Chapter 3

1.3K 71 12
                                    


“Tuhan, jika nanti aku jatuh pada cinta yang baik, jatuhkan aku sejatuh-jatuhnya.”

Dewi ‘Dee’ Lestari

----------

KEIRA'S POV

"Hai Keira perkenalkan gue Reino,” ucap sosok pria yang berdiri tegak di hadapanku.

Aku merasa ada hal yang mengganjal untukku saat melihat Reino. Aku hanya terdiam dan tak membalas juluran tangan Reino.

Tunggu sebentar, sepertinya ada yang aneh dengan Reino. Dia mengingatkanku dengan Aldi. Kali ini aku yakin, Reino mirip sekali dengan Aldi.

I don’t want someone like you, i want you.

Alis matanya yang tebal, hidungnya yang mancung, bibirnya yang agak tebal dan caranya tersenyum sangat mirip dengan Aldi. Aku seperti melihat Aldi bukan Reino. 

“Tidak mungkin jika dia adalah Aldi yang aku punya. Namun mungkin saja Aldi pindah ke Jakarta dan menyamar menjadi Reino,” batinku.

"Hai Keira! Lo budeg ya? Yah, Keira emang tuli atau gimana sih Ayah? Kok dia diem aja sih?" teriak Reino di depan mukaku.
Aku langsung terlihat gugup. Duh kenapa aku bisa jadi bengong gitu sih.

"Eh iya hai," jawabku sambil tersenyum gugup.

"Kenalin gue Reino," sapa cowok itu kepadaku sambil memiringkan senyumnya.

"Kei, ini anak Om. Nanti biar anak Om yang akan tunjukan kamar Keira ya," ucap Om Sena sambil tersenyum.

"Eh iya Om, makasih Om Bunda." Aku mulai membiasakan diri memanggil kedua orang tua itu dengan akrab, karena mereka lah yang akan merawatku sekarang.

*** 
REINO'S POV

Aku menunggu kedatangan perempuan yang disebut Keira itu bersama Bunda. Aku penasaran ingin tahu bagaimanakah wajah perempuan itu?

Sampai tiba-tiba suara derung mobil terdengar memasuki halaman rumahku. Sepertinya itu Ayah dan Keira.

Betul saja, Ayah datang dengan diikuti sesosok wanita dengan rambut lurus terurai menjuntai kebawah sangat indah, namun tidak sedikitpun senyum terpoles di wajahnya. Tapi dia tetap terlihat sangat cantik, sangatlah cantik.

Ketika Ayah dan Keira melewati pintu rumahku, aku dan Bunda segera menyambut Keira dengan bahagia lalu Ayah memperkenalkan Keira padaku.

"Nah Keira, perkenalkan ini istri Om, panggil saja Tante Fiona atau kamu boleh memanggilnya bunda dan itu adalah anak Om, panggil saja Reino," kata ayah sambil memperkenalkan perempuan yang baru saja keluar dari mobil bersamanya.

"Hai Keira!" sapaku dan Bunda secara bersamaan, yang memang aku dan Bunda telah merencanakannya sebelumnya untuk memberikan kesan pertama yang baik.
Lalu aku menjulurkan tanganku untuk memperkenalkan diri padanya.

"Hai Keira perkenalkan gua Reino," sapaku.
Namun Keira hanya terdiam, dia tidak membalas sapaanku sedikit pun. Membalas juluran tanganku saja tidak. Keira terlihat aneh, apakah dia tuli pikirku.

"Hai Keira! Lo budeg ya? Yah, Keira emang tuli atau gimana sih Ayah? Kok dia diem aja sih?" tanyaku lagi dengan suara yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Tampaknya Keira kaget karena ucapanku, dia segera terbangun dari lamunannya lalu ia menjawab.

"Eh iya hai," jawab Keira sambil tersenyum gugup padaku.

"Kenalin gue Reino," sapaku lagi.

"Kei, ini anak Om. Nanti biar anak Om yang akan tunjukan kamar Keira ya," ucap Ayah.

"Eh iya Om, makasih Om Bunda,” jawab perempuan tersebut masih dengan keadaan gugup.

Ada apa sebenarnya dengan perempuan ini, mengapa melihatku seperti melihat manusia aneh.

