8. Perkara Tiga Insan

79.6K 5.8K 272
                                    

Semua orang akan menjadi penganalisa ketika dihadapkan dengan persoalan hati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semua orang akan menjadi penganalisa ketika dihadapkan dengan persoalan hati.
♡♡♡

Arjuna : Jangan lupa makan malem.

     Hanya empat kata dan satu tanda baca, tetapi Kirana senangnya sudah bukan kepalang. Sejak bangun tadi, dia tidak henti-hentinya membaca ulang pesan itu. Di benaknya terngiang-ngiang suara Juna, seakan-akan cowok itu berkata langsung padanya.

     "Kira, bangun! Sekolah!" Teriakan Ibu menggema sampai ke kamarnya.

"Iya, Kira udah bangun kok..." Dia menjawab.

     Ibu tidak tahu saja kalau hari ini Kirana sudah bangun —lebih tepatnya tidak bisa tertidur lagi— sejak pukul tiga pagi.

     Namanya juga Kirana, cewek itu selalu menganalisa tiap hal sampai sedetail-detailnya. Sebuah sifat yang positif seharusnya, tetapi tidak untuk kali ini.

     Dia tercelik sejak langit masih petang karena dia memikirkan tentang balasannya pada Juna.

Iya.

Itu saja.

     Huruf I, Y, dan A, beserta satu titik di belakangnya.

     Kirana menyesal yang sedalam-dalamnya setelah dia menekan tombol send, dan penyesalan itu terus berlanjut hingga detik ini.

Kenapa dia hanya mengirim empat karakter? Kenapa dia tidak memperpanjang pesannya, berbasa basi lebih lanjut, menambahkan kamu sendiri udah? sehingga mereka bisa memulai percakapan. Kenapa tiap kali berhadapan dengan cowok itu dia mendadak jadi ahli dalam memberi jawaban singkat, padahal dia tidak sedang ulangan mencongak?

Kenapa, kenapa, dan kenapa. Kata itu memenuhi otak Kirana, membuat dirinya serasa ingin menjatuhkan diri dari ranjang dan berguling-guling di lantai saja.

     Dengan lemah dia bangkit berdiri untuk segera bersiap-siap ke sekolah sebelum ibu kembali meneriakinya.

     "Kiraaaa.... cepetan turun!" Kirana kembali mendengar jeritan ibu begitu dia keluar dari kamar mandi.

     "Iya ibu, ini lagi pake seragamnya ya ampun... tunggu bentar napa, lima menit!"

     Entah untuk apa juga ibunya ramai sekali padahal ini sudah termasuk cepat bagi Kirana. Biasanya dia masih berkutat di alam mimpi.

     "Di depan ada temen kamu, udah nungguin dari tadi itu... kamu kok lama banget sih bukan Putri Solo juga... Ibu suruh masuk aja ya, kasihan di luar diliatin tukang sayur."

     Seingatnya hari ini dia tidak ada janji berangkat dengan Jelita. Siapa teman yang ibu maksud? Dia bergegas turun.

     Langkah Kirana terhenti setengah perjalanan menuruni tangga.

Cinta Sejuta RasaWhere stories live. Discover now