Chapter 19

620 28 0
                                    


"There are only four words that mean so much more than I love you, and those words are I'm here for you."

Anonymous

⚫️⚫️⚫️⚫️

“Lo kenapa? Ada masalah sama Keira? Kok kalian diem-dieman gitu sih,” tanya Leona yang menghampiri meja.

Reino hanya diam saja, tidak membalas sepatah kata pun pertanyaan Leona bahkan membalas dengan ekspresi pun tidak dilakukannya.

“Ikut gue ke kantin yuk.” Leona menarik tangan Reino yang berada pada meja. Reino hanya berdiri dengan malas dan mengikuti jalannya perempuan yang menariknya itu.

“Tumben dah Leona sama Reino akur,” ucap Boony melihat Reino dan Leona berjalan berpegangan tangan.

“Reino sengaja panasin gue apa gimana sih, gandengan tangan segala. Tapi kok gue ngerasa dipanasin sih? Bodo ah gue gak peduli, nanti gue pulang sendiri aja. Kesel gue sama dia,” Keira berkata dalam hatinya.

---

Leona’s POV

Berawal dari saling mengejek, entah hanya aku yang merasakan atau orang lain juga pernah merasakannya. Memiliki teman lawan jenis. Tidak, kami tidak terlihat seperti sepasang sahabat apalagi sepasang kekasih.

Kami teman dekat yang saling bercanda dengan sebuah ejekan. Ejekan awal dari segalanya, alasan aku mencintainya. Ejekan itu sama sekali tidak membuatku sedih, melainkan senyumku bergerak dengan lebar mendengar ejekan darimu. Tanda perhatianmu.

Reino, aku nyaman dengannya. Pria yang selalu menjadi musuhku dalam membicarakan suatu hal. Entah kapan perasaan itu muncul dan berkembang, ejekan penuh dengan tawanya adalah ketenanganku. Melihatnya bahagia adalah alasan aku mencintainya.

Sudah hampir 2 tahun aku 1 kelas dengan Reino, teman candaku yang penuh ejekan. Selama itu rasa itu tumbuh, mulai dari sebuah titik kecil hingga sekarang menjadi seperti coretan skripsi hingga aku sudah sangat berat menanggungnya lagi.

Apa alasan mencintai yang berawal dari sebuah ejekan adalah benar adanya? Atau mungkin aku mempunyai alasan lain tapi aku tidak mengetahui apakah itu? Jika karena ejekan adalah benar adanya, aku juga bisa meyakinkan bahwa Reino pun merasakannya.

Semakin banyak ejekan yang ada semakin menunjukkan kedekatan aku dengannya. Tanggungan itu terlalu besar untukku, mungkin ini saatnya aku bisa mengungkapkan hal ini.

---

Author POV

“Lo udah gue pesenin nasi goreng, dimakan ya,” ucap Leona.

“Ya,” jawab Reino dengan lesu.

“Lo kenapa deh? Tumben, biasanya udah monyong-monyong tuh bibir ngejekin gue. Gue gak suka ah sama lo yang pendiem gini.”

“Gue ngga laper.”

“Umm ... tapi gue udah pesen makanannya,” ucap Leona.

Tiba-tiba Reino menarik tangan Leona. Reino berjalan menuju taman belakang sekolah, taman itu selalu sepi karena jaraknya yang jauh dari kantin. Taman itu biasanya hanya berisi murid-murid yang suka membaca buku dengan suasana alam yang dapat membantu menenangkan pikiran mereka masing-masing.

“Gue gak tau kenapa gue mau berniat ngobrol sama musuh gue gini,” ucap Reino sambil duduk di kursi yang disediakan di taman tersebut, tepat di samping pohon linden.

“Kenapa? Lo lagi ada masalah? Cerita sama gue, gue bisa serius juga kok.” Leona mengaitkan bagian rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya ke samping telinganya. Mencoba menunjukkan sikap keseriusan Leona dalam mendengarkan cerita Reino.

Just a Little Closer [Completed✔️]Where stories live. Discover now