Part 33: Stupidity

780 80 65
                                    

Tae Yeon menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi rumah sakit Hanshin. Ia terus membenarkan tatanan rambutnya yang ia gerai dengan rapi. "Bagaimana ini? Apa aku terlihat baik-baik saja?" Monolognya. "Bagaimana kalau aku terlihat semakin jelek?"

Tae Yeon menggelengkan kepalanya mantap. "Tidak mungkin! Kata seonsaengnim dia lebih menyukaiku kalau rambutku berwarna hitam. Kalau nanti dia bilang aku terlihat jelek... aku akan menendang pantatnya!"

~•~

Tae Yeon tampak berdiri di depan vending machine rumah sakit Hanshin sambil sesekali membenahi rambutnya. Biasanya, Baek Hyun akan datang ke sini di saat ia kelelahan dan duduk di kursi dengan minuman dingin di tangannya. Di kedua tangan Tae Yeon, terdapat dua cola yang biasa diminum Baek Hyun.

"Ah... dimana dia?" Tae Yeon mengerucutkan bibirnya saat namja yang ditunggunya tak kunjung datang. "Aku penasaran seperti apa reaksinya nanti. Apakah dia akan.. berdiri mematung? Atau melongo? Atau.. malah menertawaiku?"

Kedatangan seorang dokter menarik perhatian Tae Yeon. Benar saja, dokter itu adalah Baek Hyun. Namun, kelihatannya namja itu tidak sedang ingin mampir dan beristirahat di situ. Melihat Baek Hyun yang hanya berjalan melewatinya, Tae Yeon langsung berlari dan berdiri di hadapan Baek Hyun sambil tersenyum lebar. Baek Hyun tidak nampak terkejut dengan penampilan Tae Yeon, justru sebaliknya ia malah terlihat dingin.

'Hmm? Kenapa dia menghindariku? Apa dia tidak mengenaliku?'

"Seonsaengnim! Ini untukmu!" Ujar Tae Yeon sambil menyodorkan colanya. Tak diduga, Baek Hyun malah menepis uluran tangan Tae Yeon.

"Tidak usah repot-repot."

"A-ah, ada apa denganmu, seonsaengnim? Apa suasana hatimu sedang buruk?"

Baek Hyun tertawa sinis. "Apa yang kau bicarakan..."

"Apa yang salah denganmu, sih? Kau mengenalku kan? Aku Kim Tae Yeon!"

"Iya, aku mengenalmu dan aku menyesalinya. Seharusnya aku tidak pernah mengenalmu dan bersikap terlalu mudah untukmu. Seharusnya aku ingat kalau kau adalah gangster."

"Mwo?" Tae Yeon mengerutkan kedua alisnya bingung, sekaligus marah.

"Apa kau puas dengan semua tingkah kekanak-kanakanmu itu?"

"Apa yang kau bicarakan?"

"Kau tidak tahu? Teman-temanmu bermain-main dengan Joo Hyun dan membuatnya terluka. Ah... karena kau tidak mengetahuinya, jadi bukan kau yang memerintah mereka untuk melakukannya?"

"Aku tidak pernah menyentuh Seo seonsaeng."

"Tentu saja, karena aku sudah memperingatkanmu. Tapi, itu bukan berarti teman-temanmu bisa menyentuh Joo Hyun kan?" Baek Hyun melangkah mendekat ke arah Tae Yeon. "Sebelum aku melakukan sesuatu yang buruk kepadamu demi Joo Hyun, enyahlah bersama teman-temanmu."

Baek Hyun pergi meninggalkan Tae Yeon yang masih terdiam di tempatnya. Ia masih begitu tidak percaya dengan perkataan Baek Hyun barusan hingga membuatnya menjatuhkan dua botol cola di tangannya.

~•~

Hari berikutnya

Joo Hyun terbaring di atas kasur apartemennya lesu. Ia meminta izin untuk tidak bekerja hari ini, melihat kondisinya yang masih babak belur. Tidak mungkin ia mau bekerja dengan wajah hancur di depan orang banyak.

Incredible DestinyWhere stories live. Discover now