29-Peraturan Mutlak

548 146 14
                                    


Sudah agak lama semenjak terakhir kali Athalia menginjakkan kaki di kediaman Chandra. Rumah yang ditempati Chandra bersama kakak sepupunya itu selalu memancarkan kesan yang hangat, mengundang siapapun yang datang untuk bersinggah lama-lama. Tapi begitu masuk ke dalam ruang keluarga, ia disambut oleh tumpukan album musik dan kepingan vinyl record di sudut tembok.

xxx

"Itu dijual buat apa sih? Mas Yoga nggak sayang?"

xxx

Yang bisa dilakukan gadis itu hanya berdecak kagum. Ternyata selera musik Yoga benar-benar sama dengan ayahnya. Oldies. Andai Papi dan Yoga bisa saling mengobrol baik-baik, pasti nggak bakalan selesai obrolannya, batin Athalia. Ia menyesalkan pertemuan pertama Yoga dengan ayahnya harus dalam konotasi yang 'tidak mengenakkan'.

Keinginan pria ningrat itu benar-benar realistis. Pasti berat buat Mas Yoga buat ngelepas semua koleksinya, terka Athalia. Tapi tujuannya mulia. Barang-barang ini jelas bisa lebih berguna jika dijual dan disumbangkan daripada menganggur. Gadis itu langsung muram begitu mengetahui rencana Yoga yang akan mengambil S2 di luar negeri.

***

xxx

Chandra mengambil biskuit dari toples. Sebelum memasukkan jajanan manis itu ke mulutnya, ia mengangguk. "Buat apa berhubungan sama cewek? Ujung-ujungnya Mas Yoga nikah pun calonnya juga udah diatur sama keraton,"

xxx

"Nggak... ini bukan sinetron... mereka orang-orang biasa kok, tapi emang pinter nyamar jadi apa aja... hahaha," Athalia mengerucutkan bibir kesal kala Chandra tidak kunjung selesai dengan tawanya.

xxx

Dewangga [Sedang Proses Revisi]Where stories live. Discover now