Ribut

422 30 5
                                    

"Pagi, Mas Anton!!" sapa Dimas pada seorang laki-laki berambut gondrong berombak yang tengah menjemur sepatu di dekat tempat parkir kost.

"Eh, Dimas. Pagi begini udah pake putih abu-abu. Kayaknya kemarin masih narik selimut, ya?" canda cowok yang Dimas panggil Anton itu.

"Hahaha, maklumlah..., hari kedua new school. Apalagi sekarang bakal pake motor, nggak numpang Mas Anton lagi. Hehe...," jawabnya sambil memakai helm dan menghidupkan motornya. Kemarin si Aoi-panggilan kesayangan Dimas untuk ninja birunya-sedang dicuci. Untunglah ada Anton yang saat ini berstatus sebagai mahasiswa yang bersedia menumpangi Dimas sampai di depan gerbang sekolah barunya tersebut.

"Iya, hati-hati lhoh! Nanti nyasar, lagi."

"Iya, Mas. Berangkat duluan ya, Mas!"

Ketika hendak keluar dari area kost, Dimas melihat Ririn sedang berbicara dengan seorang cowok di atas motor Vixion-nya yang juga mengenakan seragam putih abu-abu. Sesekali tawa keluar dari mulut mereka. Tapi, keberadaan mereka berdua di tengah jalan keluar jadi menghalangi motor Dimas untuk lewat. Dimas yang tak sabar akhirnya membunyikan klakson.

"Heh, kalo pacaran jangan di tengah jalan! Ganggu transportasi aja!" tegur Dimas. Ririn dan cowok itu langsung menoleh ke arahnya. Sekarang dia tahu, bahwa ternyata cowok itu adalah Bintang.

Bintang langsung memasang wajah datar dengan tatapan tajamnya ketika melihat bahwa orang yang mengklakson motor di sana adalah Dimas. Meski begitu, sebenarnya dia terkejut, jadi tuh bocah tinggal di sini?! Tanpa berkomentar sedikitpun, Bintang mengalihkan motornya maju ke depan.

"Lain kali, daripada di sini, pacaran sambil geler tiker di tengah jalan aja tuh sekalian!" ujarnya sambil memajukan dagu. Dan Dimas menurunkan kaca helmnya, lalu melaju kencang ke utara. Ririn yang melihat Dimas makin menjauh cuma memutar bola matanya.

"Dia ngekost di sini?"

Ririn mengangguk malas dengan wajah tidak suka. "Tumben tuh bekantan bangunnya pagi. Kemaren jam segini masih molor."

"Ya udah. Yuk berangkat!" Bintang tersenyum hangat. Di sekolah, Bintang memang dikenal dengan sikap dingin dan apatis oleh banyak adik kelas. Tentu anggapan ini nggak berlaku untuk orang yang sudah mengenalinya dengan dekat. Di balik sikapnya itu, Bintang adalah anak baik dan lembut. Namun, meski apatis, nyatanya Bintang tetap selalu dipuja oleh junior-juniornya.

♪♪♪

"Dim, ini motor lo? Gila, kasihin gue aja dong, Dim," ujar Erix yang duduk memeluk menelungkupi motor Dimas sambil mengelus-elus bodinya secara terus menerus dengan muka kagum. Saat ini Dimas dekaka sedang menongkrong di parkiran sekolah yang sudah mulai ramai oleh motor-motor murid lain.

Sementara Andri yang bersandar pada tembok pembatas cuma berdiri menyekap kedua lengan seraya menggeleng-geleng melihat temannya yang katro' seolah tidak pernah melihat motor ninja sebelumnya.

"Rix, jangan bikin malu dong. Udah rame ini, lo nggak malu diliatin lagi lagi make out sama motor?" sarkas Sofyan yang mulai jijik dengan sohibnya satu itu.

"Yang ngelus kayak orang nepsu aja lo. Tobat, Rix! Tobat!" Dyan bergidik ngeri.

"Beliin miniaturnya deh tuh, Dim. Homo Floresiensis muat kok, nggak usah sungkan. Cuma sepuluh ribu dapet tiga," kata Andri akhirnya.

Serenade [Selesai]Where stories live. Discover now