Bolos(?)

333 23 0
                                    

"Pagi menjelang siang, Ann!" Suasana taman sekolah yang lengang membuat suara Dimas bergaung. Dia berjalan mendekati kursi yang diduduki Anjani. Tersenyum sambil menepuk-nepuk buku di tangannya.


Anjani yang saat itu tengah membaca buku langsung mengangkat kepala. Begitu juga dengan Karla yang selalu setia di sampingnya. "Cie buat yang kacamataan sekarang. Mau ngapain?"

"Mau deketin kamulah, Ann…. Apalagi coba?" seloroh ringan Karla sambil menahan tawa.

"Bukan cuma deketin. Buat kenalan lebih jauh juga nggak kalah penting dong," Dimas meringis hingga matanya tampak segaris.

Orang yang dimaksud tersipu. "Bisa nggak sih, kalo setiap kita ketemu itu nggak usah gitu, Dim?"

"Ya udah. Replay, ya…?"

"Hai." Kini Dimas tampil sekalem mungkin dengan kacamata minusnya yang berbingkai kotak besar.

Anjani malah diam di tempat melihat Dimas yang ternyata juga bisa menjadi makhluk yang sangat cool dan calm. Hal ini membuatnya terpesona dan malah membuat Anjani tidak tahu harus mengatakan apa.

"Udah, Dim. Kayaknya sahabat aku mulai gugup nih…," sindir Karla.

"Karla apaan sih? Oh iya, gimana meetingnya sama pak Taufik waktu itu?"

"Aku disuruh ikut lomba matematika, Ann."

"Ha? Iya? Wah… selamat berjuang ya, Dim. Congrats, karna kamu satu-satunya siswa IPS yang bakal ngukir sejarah di STUDI dengan ikut lomba matematika, hehehe…"

"Thanks, Ann. Kamu sendiri ikut juga?"

"Kimia," timpalnya dengan senyum yang begitu manis.

"Emh… soal kimia… aku jadi pengen kalo kita itu kayak isobar. Meskipun nomor atom kita beda, yang penting nomor massa kita sama."

"Intinya sama?"

"Iya. Intinya kita saling cinta."

Lagi-lagi Dimas membuat pipi Anjani bersemu merah.

"Stop ngegombal! Oke?"

"Oke deh. Kamu sukanya apa?"

"Dia itu sukanya dinyanyiin, Dim…. Apalagi kalo suaranya serek kayak kamu gini. Bakal tambah lumer deh tuh, hatinya…."

Anjani menampar pelan lengan koleganya itu. Dia merengut dengan senyum yang sangat tipis, begitu tersirat. Anjani memang suka sekali penyanyi dengan suara berkarakter serak-serak basah seperti David Cook.

"Hehehe, oke. Kalo git—" ucapannya terpotong ketika melihat Ririn sedang berjalan sendirian dengan langkah yang terputus-putus. Dia menoleh ke kanan-kiri seolah tersesat. Wajahnya tampak gundah. Dimas perlahan berdiri. Sementara Anjani dan Karla berpaling cepat pada hal yang tengah Dimas pandangi dengan tatapan simpati itu. Mereka juga melihat Ririn di sana.

"Aku… pergi dulu, ya? Bye…." Nada bicara Dimas terdengar terburu. Hal itu membuat Anjani merasa curiga. Dan Dimas berlalu menjauh dari kedua cewek itu.

Serenade [Selesai]Where stories live. Discover now