Farewell Party

273 22 0
                                    

Tau nggak sih? Ini adalah chapter yang paling author tunggu-tunggu! Makanya nih author lagi seneng banget chapter ini akhirnya kepublish juga! wueheheeheee ... moga aja kalian juga ikutan suka

Happy reading!!!!!!!!!!

@@@

Tenda-tenda terpasang di lapangan upacara membentuk huruf U mengelilingi podium yang telah dihias dengan berbagai dekorasi di belakang tiang bendera. Kursi-kursi di bawahnya sudah dipadati oleh anak-anak-kebanyakan kelas XII. Ya iyalah, orang sebenernya kursi-kursi itu cuma pas buat guru-guru, karyawan, sama yang paling spesial ya yang mau lulusan. Hari Sabtu ini Studi mengadakan acara perpisahan bagi anak batre yang hendak hengkang dari sekolah. Berkelana ke jenang yang lebih tinggi. Pengumuman kelulusannya besok Senin. Pastinya mereka juga lagi deg-deg ser menunggu hasil UNAS masing-masing.

Ririn berlari menghampiri salah satu deretan kursi di selatan di mana Andri bersama Dyan, Erix, Sofyan dan yang lainnya mengumpul jadi satu.

"Sstt! Dri!"

Erix yang pertama kali menoleh. Bulu mata lentiknya terangkat. Jadi tambah persis kayak banci pake bulu mata sambung. Cowok cebol itu tersenyum. "Dri, ayang lu, tuh!"
Andri yang sedang asyik bercanda dengan Dyan segera berkelit dari hadapan trio curut itu.

"Ada apa? Eh, iya. Tangannya udah sembuh, kan?" Andri melirik punggung tangan Ririn sambil tersenyum penuh arti.

Ririn mengangguk singkat. Lalu menarik Andri keluar area lapangan upacara. Dari ke empat cowok itu, sudah pasti Andri yang bakal bisa dipercaya untuk tahu bahwa Dimas diam-diam datang. Maksudnya biar nggak buru-buru ketahuan gitu kalau ternyata Dimas pulang. Istilahnya biar surprise.

"Kita mau ke mana sih, Rin?" Dari tadi Ririn diam. Hanya kaki dan tangannya yang bergerak. Menarik tangan Andri. Menuntunya ke suatu tempat.

Mereka keluar gerbang sekolah. Untunglah ini acara perpisahan. Jadi mau keluar masuk kayak ingus pun mereka nggak bakal dilarang sama Pak Sobirin. Mereka lalu berhenti di tempat foto kopian depan sekolah, di mana orang yang ingin sekali Ririn kasih tahu ke Andri sedang nangkring di Aoi kesayangannya. Tempat itu agak tertutup, jadi nggak perlu cemas barangkali ada anak yang mau mergokin Dimas ada di situ.

Andri yang sudah lebih dulu tahu kenapa Ririn begitu gigih menuntunnya ke tempat ini langsung mematung.

Dimas meringis. Dia segera melompat turun dan memeluk Andri erat-erat. Takut pisahan lagi.

"Andriiii ... gue kengan banget sama loooo!" rengeknya sok miris.

Andri tersenyum-senyum sendiri mirip orang ayan. Setelah percaya kalau yang memeluknya benar-benar Dimas, dia baru membalasnya.

"Lo kemana aja, Dim? Setahun ngilang tanpa kabar. Untung belum gue sebarin pengumuman 'wanted Dimas Aji' sama foto lo yang lagi ngupil di tembok-tembok ya, Dim?"
Dimas terkekeh geli.

"Ya udah, gue tunggu di dalem, ya? Kalian berdua bakal gue panggil kalau semua udah beres. Nanti lo kasih tahu Andri gimana strateginya. Oke?"

Dimas dan Andri langsung mengacungkan jempol.

"Eh, Dri. Si Ririn jomblo, lhoh. Lo udah tau?" tanya Dimas sewaktu Ririn sudah terbenam dari pandangan.

Serenade [Selesai]Where stories live. Discover now