27. Bahaya Tikungan Tajam

39.4K 2.9K 313
                                    

Luka tidak perlu terlihat untuk bisa dirasakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Luka tidak perlu terlihat untuk bisa dirasakan.
♡♡♡

"Arjuna nggak masuk hari ini?"

Pandangan menusuk yang dilayangkan Bu Pratiwi kepadanya membuat Kirana merasa dirinya baru saja tertimpuk kulit durian.

Meski dia memang tidak pernah bermasalah dengan guru yang killer nya sudah melegenda di SMA Bina Bangsa tersebut, dia masih saja tidak terbiasa menghadapi beliau.

Apalagi, setelah maraknya berita mengenai dirinya dan Juna akhir-akhir ini, Bu Pratiwi yang sebelumnya cenderung tidak terlalu peduli dengan kehadirannya jadi memberikan perhatian ekstra kepadanya.

"Kirana, saya bicara sama kamu. Kamu dengar kan pertanyaan saya?" tutur Bu Pratiwi dengan tidak sabaran.

"I... iya Bu, sa... saya dengar," jawabnya terbata-bata.

"Arjuna hari ini kenapa nggak masuk? Apa dia sakit? Suratnya di mana, kok nggak ada di meja? Tugas dia di mana? Dia nggak titipin ke kamu?" tanya Bu Pratiwi bertubi-tubi sambil menyusun ulang tumpukan kertas tugas Identifikasi Kalimat Efektif dan Tidak Efektif yang jatuh tempo pagi tadi sebelum bel jam pertama berbunyi.

Kirana memilin jemarinya yang dia letakkan di bawah laci meja dengan gugup. Seakan tatapan menuntut dari Bu Pratiwi belum cukup saja, tiga puluh dua pasang mata penuh rasa ingin tahu milik teman-teman sekelas juga tertuju pada dirinya.

"Ng... nggak Bu, tugas Juna nggak di saya," cicitnya pelan sembari mencuri pandang ke arah pintu kelas, berharap bahwa cowok itu akan muncul detik ini juga dan menyelamatkannya dari kecanggungan ini.

"Jadi... Arjuna memang sedang sakit, atau dia hari ini absen?"

"Sa... saya nggak tau Bu," tukas Kirana lemah sembari menundukkan kepalanya, menghindari tatapan Tyas dan kawan-kawan yang mengamati adegan ini dengan mata dan telinga yang terbuka lebar.

Kedua alis Bu Pratiwi berkerut menunjukkan keraguannya, namun beliau lantas menganggukan kepalanya.

"Kamu nggak ngingetin dia tentang tugas saya?"

Nada bicara Bu Pratiwi memang setenang air sungai yang mengalir, tetapi siapapun juga tahu bahwa ada ombak besar yang siap menghantam di baliknya.

Seketika itu juga, suasana di dalam kelas yang sebelumnya kental akan perbincangan khas remaja berseragam putih abu-abu berubah jadi mencekam seolah-olah mereka sedang berada di dalam gua hantu.

Cinta Sejuta RasaWhere stories live. Discover now