Chapter 12

754 29 2
                                    

This is my life ... my story ... my book .... I will no longer let anyone else write it; nor will I appologize for the edits i make.”

Steve Maraboli

----------

Kemudian matahari pun mulai bersinar, bersinar lebih terang dari bintang, sehingga bintang tidak dapat terlihat lagi karena sinarnya terkalahkan. Bahkan sinar matahari juga dapat membangunkan manusia karena cerahnya ia. Melewati celah-celah yang berada pada kamar dan mencoba menyelinap masuk ke dalam mata manusia yang terlelap.

“Hai,” sapa seseorang berbadan tinggi dan beralis tebal yang baru saja keluar dari kamarnya bersamaan dengan Keira yang juga baru saja keluar dari kamarnya. Keira tidak membalas sapaan sosok pria tersebut.

Good morning, Keira,” sapa lagi oleh sosok pria yang sebelumnya menyapa, mendengar sapaannya pertamanya itu tidak ditanggapi.

“Ya,” jawab Keira dengan ketus.

“Kei?” ucap Reino.

“Hmm .. apa?” jawab Keira masih dengan nada yang ketus. Kemudian disusul oleh tangan Reino yang melandas di pipi Keira dengan sedikit mengusap.

“Apaan sih lo!” jawab Keira ketus sambil mencoba melepaskan tangan Reino.

“Hey, itu mata lo kenapa? Lo abis nangis?” tanya Reino dengan nada sangat pelan mencoba memahami Keira.

“Gapapa,” jawab Keira sambil menunduk. Bercerita pada Reino bukanlah solusi dari masalah bagi Keira. Kemudian Reino mengangkat dagu gadis tersebut.

“Kei, ada masalah? Lo kenapa? Mata lo sembab, Kei.”

“Gapapa, ga usah sok care!” kemudian Keira segera melangkah meninggalkan Reino yang masih berdiri sambil bertanya-tanya.

Keira menuruni anak tangga untuk menuju ruang makan yang kemudian selang beberapa waktu disusul oleh Reino.

Kemudian Bunda datang dengan membawakan sarapan pagi itu.

“Kei, mata kamu kok sembab? Ada apa, nak?” tanya Bunda Fiona yang melihat mata Keira sembab.

“Gapapa, Bun. Aku cuma lagi kangen Mama di Surabaya kok,” jawab Keira yang mencoba menutupi alasan ia menangis tersebut.

“Ohhhhh .. kenapa tadi waktu gue tanya malah ga dijawab. Tinggal jawab gitu doang susah amat dah!” kata Reino menanngapi jawaban Keira.

“Yaudah, Keira kalau ada apa-apa langsung cerita aja ke Bunda, Bunda siap kok temenin kamu coba bantu cari solusi untuk masalah kamu juga, nak.”

“Tuhhhhhhh, dengerin Kei!” timpal Reino.

Keira menjawab, “Iya, Bun.”

Kemudian mereka pun menyelesaikan sarapannya tersebut dan segera berangkat sekolah setelah selesai. Keira dan Reino datang terlambat saat itu.

“Keira, Reino, Virgiani, Eno, Yuda, dan Ghea kalian segera bersihkan taman sekolah! Ini hukuman bagi kalian karena terlambat datang ke sekolah,” perintah salah satu guru di sekolah tersebut yang berstatus guru BK (Bimbingan Konseling) kepada Reino dan Keira serta murid lainnya yang juga datang terlambat.

“I-i-iya bu,” jawab Keira dengan pelan disusul dengan siswa lainnya meng-iya-kan perintah guru tersebut.

“Gara-gara lo bangun kesiangan sih kita jadi dihukum,” ucap Reino pada Keira. Tetapi Keira tidak sedikit pun menanggapi perkataan Reino tersebut melainkan Keira sibuk dengan tanaman yang sedang ia cabuti gulmanya.

Just a Little Closer [Completed✔️]Where stories live. Discover now