22. Arah Menuju Roma

49.7K 3.4K 240
                                    

Bahagia adalah ketika realita lebih indah dari mimpi♡♡♡

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bahagia adalah ketika realita lebih indah dari mimpi
♡♡♡

"Terus kenapa? Cuman air doang aja... dia ngga kenapa-napa kan? Penting banget kamu dateng buat ngomongin ini?"

Juna menyipitkan matanya, dia tidak percaya akan apa yang baru saja dia dengar.

"Bukan itu poinnya, Sita. Kenapa kamu ngrasa perlu buat ngerjain Kirana itu udah bener-bener kelewatan! Dia kan nggak salah? Kok kamu marahnya ke dia?"

"Aku ngga ikut-ikutan nyiram dia Juna, dan aku beneran sumpah ngga tahu kalo temen-temen aku bakal nglakuin itu! Aku juga ngga tau siapa yang mulai nyebarin videonya. Lah, kamu kenapa marahnya sama aku?"

Juna menghela nafas. Teriakan cewek itu membuat mereka jadi pusat perhatian di Perpustakaan SMA Bina Bangsa yang pada jam usai sekolah ini masih saja ramai. Dia menyesali keputusannya untuk tidak menunggu sampai kelas Rasita kosong saja.

"Kamu kenapa sih ngga pernah mikirin perasaan aku sedikit pun? Sekali aja... kamu liat aku bisa kan? Apa aku itu segitu ngga ada harganya di mata kamu sampe-sampe kamu giniin aku!" Rasita kembali berteriak, namun suara cewek itu kali ini diselingi oleh isak tangisnya yang dalam sekejap merebak.

Juna bukan cowok yang berhati batu, dia tidak tega melihat seorang cewek meneteskan air mata, terlebih lagi jika air mata itu diperuntukkan dirinya.

"Iya, iya... ya udah, jangan nangis di sini dong Sita..." Juna melembutkan suaranya, dia melihat ke sekeliling mereka dengan canggung.

"Aku nggak bakal setega itu, kenapa kamu bisa mikir kalo aku yang suruh mereka sih!" Rasita yang tidak peduli meski semua pasang mata tertuju pada mereka tetap mempertahankan volume suaranya.

Nama Juna sudah terlalu lama bertengger di tangga gosip SMA Bina Bangsa akhir-akhir ini, dia tidak ingin prestasi itu melekat pada dirinya lebih lama lagi.

"Iya, iya aku salah... aku tau kok kamu bukan cewek macem itu," balasnya seraya menarik tangan cewek itu, dan mereka mengungsi ke area belakang perpustakaan yang tidak sarat akan pengunjung.

Juna memilih untuk tidak mempertahankan emosinya karena dia tahu jika dia bersikeras, Kirana lah yang akan menanggung akibatnya, dan dia tidak mau cewek itu menjadi tiang samsak lebih lama lagi.

"Aku pikir... selama ini kamu yang paling peduli sama aku, kamu yang paling ngertiin aku, kamu yang tau gimana hati aku yang sebenernya... tapi ternyata... aku salah ya?" Rasita menyeka air matanya, cewek itu kemudian tersenyum pahit. "Aku tau... kamu udah ngerti kalo aku mau ngomongin tentang status kita waktu Valentine itu. Aku tungguin kamu seharian, tapi kamu ngga muncul... di mana kamu sebenernya?"

Juna menghindari tatapan menusuk cewek itu. Dia sudah tahu bahwa dia tidak akan bisa lepas dari masalah yang satu ini.

"Udah berapa kali kamu bohong sama aku? Aku selalu bela kamu di depan temen-temen aku, aku ngga pernah denger waktu mereka jelek-jelekin kamu karena aku percaya kamu, aku percaya kalo kamu bakalan ngomong apa adanya sama aku karena aku kira aku lebih kenal kamu daripada mereka. Tapi kenapa kamu tega bikin aku keliatan bodoh di depan mereka semua sih!"

Cinta Sejuta RasaWhere stories live. Discover now