13-Diskusi

1.4K 258 46
                                    


xxx

"Iya. Mereka berdua satu tim debat unggulan di HI, dan udah pernah juara dua debat se-ASEAN." Jawaban tersebut membuat Athalia membelalakkan mata.

xxx

"Palestina harus mengurus konflik dalam negeri terdahulu," tukas Athalia. Sebagian besar setuju, sisanya tidak. Diskusi itu memang arahnya semakin tidak jelas, terutama ketika salah seorang dari negara Kuba menyinggung masalah perang nuklir.

xxx

"Negara-negara di ASEAN bisa terkena efeknya nanti!"

xxx

Junaedi mengambil alih bicara. Ditatapnya maba yang tengah duduk di meja konferensi satu persatu. "Sepertinya banyak dari kalian yang harus memahami peran negara kalian. Yang kalian cari di internet itu pasti keterangan negara dari Wikipedia, kan? Sebetulnya, informasi itu tidak semuanya berguna." Kata-katanya menusuk, dan beberapa maba yang tersindir langsung menundukkan kepala. "Karena kalian ada dalam satu wadah PBB, harusnya kalian lebih mencari hubungan bilateral antara negara kalian dengan negara lain, lalu pahami adat dan budaya negara kalian sendiri."

"Kalau harus memilih delegasi terbaik dan terburuk..." June memandang tajam Athalia. "Yang terbaik adalah delegasi dari Amerika dan yang paling buruk adalah delegasi Israel."

xxx

Pria itu mengelus anting hitam di telinga kanannya, sibuk mengingat-ingat argumen dan penampilan Athalia tadi. Setelah ia selesai mengingat dan mengevaluasi hal tersebut di dalam kepalanya, ia akhirnya menghela nafas panjang. Kedua sikunya ditumpukan ke lututnya, kesepuluh jarinya bertautan.

xxx

"Bisa juga kau bilang konsekuensi perang akan ditanggung sepenuhnya oleh Israel asal pembagian wilayah dengan Palestina dilakukan dan ditetapkan sesuai keinginan Israel. Cari akar permasalahannya. Pahami kenapa Israel tidak menyukai orang Palestina. Pahami apa sebetulnya Zionisme yang dianut oleh Israel." June menatap Athalia. Sebuah senyum kecil terukir di wajah senior itu.

"Cari asal-usulnya. Pahami ideologinya. Percuma baca berita-berita terbaru tapi tak tahu inti masalahnya," tidak hanya nada bicaranya yang berubah menjadi lembut, tetapi jari-jari tangan kanan yang berhiaskan banyak cincin metal itu juga terulur untuk mengacak rambut halus milik Athalia. Ia segera berdiri.

xxx








xxx

Dewangga [Sedang Proses Revisi]Where stories live. Discover now