Chapter 21

597 22 2
                                    

"Love and cough (together) can not be hidden."

George Herbert
⚫️⚫️⚫️⚫️

“Jadi lo suka sama Leona?” tanya Keira yang kaget mendengar cerita yang diceritakan oleh Boony.

Keira dan Boony kini berada di salah satu kedai kopi yang pernah Keira datangi sebelumnya bersama Reino. Tidak ada yang berubah, masih terdapat pelayan yang agak sedikit kemayu tersebut dan masih ada sosok pelayan yang merupakan teman pelayan yang kemayu dengan sopan santun dan keramahannya.

Keira pun masih memesan minuman yang sama pada saat itu.

“Iya gitu, gue sering chatting-an sama dia. Dia perhatian juga sama gue jadi gue juga sebenernya sedikit lebih percaya diri kalo dia juga emang sayang sama gue,” ucap Boony.

Keira mengingat hal yang baru saja terjadi saat berjalan menghindari polisi. Dengan jelas ia lihat bahwa Leona asyik bersama dengan Reino.

“Saran gue sih ya lo coba dulu deh deketin lebih lagi, pastiin kalo dia bener-bener nyaman sama lo. Gak ada orang lain.” Keira menyesap kopi yang tersedia di depannya tersebut.

“Iyasih, doain gue ya, Kei. Gue bener-bener tulus suka sama Leona. Sometimes, gue cemburu liat Leona sama Reino suka ejek-ejekkan berdua. Karena tatapan Leona ke Reino beda banget. Lo liat itu juga gak sih?” tanya Boony.

“Yap, i see it. Jelas banget,” jawabnya.

“Gue harap kita salah.”

Keira hanya terkekeh. Kemudian suasana berubah menjadi hening, mereka sama-sama memecahkan dengan meminum minuman yang tersedia. Hingga Boony mencoba bertanya pula pada Keira.

“Kalo lo gimana sama Reino?”

“Ha? Kok Reino? Gue gak ada apa-apa. Nyokap gue cuma kenal sama keluarganya Reino. Ya, gue kaya ada masalah gitu di Surabaya yang bikin gue bener-bener frustasi. Makanya nyokap gue suruh gue tinggal di Jakarta biar gue punya suasana baru. Nyokap gue juga sibuk kerja, jadi emang gue bener-bener sendirian di rumah. Yang ada malah bikin gue tambah frustasi,” jelas Keira.

“Iya juga sih, semoga lingkungan baru lo ini bisa bikin lo lebih nyaman ya. Emang kalo boleh tau, alesan lo jadi frustasi gitu kenapa?”

I hope so. Ya intinya, karena seorang cowo yang gue suka ninggalin gue gitu-gitu dah. Gue gak begitu pengen bahas dia, On.” Keira mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan yang ada pada gelas tersebut.

“Oke, kalo lo gak mau cerita dan gue udah nangkep kok maksud permasalahan lo juga. Tapi, gue kaya ngeliat tatapan lo sama Reino itu beda. Mirip kaya yang gue bilang tatapan Leona ke Reino,” ucap Boony yang hanya dibalas dengan tawa oleh Keira.

“Gue gak lagi becanda anjir,” ucap Boony yang melihat Keira tertawa dengan kata-katanya tersebut.

“Ya abis, udah jelas gue sama dia gak pernah akur. Tapi lo masih aja cocokin gue sama dia. Jelas beda lah.”

“Gue serius Keirasya! Tapi, kayanya hari ini gue liat kalian kaya bertengkar gitu dah. Bener?”

“Ya gitu dah. Kan tadi di kelas gue udah bilang gitu, pehul!” jawab Keira.

“Cerita, daritadi kan gue yang banyak cerita sampe akhirnya lo bisa ambil kesimpulan kalo gue suka sama Leona. Sekarang lo gantian,” ujar Boony.

“Ya gitu, gila aja dia pake alesan ibunya sakit parah segala demi lolos dari guru BK biar dia gak dihukum karena telat.”

“Cuma karena itu? Sepele.” Boony menatap heran ke arah Keira.

“Iya, itu penting lah. Gue paling gak suka bohong. Apalagi bawa-bawa Ibu.”

“Lo beneran paling gak suka bohong?” tanya Boony dengan tatapan tajamnya.

