6. Awal Sebuah Cerita

89.7K 7K 463
                                    

Ketika rasa mampu mengalahkan kata

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Ketika rasa mampu mengalahkan kata.
♡♡♡

Juna melempar hp nya ke dalam selimutnya yang kini berserakan di ujung tempat tidur.

Apa yang baru saja dia lakukan? Apakah dia benar-benar mengirimkan pesan itu pada Kirana?

Cepat-cepat dia mengambil kembali hp nya tersebut dan mengecek kotak keluarnya. Tidak salah lagi, sebaris kalimat itu sudah pergi dan tidak akan mungkin bisa kembali.

     Tanpa sadar dia spontan berteriak keras. Cukup keras sampai-sampai Mama tergopoh-gopoh datang ke kamarnya.

     "Kamu kenapa Juna?"

     "Hah? Oh... ng, nggak... nggak kenapa-napa, Ma..." Dia meringis.

"Loh, kok belum siap ini, di mana seragamnya? Ntar kaya kemarin lagi nggak sempat sarapan! Mama udah bikin bubur ayam kesukaan kamu, sayang kalo nggak dimakan."

"Iya, ma. Bentar lagi Juna siap-siap."

     Tidak ada penjelasan yang masuk akal mengapa dia bisa senekat ini. Sungguh, Juna tidak tahu apa yang merasuki dirinya sehingga dia memutuskan untuk menekan tombol send tadi. Entah apa yang ada di pikiran Kirana sekarang, cewek itu tidak membalas pesannya.

     "Juna, lagi makan kok pegang hp, ayo makan dulu yang bener, ntar malah telat ke sekolahnya." Mama menegurnya.

     "Masih pagi udah pacaran aja, ntar di sekolah kan juga ketemu. Anak-anak jaman sekarang ini memang lebay..." Kak Pandu menggeleng-gelengkan kepala. Pengganggu satu itu hari ini ikut sarapan bersama, padahal biasanya dia tidak akan bangun kalau tidak lewat tengah hari.

     Begitu Juna meletakkan hp nya di meja, Kak Pandu segera menyambarnya.

     "Eh, balikin!"

     Kak Pandu menepis tangan Juna, dia sengaja berpindah tempat duduk. "Lah, Kirana ini, yang datang ke rumah kapan hari kan?"

     "Loh, siapa Kirana? Kamu bawa pacar ke rumah kok nggak dikenalin ke mama? Mama di mana waktu itu?"

     Kak Pandu tertawa, dia berhasil membuat Mama bertanya. Sebelum kakaknya yang hobi menindasnya itu berkata macam-macam, Juna segera berdiri. Dengan gerakan yang lebih cepat dari kelinci Energizer, dia menyita kembali hp nya.

     "Sinis banget sih, kan kakak cuman mau tau kenapa kamu stress gitu, siapa tau bisa kasi nasehat. Iya kan, ma?"

     "Iya, Juna... biar Kak Pandu bantu kamu, dia mungkin bisa kasih solusi, daripada kamu stress sendiri, banting-banting hp nya kaya tadi ntar rusak gimana?"

Mama termakan bualan Kak Pandu. Dia jadi diinterogasi panjang lebar mengenai Kirana selama sarapan tadi. Akibatnya, gagal lah rencananya untuk berangkat pukul 6.25.

Cinta Sejuta RasaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon