Chapter 15

700 27 4
                                    

"I did my best and God did the rest."

Hattie McDaniel

⚫️⚫️⚫️⚫️⚫️⚫️⚫️


Matahari bersinar sangat terik saat itu. Matahari dapat bersinar sangat terik setelah mengisi kembali watt-nya ketika hujan datang kemarin menutupi sinarnya. Nothing differences, rutinitas seperti biasa yang Keira lakukan ketika di pagi hari.

Terbangun dan mandi kemudian mengenakan seragam dan hanya memoles sedikit wajahnya dengan bedak tabur, memoleskan lip balm pada bibirnya dan mengikat rambutnya dengan sebutan cepol itu.

Semenjak ia merasa kesepian, Keira menjadi pemalas dalam melakukan beberapa hal, termasuk rutinitas skin care yang biasa ia lakukan di pagi hari, sekarang Keira lebih cuek dengan penampilannya.

True heart will come without seeing physical appearance, she believe on it. Try to move on, that’s her revolution since she lived on Jakarta. Mouth can saying, but heart will feel it.

Yap, itu cuma sebuah kata-kata, bagaimana bisa ia melupakan Aldi jika semua lingkungan didekatnya semakin mengingatkan tentang Aldi, beberapa tingkah Reino bahkan hujan yang sangat mengingatkanku tentang Aldi. Orang bilang Bogor itu kota hujan, tapi bagiku tidak. Jakarta lah kota hujan dan banjir tepatnya. Bukan banjir genangan, tetapi banjir kenangan.

“Kei, lo punya sepatu berapa? Kalo ga ada pinjem punya gue aja tuh, gue ada lebih. Nanti kita tanya OB deh sepatu lo kemaren dimana. Gue udah cari ga ketemu," ucap Reino ditengah suasana sarapan saat itu.

“Masih ada kok," jawab Keira.

“Udah jam 6 lewat 45 menit, 30 menit lagi masuk sekolah. Cepat habiskan makanannya, hari ini pasti akan macet, mobil besar dimana-mana memperbaiki gorong-gorong,” ucap Bunda sambil melirik kedua siswa tersebut, “Reino jagain Keiranya.”

“Hmm iya iya.”

Keira dan Reino pun mempercepat laju kunyahan makanan dalam mulut mereka masing-masing, memastikan semua sarapannya habis dan tidak terlambat. Makan dikejar waktu, piring dan jam adalah pandangannya. Keira berhasil menuntaskan seluruh sarapannya.

“Rei, cepetan udah jam 7 kurang 8 menit, gue ga mau telat," ucap Keira.

“Mmmm iy .. mm .. yaa. Sabar dikit ngapa," ucap Reino yang kesulitan berbicara dengan mulutnya yang sudah penuh dengan makanan pagi hari itu.

Setelah Reino selesai makan, mereka pun bergegas mengenakan sepatunya dan menaiki kendaraannya. Motor matic itu pun kembali meninggalkan rumahnya demi mengantarkan pemiliknya. Reino mengendarai motor dengan sangat cepat, 80km/jam.

Teriak Keira sambil mencubit pinggang Reino, “Reino jangan ngebut juga, selip sana sini. Gue takut.”

“Ha? Apa? Gak kedengeran, Kei.”

“JA-NGAN NGE-BUT!” ucap Keira yang berteriak lebih kencang kepada Reino.

“Ngomong apaansih, Kei. Ga kedengeran. Lo bilang apa? Ngebut? Takut telat? Oke siap tancap gas mang,” balas Reino sambil tersenyum, “Pegangan ya, Kei.”

Reino menaikkan laju kecepatannya saat itu dan Keira semakin mencubiti pinggang Reino. Reino yang merasakannya hanya memberikan cengiran. Cubitan Keira tidak terasa sakit baginya. Motor itu terus melaju dengan kencang, melewati beberapa kendaraan lainnya, sesekali mengenai beberapa kaca spion mobil pengendara lainnya hingga mereka mendapat teguran sebuah teriakan dari pengemudi. Keira hanya menunduk menandakan permohonan maaf sedangkan Reino tetap fokus mengendarai dengan kecepatan tinggi.