Orang-orang di sekitar kedai tersebut masih sama seperti biasanya, terbilang tidak terlalu ramai namun dirasa cukup untuk sebuah kedai yang tidak terlalu besar di pinggiran kota Jakarta ini.

“Iya, gue gak suka sama yang namanya bohong,” jawabnya.

“Yaudah, sekarang gue tanya sama lo. Lo sayang gak sama Reino?”

Wait, what? Suka sama Reino? Kan gue udah bilang gue gak suka.”

“Coba lo pake perasaan. Lo gak lagi bohongin peraaan diri lo sendiri kan? Pahamin kata-kata gue.”

“Ha?” Keira mengernyit mendengar ucapan Boony yang baru saja dilontarkan tersebut.

“Ya, lo gak lagi bohongin perasaan lo sendiri kan?”

“Bohongin perasaan sendiri gimana sih maksud lo? Gue bener-bener jujur. Gue gak suka sama Reino.”

“Kei, gue bisa liat,” ucap Boony menatap Keira.

“Liat apaan? Hantu? Ha? Apaan?” tanya Keira pada Boony, rasa ingin tahunya membesar.

“Ya dari tatapan lo. Dari cara lo ceritain Reino itu beda. Lo suka sama dia.”

“Astaga ini anak, gue udah bilang kan. Gue gak suka dia. Ngga akan mungkin gue suka sama itu peresan air jeruk nipis di kobokan.” Keira terkekeh namun sedikit tertahan sehingga tawanya tidak terlihat begitu lepas.

Apakah benar? Aku suka Reino? Gak mungkin kan gue suka sama musuh-musuh gue,” ucap Keira di dalam hatinya.

“Katanya lo gak suka bohong, tapi raut wajah lo aja nunjukkin kalo lo suka sama Reino.”

“Alaah lo pentil korek sok tau banget dah. Yang ngerasain kan gue, bukan lo. Kenapa jadi lo yang sibuk urusin gue.”

“Lohh? Kok lo jadi marah-marah? Lo marah-marah gini malah semakin nunjukkin ke gue kalo lo suka sama Reino,” jelas Boony dengan menatap Keira lekat-lekat. Keira semakin bingung dengan perasaannya.

“Ya lo gak jelas banget anjir, gue gak suka sama Reino. Ngeyel banget.”

“Tapi, Kei. Gue bisa liat tatapan lo. Lo coba deh pikirin lagi. Pikirin pake perasaan bukan cuma pake otak aja. Katanya gak suka bohong, tapi sama aja kalo lo bohongin perasaan diri lo sendiri. Perasaan itu fatal loh. Buktinya lo aja bisa frustasi parah cuma karena sebuah perasaan. Bener gak?” tanya Boony jelas kepada Keira.

“Ya tapi gue yakin kalo gue gak suka sama Reino.” Keira mengelak walaupun sebenarnya memang itu yang ia rasakan, sepertinya ia telah membohongi perasaan dirinya sendiri.

“Kei, orang bilang kan obat hati yang terluka adalah orang baru. Mungkin ini yang dimaksud orang-orang. Reino orang baru untuk lo yang bisa bantu lo keluar dari masalah perasaan lo sama sosok pria di Surabaya itu. Mungkin ini bukan karena nyokap lo doang yang mau lo dapet suasana baru. Tapi, emang ini takdir Tuhan untuk lo, Kei.”

“Mendung banget, kita pulang aja yuk.”
Keira segera berdiri dari kursi dan menarik tangan Boony untuk segera ke kasir membayar dan pulang meninggalkan tempat tersebut.

Motor milik Boony pun berjalan melaju meninggalkan parkiran kedai kopi tersebut yang semakin sore sudah mulai semakin ramai. Di perjalanan tentu mereka hanya saling berdiam diri. Hingga Boony mengantarkan Keira pulang.

Keira memasuki halaman rumahnya dan suara pintu terbuka.

“Lo jadian sama Boony? Serasi amat.” Reino terkekeh.

“Engga, sotil,” jawab Keira judes.

“Gue cemburu loh,” jawab Reino kemudian Keira segera berlari menuju kamarnya. Entah mendengar perkataan Reino atau tidak.

🔸🔸🔸🔸

Hai(?)
Thankyou❤
Swadeekha~ cila.

Just a Little Closer [Completed✔️]Where stories live. Discover now