28. Prioritas Simpang Dua

36.6K 2.7K 291
                                    

Jatuh cinta itu menempa iman dan menumpulkan logika

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jatuh cinta itu menempa iman dan menumpulkan logika.
♡♡♡

Semestinya, Juna tahu bahwa bodoh namanya jika dia tidak menghindari kedua mata Rasita yang sedang beredar ke seluruh penjuru ruangan terbuka kantin.

Semestinya, Juna sudah bisa menebak bahwa tentu saja cewek itu akan melangkahkan kedua kakinya menuju ke meja yang sedang dia tempati sekarang setelah aksi permusuhan yang ditampilkan oleh teman-teman segengnya.

Semestinya, Juna tidak sebebal itu dengan berpikir bahwa tidak mungkin Rasita akan seberani garis miring nekatnya dengan meminta untuk bergabung. Tetapi nyatanya, pertanyaan tersebut muncul dari mulut cewek itu, dan kini, keheningan yang membuat bulu kuduknya berdiri menyelimuti meja mereka.

Kecanggungan yang dia ciptakan berkat medan magnet yang dia miliki untuk seorang Rasita Mirabelle Sjahrir sangat kuat, dia akui itu.

Juna mengarahkan pandangannya ke kedua kakinya yang kini sedang bergerak-gerak dengan resah. Dia menuturkan doa di dalam hati agar satu atau dua temannya sekalian tanggap akan situasi bertekanan tinggi yang sedang menimpanya dan bertindak sebagai terang dalam kegelapan di siang bolong yang melandanya ini.

Tetapi bukannya pertolongan yang diberikan oleh Harris dan Nevan yang seharusnya rela melakukan pekerjaan kotor untuknya dengan mengatakan TIDAK pada cewek itu mengingat betapa lamanya tali persahabatan mereka selama ini, kedua sahabatnya itu justru menjual dirinya mentah-mentah dengan mengarahkan tatapan penyerahan wewenang kepadanya.

Rasanya Juna ingin kabur saja detik itu juga. Bagaimana dia bisa menghadapi situasi konyol seperti ini? Apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang yang berada dalam posisinya bahkan?

Dia tidak mau menyalahi Kirana dan menjudikan hubungan mereka dengan mengiyakan permintaan Rasita, tetapi di mana rasa kemanusiaannya jika dia mengusir cewek itu di saat dia sedang dalam titik rendahnya?

"Duduk aja Sit."

Celetukan dari Nevan berhasil memecahkan kesunyian di antara mereka. Temannya itu menarik kursi kosong yang ada di sebelahnya dan mempersilahkan Rasita untuk duduk, sehingga kini cewek itu berhadapan tepat dengannya.

Meninggalkan tempat saat itu juga rasanya sangat tidak pantas. Dia tidak ingin hubungannya dengan Rasita jatuh pada tingkat yang serendah itu. Lagipula, bertingkah sadis bukanlah gayanya.

Juna lantas melirik Kirana di sampingnya. Wajahnya kaku, dan di dahinya terdapat kerutan ketidaksetujuan yang tertahan, tetapi seulas senyum kecil masih terukir di salah satu ujung bibir cewek itu ketika mereka bertemu pandang.

"Lo nggak makan nih Sit?" Nevan kembali berkata. Temannya itu berusaha mencairkan es tidak kasat mata yang melingkupi mereka.

"Hmm... belum sih, lo tau kan kalo gue paling males gitu kalo antri sendirian..." Rasita menjawab.

Cinta Sejuta RasaWhere stories live. Discover now