Tetap saja, mereka telat 3 menit. Dengan terpaksa Reino dan Keira berjalan melalui pintu rahasia yang pernah dilalui ketika hari pertamanya sekolah. Keira mulai untuk lebih berhati-hati melirik kanan dan kiri memastikan kejadian waktu itu tidak akan terjadi lagi. Dan mereka berhasil masuk melalui pintu rahasia tersebut.

“Waduh, itu guru bk ngapain depan kelas kita, sial," celoteh Reino yang sempat terhenti berjalan menuju kelas karena melihat guru bk berdiri di depan kelasnya.

“Kei, lo duluan jalan deh," kata Reino.

“Kok gue? Oh gini, gue jadi tumbal.”

“Bukan gitu, lo kan masih aman jadi enak. Kalo gue bisa bahaya.”

“Gue juga takut, liat aja tuh ekspresinya serem banget," jawab Keira yang terliaht tidak berani untuk berjalan duluan.

‘tringtrung’

Handphone yang berada di saku pria yang bernama Reino itu berdering, menandakan ada pesan pada aplikasi Line Messenger-nya itu.  Reino segera mengeluarkan telepon genggamnya itu dari sakunya dan membuka dengan kata sandi segera membaca pesan yang ia terima.

Boony Gy : Lo dmn? Jgn masuk dulu, ada guru bk lagi razia

“Siaaaaal!” ucap Reino dengan volume suara yang sedikit besae ketika membaca pesan yang dikirimkan Boony Gondy yang notabene adalah teman sekelasnya.

“Sssssttt .. lo bisa diem gak sih," kata Keira sambil menempatkan jari telunjuknya itu tepat di depan mulutnya menandakan bahwa Reino tidak boleh berbicara dengan keras.

“Ada razia, Kei. Gue gak bawa dasi sama ikat pinggang, kaos kaki gue juga warna hitam. Harusnya hari ini putih," ucap Reino.

“HA? PUTIH? KOK LO GAK KASIH TAU GUE SIH KALO ADA PERATURAN ITU, GUE MALES BACA BUKU PANDUAN SEKOLAH," ucap Keira dengan volume suara yang cukup keras karena tersontak kaget.

“Ssssssssttt ...," desis Reino.

Kali ini volume suara Keira yang besar, Reino meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Keira, tepat menempel.

Tangan Reino sontak membuat Keira mengingat sosok Aldi yang suka menempelkan jari telunjuknya ketika ia berusaha mencabut bunga mawar milik tetangganya. Keira selalu marah ketika Aldi mencuri bunga mawar tetangganya hanya demi Keira.

Keira segera membulatkan matanya melihat jari telunjuk Reino yang mendarat di bibirnya itu.

“Pegang dikit doang elah," ucap Reino melihat tatapan mata Keira. Keira hanya terdiam tidak membalas ucapan Reino tersebut.

Reino menarik tangan Keira dengan sigap. Memasuki kamar mandi.

“REINOOOO!!! Ngapain disini, ini kamar mandi cowo!” teriak Keira pada Reino.

Lagi-lagi Reino meletakkan telunjuknya di bibir Keira, “Sssssst ... tadi ada wali kelas kita lewat.”

‘drrt drrt’

Telepon genggam milik Keira yang sekarang bergetar menandakan pesan masuk, benar saja bahwa Leona lah yang mengiriminya pesan.

Leona Friandany : Lo dmn? Pelajaran mtk pagi ini di ganti sama bk. Bk 2 jam bakal di kelas, lo cepet masuk sebelum makin terlambat:(

Reino melirik isi pesan yang sedang dibaca oleh Keira tersebut, “Waduhhh, bahaya nih. Abis gue," ucap Reino.

Terlihat beberapa murid laki-laki berjalan menuju toilet ini, Reino segera menarik Keira keluar.

🔵🔵🔵🔵🔵🔵

Btw, Happy Sunday
Kayanya gada yg nungguin cerita aku, hehe:(

Go on!
Thankyou❤
Swadeekha~ cila.

Serang, 04 Februari 2018

Just a Little Closer [Completed✔️]Where stories live. Discover now