15-Kabar Gembira

1.3K 255 37
                                    


xxx

"Sampek jam sakmene? Iki wes setengah songo, awakmu tak hubungi gak iso ae ket mau (Sampai jam segini? Ini sudah setengah Sembilan, kamu aku hubungi gak bisa aja dari tadi)," mendengar itu, Athalia bangkit berdiri, kedua tangan berkacak di pinggang. "Aku lho wes izin nak Mami (Aku lho sudah izin ke Mami)," bahasa Jawa ngoko mulai keluar dari mulut mungil tersebut.

"Iyo, ngerti aku, Mami yo ngomong, tapi mosok nak KBS tok sampek bengi ngene? Kon gak ngerti ta aku nunggoki ae ket mau iki? Yo opo gak kepikiran aku? (Iya aku tahu, Mami juga ngomong, tapi masa ke KBS aja sampai malam begini? Kamu nggak ngerti kah aku tungguin aja dari tadi? Bagaimana aku tidak kepikiran?)" Athalia merutuk. Karena rencana dadakannya dengan Chandra untuk bermain ke Taman Remaja tadi, ia belum memberi kabar kepada Mami atau Bobby. Dalam hati ia tidak ingin disalahkan. Ia akhirnya memilih untuk mengabaikan pertanyaan kakaknya. "Mana Mami?"

"Arisan ket sore ndek Pandaan. Gak mulih, nginep ndek omah e Tante Ratih. Trus? Teko ndi ae awakmu? (Arisan dari sore di Pandaan. Gak pulang, menginap di rumahnya Tante Ratih. Terus? Dari mana aja kamu?) " wajah Bobby benar-benar terlihat kesal. Handaru masih sibuk mengunyah nastar lebih banyak. Kepalanya menoleh ke arah kakak-adik di depannya secara bergantian. Gelagatnya sudah seperti menonton pertandingan bulu tangkis; menoleh ke kanan, setelah itu ke kiri. Kembali ke kanan, lalu ke kiri lagi.

"Taman Remaja." Sang adik memilih untuk kabur dari terkaman kakaknya. Buru-buru ia memacu kaki menuju kamar di lantai atas. Ia bisa mendengar panggilan Bobby yang menyuruhnya untuk memasakkan sesuatu, yang dibalas dengan "Emoh! (Tidak mau!)" olehnya. Tentu, mood-nya sudah buruk karena pulang rumah justru dimarahi.

xxx

xxx

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

xxx

Masih terbayang keganjilan tersebut. Dimana senior yang paling tidak ia sukai berubah bak malaikat. Ya, pria yang kelihatan jelas tidak menyukai Athalia itu seakan berubah menjadi orang lain. Memang benar peribahasa itu, pikirnya. Hujan sehari dapat menghilangkan ketandusan gurun selama bertahun-tahun. Perbuatan baik sekecil apapun yang dilakukan oleh orang jahat akan terlihat bermakna dan... menakjubkan.

xxx

"Yah... udah bobok. Owalah padahal aku laper. Lali sisan mau katene ngomongno kabar gembira (Lupa juga tadi mau ngomongin kabar gembira)," dalam pikirannya, sang adik menyunggingkan senyum kemenangan. Kapok. Salah sendiri gak bisa masak. Eh, tapi kabar gembira apa? Ia bisa merasakan selimut di tubuhnya yang dirapikan menjadi sepundak, serta derap langkah yang menjauh dan suara pintu kamarnya yang tertutup. Dari luar kamar ia bisa mendengar 'Mbin! Indomie ae yo! Rapopo toh?'

Beberapa menit kemudian, dari arah dapur terdengar bunyi 'krompyang'dan aluminium steel yang beradu dengan ubin. Kedua orang tersebut pasti tidak sengaja menjatuhkan sesuatu. Untung tidak terdengar bunyi beling yang pecah. Insting jenaka Athalia muncul. Ia ingin membalas perbuatan kakaknya yang sudah memarahinya tadi. Diam-diam ia mengambil handphone, mengendap turun ke tangga dan bersembunyi di balik tembok pembatas antara dapur dan ruang keluarga.

xxx





xxx


Wajah default kakak waktu ketahuan Mami bikin indomie rendang tengah malem

xxx













Saya 'sedikit' jenuh ketika menulis cerita ini.  What should I do? Yang ada di kepala saya justru untuk membuat work baru, cast-nya iKON tapi dengan tema thriller, mystery, intinya sih yang ada sadis-sadis semacam mutilasi dan pembunuhan.  Karena jujur, kekuatan menulis saya di genre semacam itu (kalo mau tahu bisa cek work iKon Oneshots saya). Tapi... saya harus namatin cerita ini dulu hm....

xxx

Dewangga [Sedang Proses Revisi]Where stories live. Discover now