Taukah Kamu?

277 18 0
                                    

"Dim.... Bangun, Dim...." Sayup-sayup suara serak itu merambat ke pendengaran Dimas. Hingga beberapa detik kemudian sangat terdengar jelas dan membuat mata Dimas terbuka lebar. Dia menatap ke sekeliling. Di sampingnya, Pita berdiri sambil menatapnya iba dan penuh harapan di balik mata sembapnya, seperti tadi ketika cewek itu habis dibentak olehnya. Tak hanya Pita, Soni pun juga berada tak jauh darinya, bersedekap sambil menatapnya penuh kesal. Mungkin musuh bebuyutan Dimas itulah yang membawanya sampai ke UKS.

"Cepetan deh, tuh, urusin masalah lo sama Pita! Sumpek gue, tau nggak?" sembur Soni tiba-tiba dengan wajah cuek dan sedikit galak. Lalu dia pergi keluar.

"Dim, plis dong. Lo harus percaya kalo bukan gue dalang dari semua masalah ini...." Pita terus bersikeras meyakinkan Dimas untuk mempercayainya.

"Kalo lo punya bukti, gue baru bakal percaya sama lo," tandas Dimas begitu dingin sambil menegakkan badan dan turun dari ranjang. Wajahnya tampak sedikit pucat dan kuyu. Tak ada wajah kekanakan yang penuh keceriaan itu sama sekali. Dibenarkannya sabuk yang kendur lalu membungkuk memakai sepatunya.

"Tapi, Dim. Gue emang-"

"Lo bilang bukan lo, kan, pelakunya? Kalo emang bukan, harusnya lo punya bukti-buktinya." Dimas menyambar tasnya di nakas dan keluar meninggalkan Pita. Yang sedang mulai menangis. Sendirian. Lagi.

Soni yang sedang duduk di atas pembatas depan UKS berdiri begitu melihat Dimas keluar.

"Ada masalah apa lo sama Pita?" tanya Soni serius sambil menyetop Dimas di tempat.

"Bukan urusan lo!" jawab Dimas pedas.

"Nggak usah songong! Masalah Pita masalah gue juga!"

Dimas tersenyum sinis. "Lo mau jadi pelindungnya Pita? Hehehe, otak lo geser berapa derajat, sih, Son, sampe rela ngebelain cewek kek dia?"

"Lo pikir dia cewek kayak apa? Ha?"

"Dia itu cewek nggak tau diri! Ya cocok sih kalo lo suka sam-"

BUGG... Satu hantaman keras mendarat di pipi Dimas membuatnya terjengkang jatuh ke lantai. Dimas yang masih tampak begitu lemas tak mau diam saja. Kemarahannya mulai meletup-letup. Dia pun bangkit berdiri dan hendak melayangkan satu pukulan pada Soni untuk membalas. Namun tak jadi karna Soni menangkis pukulan lemah Dimas. Soni menarik kepalan tangan Dimas itu kemudian memelintirnya dan meletakkannya di atas tas punggung Dimas. Membuat Dimas meringis sakit merasakan persendian bahunya yang seakan hendak patah.

"Sekali lagi lo bilang gitu soal Pita, gue patahin nih tangan!" ancam Soni seraya mendorong Dimas yang membelakanginya ke depan hingga jatuh lagi ke lantai. Dimas berbalik pelan, menjeling ke arah Soni yang masuk ke dalam UKS. Dia pun memukul lantai dan berdiri. Lalu mengumpat dengan kata-kata sumpah serapah pada Soni dalam hati.

Dan di balik ketidakbersyukuran Pita akan hidup yang dia jalani, ternyata ada seseorang yang peduli pada dirinya, dan bersedia menyembuhkan luka di hatinya.

♪♪♪

Berulang-ulang Dimas mengacak-acak rambutnya sendiri. Dia berbaring setengah duduk di atas ranjang kostnya. Tampangnya sudah seperti koruptor buronan, yang tampak lusuh dan berantakan karna saking bingungnya mau melakukan apa untuk membebaskan rasa sebal atas kejadian sehari ini yang terpenjara dalam hatinya kini. Tatapannya kosong, memandang satu arah ke sebuah bingkai foto kecil yang terpajang di atas meja kecil yang biasa dia pergunakan untuk belajar, yang memuat wajahnya dan Anjani. Biasanya di malam menjelang tidur seperti ini Dimas gemar berbasa-basi dengan Anjani lewat sms dan dumay. Entah cuma mengeluarkan gombalan, bicara ini-itu, video call, dan hal-hal yang membuatnya merasa lebih dekat dengan ceweknya itu.

Serenade [Selesai]Where stories live. Discover now