Mengenal

1.4K 45 18
                                    

"Kapan sih, nih pelajaran tamat?! Bersambung... mulu kayak sinetron. Udah gitu ngebosenin lagi! Hhhh...," desis seorang cewek yang sedang duduk menyangga kepala di atas meja, dengan wajah sengit mendengar ocehan guru yang panjangnya melebihi garis revolusi Neptunus di depan sana.


"Sabar, Rinta Arin-ku sayang.... tinggal satu jam pelajaran, kok..." balas cewek berbandana kuning di sebelah cewek yang dipanggil Rinta Arin ini, yang sedang asyik memenceti layar hapenya.

"Halah, fart... empat puluh menit sama guru sejarah itu berasa sewindu, Buncit...," rutuk Rinta Arin-oke, panggil aja Ririn-begitu pelan sambil menengok kanan-kiri. Ternyata semuanya sama saja! Ada yang bukunya dibuka dan diberdirikan hingga menutupi kepala empunya yang ternyata lagi ngiler, menelungkupkan muka di atas tangan, menyangga kepala sambil sesekali secara nggak sengaja hampir jatuh karena mata tinggal setengah watt, baca novel, corat-coret kertas, mencetin hape, dan ya..., semua hal yang jauh dari KBM-Kegiatan Belajar Mengajar. Lagipula, murid mana yang nggak suntuk kalau diajar sama guru yang jadul, terlalu serius, dan kalau menerangkan suaranya nggak jelas dan berasa seperti mbah dukun yang sedang komat-kamit baca mantra? Nggak enak banget kan? Pake D deh!

"Gue mabok ya, Cit?"

"Iya, deh.... Entar gue bangunin. Santai ajalah...."

Beberapa detik kemudian,

Tok, tok, tok. Kriett... Pintu terbuka menampakkan seorang cowok tampan nan tinggi yang masuk dengan penuh kesantaian. Penampilanya agak urakan dengan hem osis yang nggak dimasukan secara sempurna, tanpa dasi dan sabuk, juga celana yang dipensil jadi agak ketat. Cerminan anak sekolahan yang usil bin nakal. Citra, yang pertama kali melihat barang langka itu langsung terpana dan membuat mulutnya terbuka. Dia mencolek-colek bahu Ririn.

"Apaan, sih...?" sahut Ririn malas tanpa mengangkat wajahnya sedikitpun. "Belum nyampe ke Negeri China udah keburu dibangunin!"

"Akbar bin cogan limited stock, Rin ... Gila ... gue pengen pingsa.... Tolongin gue, Rin... Oksigen..., aduh...," lanturnya sambil mengipasi wajah dengan tangannya seakan hampir tenggelam di laut lepas.

Seraya mengangkat wajah dengan penuh enggan, "Buncit, gue lagi enak mau tid-" kalimat Ririn terputus tatkala melihat cowok yang dimaksud Citra. Tak sengaja pula mulutnya reflek terbuka. Eits, jangan salah tangkap ya .... Bukan karena level ketampanan cowok itu, melainkan...

"Tuh kan, langsung ngiler?"

Ririn tidak menghiraukan Citra sama sekali. Dia masih terpaku, sibuk memandangi cowok itu. Lalu dia sedikit melirik ke kanan dan kiri. Semua ladies terbangun dari kantuknya dan tengah saling mendesis dan berdesah girang dengan mata yang terus tertuju pada si cowok di depan mereka. Ya..., bisa dibilang kayak lagi dapat diskon buat beli baju di mall gitulah. Setelah sejenak berbisik pada Bu Eni, si cowok tersebut berdiri di tengah mimbar kelas dan nggak sengaja langsung mendapati Ririn dengan mulutnya yang masih terbuka. Si cowok ini tersenyum sinis dan langsung mengangkat tangan kirinya, mengatupkan jari-jarinya membentuk paruh berisyarat agar Ririn menutup mulut. Ririn langsung merapatkan bibirnya dan mengernyit tanda kesal. Nyebelin banget tuh bocah!

Beberapa anak sempat tertawa dan spontan menatapi Ririn dengan mata jahil. Ririn adalah tipe cewek tomboi yang ditakuti banyak anak dan nggak pernah sampai segitunya melihat seorang cowok. Jadi wajar saja bila teman-temannya peduli. Tapi mungkin kali ini berbeda. Cowok itu memiliki sesuatu yang membuat Ririn terpukau. Bukan karena cowok itu tampan. Tapi ...

Serenade [Selesai]Where stories live. Discover now