menjadi alasan yang baik untuk menolak nya.

"Kenapa ga minta sama Erick aja, dia kan teman lo." lanjut Tecna.

Bara menggeleng kan kepala nya menolak, "Yang gue incar itu lo bukan Erick." balas nya. Dia juga lelah namun jika dia tidak memegang posisi ini entah apa yang terjadi di masa depan.

Transmigrasi Ke Dalam Novel  Where stories live. Discover now