-------

AUTHOR POV

"Yaudah Kei, biar Reino yang akan tunjukan kamarmu. Dan Reino temani Keira untuk menuju kamarnya ya," perintah ayah kepada Keira dan Reino.

"Okeee Ayah, Reino pasti akan jagain Tuan Puteri cantik ini," jawab Reino.

Keira hanya tersenyum mendengar perbincangan Ayah dan anaknya itu.
Kemudian Reino mulai berjalan sambil menarik tangan Keira menuju kamar yang telah disediakan untuk Keira.

Reino berjalan menaiki anak tangga satu persatu dengan tangan yang tetap menggenggam tangan Keira. Mereka pun sampai pada kamar yang telah disediakan.

"Ini kamar buat lo. Tadinya ini kamar gue terus gue terpaksa pindah ke kamar yang sebelumnya gudang karena adanya lo sekarang."

"Oh iya," jawab Keira dengan singkat.

"Lo cuma jawab oh iya? Lo ga bisa ngomong panjang dikit apa? Hargain gue udah mau ajak lo ngobrol.”

"Hmm," jawab Keira dengan nada malasnya.

“Lo kelas berapa? Udah kerja ya?” tanya Reino sambil terkekeh.

“Dua SMA!” ucap Keira yang kemudian memberhentikan Reino yang sedang terkekeh. Ternyata Keira dan Reino bersekolah dengan tingkat yang sama.

“Sama dong, semoga kita bisa bareng terus ya. Satu kelas kalo perlu, lo sekolah sama gue kan nanti?” tanya Reino yang jelas-jelas Keira pun tidak tau jawabannya.

“Entah,” jawab Keira dengan nada juteknya.

"Sumpah lo cuek banget, masa cantik cantik tapi jutek sih, Kei," ucap Reino.

"Terus gue harus ngomong apa? Yaudah sana keluar. Lo kan cuma mau anterin gue doang kan?" jawab Keira dengan nada bicara yang tidak jauh berbeda dengan sebelumnya.

"Yaelah gue kan cuma niat mau ajak lo ngobrol doang." 

"Gue lagi males ngobrol. Hussss sana pergi!" perintah Keira pada Reino.

"Yaudah iya. Kalau lo butuh bantuan tinggal panggil gue aja. Kamar gue di sebelah kamar lo kok, deket,” jawab Reino.

"Iya," kata Keira masih dengan cuek.

"Yaudah, lo mandi deh. Aroma lo udah gak enak gitu. Habis mandi, lo langsung turun ke bawah ya untuk makan malam," ucap Reino.

"Iya iya," jawab Keira sambil menyuruh Reino keluar dan menutup pintu kamarnya.
Lalu Keira segera merapikan barang-barangnya dan disusun ke dalam lemari pakaian yang telah disediakan di kamar yang juga telah disediakan tersebut.

"Syukurlah pakaianku muat di dalam lemari pakaian ini," ucap Keira sambil berkacak pinggang melihat pakaiannya yang telah tersusun rapi di lemari.

Setelah merapikan pakaiannya, Keira segera mandi. Rasanya badan sudah terlalu lengket maka Keira buru-buru untuk mandi terlebih dahulu. Selesai mandi, Keira segera ingat pesan Mamanya untuk mengabarkan jika ia sudah sampai di rumah Om Sena.

Keira segera menelpon Mama-nya dengan menggunakan smartphone-nya.

*Nomor yang Anda tuju sedang sibuk. Silakan menunggu beberapa saat lagi*

"Kok nomor Mama sibuk ya, Mama sedang menelpon siapa malam-malam gini," kata Keira bertanya pada dirinya sendiri.

Sementara karena nomor Mama sedang sibuk, Keira memilih untuk makan malam terlebih dahulu karena perutnya yang telah lapar sejak tadi.

Keira pun menuruni anak tangga satu persatu. Lalu sesampainya di ruang makan.

"Loh Kei, kamu kok ...."

-----------------------------

Makasih banyak udah mau luangin waktu kalian untuk baca ceritaku. Vote kalau kalian suka dan comment juga baik buruknya:)) thankyou for add my story to ur library 💞❤❤

Thankyou❤ 
Swadeekha~ cicila

Bandung, 25 Januari 2018 (18.20 WIB)

Just a Little Closer [Completed✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang