Belajar Setia

457 22 1
                                    

Sama seperti yang Dimas pikirkan. Setelah dia jatuh malam Minggu itu, dia mendapat perhatian yang penuh dari orang-orang di sekitarnya. Sang mamah kost sempat mengomel karena Dimas berbohong kalau dirinya baik-baik saja di malam dia tidak pulang, tepat di pagi hari setelah Andri mengantarnya pulang ke kost. Meski begitu, bu Sumi langsung menginstruksi Ririn untuk membuatkan Dimas bubur ayam spesial untuk cowok itu, yang entahlah apakah rasanya enak atau nggak karna Ririn membuatnya sambil terus merengut kesal. Lalu bu Sumi menyuruh mas Anton untuk membawa Dimas ke dokter. Kata dokter, pergelangan kaki Dimas nggak parah dan akan berangsur sembuh dengan sendirinya, juga nggak ada luka serius lainnya di dalam tubuhnya.

Sementara itu, di kelas, Dimas juga langsung mendapat perhatian dari para cewek-kecuali Ririn. Mereka berbondong-bondong menanyai Dimas dan memintanya untuk memanggil mereka tiap kali Dimas butuh bantuan karna cara berjalan Dimas yang masih timpang dan tidak mungkin kalau harus melakukan semua sendirian. Andri, Erix, Dyan, dan Sofyan bahkan jadi terabaikan karna anak-anak cewek yang lebih banyak membantu Dimas.

"Ya udah. Kalo mau ke WC sekalian aja, tuh, dianter ma anak cewek!" sungut Sofyan yang cemburu pada Dimas karna menolak keinginan Erix untuk mengambilkan kertas ulangan miliknya di meja guru, dan malah memilih Citra yang mengambilkannya. Dimas cukup mencibir menjawab omelan Sofyan. Dia tau Sofyan masih suka sama Citra.

Yang tak kalah perhatian adalah Anjani. Dia bahkan sempat menangis ketika Dimas langsung membuatnya kalap karna Dimas tiba-tiba mengeluhkan pergelangan kakinya yang katanya sangat sakit waktu di UKS. Padahal Dimas cuma bohong. Setiap pagi, istirahat pertama dan kedua, lalu ketika hendak pulang sekolah di hari-hari di mana luka Dimas belum sepenuhnya sembuh, Anjani selalu menengok pacarnya itu, memastikan lukanya apakah sudah berangsur sembuh atau belum dan mengobatinya. Sejak saat itu pula Anjani sering membawakan bekal makan untuk Dimas. Perhatian pol, kan?

Hubungannya dengan Andri juga sudah kembali seperti semula. Mereka duduk bersebelahan lagi. Andri juga sudah mulai terbuka ketika mencoret-coret kertas, menuliskan sebuah karangan atau pun tulisannya, khusus pada Dimas. Sayangnya, di sisi lain, dia juga harus lebih jaga jarak dengan Ririn.

Tapi hari-hari itu sudah berlalu. Sekarang Dimas sudah pulih. Dan itu karna Anjani yang rajin mengobatinya. Luka di kaki dan tangannya sudah kering dan tinggal menyisakan bekasnya yang merah-merah pucat. Pergelangan kakinya yang bengkak pun sudah sembuh dan dia dapat bergerak bebas lagi. Seperti saat ini ketika dia sedang bersemangat bermain bola bersama teman-temannya di lapangan olahraga.

"Ann, gue laper nih. Buat gue aja, dong," rengek Karla yang berjalan selangkah di belakang Anjani yang mana sedang berjalan cepat melewati koridor menuju lapangan olahraga untuk mengantarkan bekal makan pada Dimas.

"Kalo mau ke kantin duluan nggak pa-pa, kok, La."

"Nggak deh. Bareng lo aja. Dari pada entar kayak bayi burung ditinggal induknya cari makan." Karla merasakan sesuatu yang bergetar di saku roknya.

"Ann, gue mau angkat telfon nih. Duluan aja..."

Anjani mengangguk tanpa menoleh.

Seketika Anjani mematung ketika dia sampai di depan sebuah kelas yang nggak jauh dari lapangan olahraga. Di kejauhan sana, Anjani dapat melihat Pita yang mendekati dan mengejutkan Dimas di sebuah bangku panjang di tepi lapangan. Cewek itu membawa wadah makan dan botol minuman. Lalu dia memberikan botol minumnya pada Dimas yang kemudian disambut riang oleh si penerima. Pita duduk di samping Dimas, lalu mengambil setangkup roti dari wadah makan dan menyuruh cowok di sampingnya membuka mulut, menyuapkan roti tersebut pada Dimas, membuat mereka tertawa. Mungkin bagi mereka itu lucu.

Serenade [Selesai]Where stories live. Discover now