Chapter 27

623 26 0
                                    

"Peace can not be kept by force. It can only be achieved by understanding."

Einstein

〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️

“Sakit, Kei. Pelan-pelan ngapa,” ucap Reino.

“Iya sabar, ini juga pelan-pelan bawel,” ucap Keira.

“Awh ... sakit,” ucap Reino ketika kain yang dipegang oleh Keira menyentuh sudut kepalanya yang terluka.

“Makanya, jangan nakal. Lagian kaya anak kecil deh,” ucap Keira sambil menekan kencang sudut kepala Reino.

“Awhhh ... sakit, Keira! Cium nih kalo disengajain diteken-teken,” ucap Reino sambil mencubit pipi Keira.

“Iya, makanya diem aja gak usah banyak omong.” Reino pun terdiam, kemudian Keira kembali membersihkan dan mengompres luka yang ada di kepala Reino. Hingga Reino pun tertidur.

“Dasar kebo, masa gue ditinggalin tidur sih.” Keira cemberut, ia tidak dapat tidur. Keira hanya memandangi wajah Reino yang tertidur pulas pada saat itu.

“Aku minta maaf, aku gak ngerti sama perasaan aku sendiri.” Keira mencium kening Reino, kemudian menggenggam telapak tangan Reino dan menciuminya menghirup telapak tangan Reino berusaha menenangkan perasaan dan menunjukkan rasa sayangnya. Hingga satu jam kemudian Keira tertidur di samping Reino.

Tepat pukul 3 pagi terdengar suara Reino seperti meringis, Keira terbangun mendengar suara itu.

“Reino? Bangun! Kamu kenapa?” ucap Keira setelah melihat Reino yang merengkuh seperti sedang kesakitan.

“Lo mimpi?” tanya Keira kemudian Keira menyentuh kening Reino dan benar saja, badan Reino panas, ”Rei, kamu demam. Sabar sebentar ya, aku ambilin bye-bye fever sama air minum dan obat.”

Keira segera menuju kamarnya, Keira mempunyai stok obat-obatan dan stok bye-bye fever meskipun itu untuk usia anak kecil, namun Keira sering menggunakannya disaat sedang demam.

Badan Reino terus saja gemetar sambil ia merengkuh, Keira pun datang. Keira segera meluruskan badan Reino yang merengkuh untuk kemudian diselimuti. Keira segera membuka bye-bye fever dan menaruhnya tepat di kening Reino.

“Rei, bangun sebentar ya? Minum obat dulu,” ucap Keira sambil mengusap-usap pundak Reino berusaha membangunkannya dengan pelan.

“Dingin, Kei,” ucap Reino.

“Iya, makanya sini minum obat. Kamu panas dingin,” ucap Keira kemudian Reino pun membuka matanya, Keira berusaha membenarkan posisi Reino agar bisa meminum obat.

Keira menyodorkan obat dan minuman kepada Reino, ”Ini minum dulu, pelan-pelan airnya agak panas.” Reino pun meminum obat itu dan menghabiskan air pada gelas tersebut hingga ia pun melanjutkan untuk tidur.

Karena sudah terbangun, Keira tidak bisa tertidur kembali. Keira duduk di ranjang tepat di samping Reino sambil menatap khawatir karena panas tubuh Reino yang tidak kunjung turun.

Saat adzan subuh pun Keira segera mengambil wudhu untuk salat yang kemudian Keira kembali memeriksa suhu tubuh Reino yang ternyata mulai membaik. Keira pun berniat menjadi produktif di hari libur itu, Keira segera menyapu rumah dan mencuci baju-baju kotor dengan mesin cuci.
Hingga pukul 6 pagi Bunda terbangun.

“Keira? Rajin sekali Nak, kan ada Mba kalo sapu rumah sama cuci baju,” ucap Bunda Fiona yang melihat Keira sedang mengambil pakaian yang telah dikeringkan di mesin cuci.

Just a Little Closer [Completed✔️]Where stories live. Discover now